tag:blogger.com,1999:blog-43458769688952218912024-02-21T18:01:12.903-08:00Diblog Mentog Islamic FilesMembaca Kisah, Riwayat, dan Sejarah Lengkap Agama IslamSalim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.comBlogger62125tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-24616274699245655982013-08-20T18:39:00.001-07:002013-08-20T19:04:54.233-07:00Inilah aku (Halimi Ibra)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dx7HiOO7UsHjPOlKswg4pZOHFvifyJ7-WktWisZAQy2BEskmC75ePJVYd_QEXGd8nZ9jOsoCmGpec3VqpDvKA' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-77002133402393872142012-11-23T10:37:00.003-08:002012-11-23T10:37:47.209-08:00Kisah Wali Songo<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEism2WJyg1chRmCwje872cdH6-EpEESBQH2S6Sjls2cGcvCiwuDvYJcj8D_DNqpMUX0VEAz4Pae0nzeROlncrWOEMhXoOwnIwC5MmXzQan_Fcr0DqQ6hWOpSbvHYcPORfljzWgriMQYPH1S/s1600/wali+songo.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEism2WJyg1chRmCwje872cdH6-EpEESBQH2S6Sjls2cGcvCiwuDvYJcj8D_DNqpMUX0VEAz4Pae0nzeROlncrWOEMhXoOwnIwC5MmXzQan_Fcr0DqQ6hWOpSbvHYcPORfljzWgriMQYPH1S/s1600/wali+songo.jpeg" /></a><span style="font-family: Arial;">Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan
Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus,
Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis
bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam
ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan
Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik
Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad
adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan
Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga.
Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim
yang lebih dahulu meninggal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari
awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni
Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta
Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu
masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru:
mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian,
kemasyarakatan hingga pemerintahan.</span></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua
institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam
berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati
bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang,
Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa
hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Era Walisongo adalah era berakhirnya
dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan
Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa.
Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat
besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat
“sembilan wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran
yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang
menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang
disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang
mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami
masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="color: #38761d;"><span style="font-family: Arial;">Maulana Malik Ibrahim (1)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah,
pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya
Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah
menjadi Asmarakandi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut
sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia
bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus
ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang
ulama Persia, bernama
Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand.
Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein,
cucu Nabi Muhammad saw.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di
Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah
menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat
(dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa
cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim
hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Beberapa versi menyatakan bahwa
kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni
desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa
Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika
itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan
pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga
menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib,
kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari
Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru
bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam
Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati
masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang
saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran,
tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung
Gapura, Gresik, Jawa Timur.n</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="color: #38761d;"><span style="font-family: Arial;">Sunan Ampel (2)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah
Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di
Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat
dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini
menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel
masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik.
Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia
melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya,
seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang
raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Ampel menikah dengan putri seorang
adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan
puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan
Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel
turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang
menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit,
untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang
dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren.
Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15,
pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah
Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan
Raden Patah. Para santri tersebut kemudian
disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi.
Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang
menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah
“Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni
seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak
menggunakan narkotik, dan tidak berzina.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun
1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.n</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="background-color: #f3f3f3; color: #38761d;"><span style="font-family: Arial;">Sunan Giri (3)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir
di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka
Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang
oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut.
Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi
Meinsma).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ayahnya adalah Maulana Ishak. saudara
sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan
isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia
meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren
misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat
berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren
di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit
adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai
tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan
masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan
pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka
pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut
Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai
Prabu Satmata.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik
yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari
Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer
Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak
tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin
tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun.
Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling
gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada Abad 18.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Para santri pesantren Giri juga dikenal
sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara.
Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah
murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Dalam keagamaan, ia dikenal karena
pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai
Sultan Abdul Fakih. Ia juga pecipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak
seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi
Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung -lagi bernuansa Jawa
namun syarat dengan ajaran Islam.n</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="color: #38761d;"><span style="font-family: Arial;">Sunan Bonang (4)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama
kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang
perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan
Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah
seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya
bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan mencari pendakwah ke
Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus
adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari
arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang
melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan
Kudus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk
pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan
sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu
yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar
penjelasan Sunan Kudus tentang surat
Al Baqarah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang,
sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita
ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat
tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya
mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah
Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Bukan hanya berdakwah seperti itu yang
dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima
Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan
Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.n</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="color: #38761d;"><span style="font-family: Arial;">Sunan Kalijaga (5)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Dialah “wali” yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar
tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari
tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan
telah menganut Islam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said.
Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya,
Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut
asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama
itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah
tinggal di Cirebon
dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya
dengan kesukaan wali ini untuk berendam (‘kungkum’) di sungai (kali) atau “jaga
kali”. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab “qadli
dzaqa” yang menunjuk statusnya sebagai “penghulu suci” kesultanan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan
mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir
kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan
Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran
Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang
pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan
kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan
Kalijaga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan
mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung
“sufistik berbasis salaf” -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga
memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia
berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka
mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan
Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan
lama hilang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan
sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan,
serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa,
perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi
Raja. Lanskap pusat kota
berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai
karya Sunan Kalijaga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Metode dakwah tersebut sangat efektif.
Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di
antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang
(sekarang Kotagede – Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.n</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="color: #6aa84f;"><span style="font-family: Arial;">Sunan Gunung Jati (6)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Banyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati.
Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra’
Mi’raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat
Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman
masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif
Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara
Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah
Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari
Palestina.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama
sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai
negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan
ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon
yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah
satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati
memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam
dari pesisir Cirebon
ke pedalaman Pasundan atau Priangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan
Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun
infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan
Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum,
menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi
cikal bakal Kesultanan Banten.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur
dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada
Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120
tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung
Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.n</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial;">Sunan Drajat (7)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara
dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin
ini lahir pada tahun 1470 M</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Drajat mendapat tugas pertama kali
dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut. Ia kemudian
terdampar di Dusun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Jelog –pesisir Banjarwati atau Lamongan
sekarang. Tapi setahun berikutnya Sunan Drajat berpindah 1 kilometer ke selatan
dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur, yang kini bernama Desa Drajat,
Paciran-Lamongan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan
Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya
lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian
yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Maka ia menggubah sejumlah suluk, di
antaranya adalah suluk petuah “berilah tongkat pada si buta/beri makan pada
yang lapar/beri pakaian pada yang telanjang’.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang
bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya, ia banyak memelihara
anak-anak yatim-piatu dan fakir miskin.n</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="color: #38761d;"><span style="font-family: Arial;">Sunan Kudus (8)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik
Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah
salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan
Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan
Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah
seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali –yang kesulitan
mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk
teguh-menunjuknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus
adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari
arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang
melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan
Kudus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk
pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan
sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu
yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan
Sunan Kudus tentang surat
Al Baqarah yang berarti “sapi betina”. Sampai sekarang, sebagian masyarakat
tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita
ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat
tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya
mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah
Sunan Kudus mengikat masyarakatnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan
Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang
Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan
Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.n</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong style="color: #38761d;"><span style="font-family: Arial;">Sunan Muria (9)</span></strong><span style="font-family: Arial;"><br />
Ia putra Dewi Saroh –adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana
Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria
diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke
utara kota
Kudus</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Gaya</span><span style="font-family: Arial;"> berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan
Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di
daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Bergaul dengan rakyat jelata, sambil
mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut
adalah kesukaannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial;">Sunan Muria seringkali dijadikan pula
sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia
dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun
rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua
pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga
sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom
dan Kinanti.</span></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-31738868095388159472012-11-14T02:10:00.000-08:002012-11-14T02:10:14.805-08:00 BAGIAN I A. IKHTILAF, SEJARAH DAN SEBAB-SEBAB KEMUNCULANNYA<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s1600/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s320/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua"; font-size: 18pt;"> S</span></b><span style="font-family: "Book Antiqua";">uatu
ketika, Sultan Harun Ar-Rasyid meminta izin kepada Imam Malik untuk
menggantungkan Kitab Al-Muwaththa‘ di Ka‘bah dan memaksa agar seluruh umat Islam
mengikuti isinya. Tapi, Imam Malik menjawab: Jangan engkau lakukan itu, karena
para shahabat Rasulullah SAW saja berselisih pendapat dalam masalah </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">furu</span></i><i><span style="font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">(cabang),
apalagi (kini) mereka telah berpencar ke berbagai negeri. Sengaja kami
menempatkan catatan sejarah tersebut untuk membuka kran pembahasan seputar </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">khilafiyah</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">. Tanpa
berpanjang-panjang menyusun kalimat sebenarnya dengan membaca kisah tersebut
kita bisa memetik pelajaran tentang masalah </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">khilafiyah</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">. Namun
demikian ada baiknya kita mengetahui apa itu </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">khilafiyah</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">,
bagaimana sejarahnya, macam-macamnya, apa saja sebab-sebab yang
melatarbelakanginya, dan bagaimana baiknya kita menyikapinya. </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">Khilafiyah
</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">dalam
bahasa kita sering diartikan dengan ―perbedaan pendapat, pandangan, atau sikap.
Masalah </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">khilafiyah </span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">adalah masalah yang hukumnya tidak
disepakati para ulama. Perbedaan pendapat di antara kalangan umat Islam bukan
hanya terdapat dalam masalah fiqih saja, tetapi </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">khilafiyah
</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">juga
melingkupi berbagai macam hal, seperti </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">siyasah </span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">(politik),
</span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">dakwah</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">, dan lain sebagainya. Sebenarnya,
ketidaksepakatan yang terjadi di kalangan umat Islam terkadang hanya pada
tataran yang sempit, bahkan seringkali hanya perbedaan penggunaan istilah. Tapi
tidak jarang pula tataran perbedaannya luas, yaitu antara halal dan haram.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">Khilafiyah atau ikhtilaf </span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">(perbedaan
pendapat) dalam perkara apa saja, termasuk dalam masalah-masalah pandangan
agama adalah sangat wajar. Sesuatu yang mustahil dan akan menjadi suatu
keajaiban apabila seluruh umat Islam di dunia ini dapat dipersatukan dalam satu
pendapat, pandangan, madzhab, dan sikap dalam masalah </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">ushul</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">, </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">furu</span></i><i><span style="font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">, dan </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">siyasah</span></i><span style="font-family: "Book Antiqua";">. Hanya
sebuah mimpi jika semua umat Islam di seluruh penjuru dunia dapat bersatu padu dalam
satu istimbat hukum Islam. Akan sangat sulit, dan mustahil bisa tercapai <span style="color: black;">cita-cita orang yang ingin menyatukan umat Islam dalam
masalah-masalah</span> <span style="color: black;">tersebut. Sebuah cita-cita
yang akan mendapat banyak benturan, dan sia-sia</span> <span style="color: black;">belaka.</span>
<span style="color: black;">Bahkan Dr. Yusuf Al Qaradhawy mengatakan: </span></span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pun terjadi di</span><span style="font-family: "Book Antiqua";"> <span style="color: black;">kalangan Nabi dan Malaikat. Adalah Nabi Musa As. </span></span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">berikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dengan Nabi</span><span style="font-family: "Book Antiqua";"> <span style="color: black;">Harun As. hingga Nabi Musa As. menarik jenggot Nabi Harun
As. Ketika</span> <span style="color: black;">mendapatkan Bani Israil menyembah
anak lembu buatan Samiry.</span> <span style="color: black;">Begitu pula </span></span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Malaikat Rahmat dan Malaikat
Azab terhadap seorang</span><span style="font-family: "Book Antiqua";"> <span style="color: black;">pemuda yang sedang bertaubat yang
meninggal dalam perjalanan menuju ke</span> <span style="color: black;">negeri
yang baik, apakah diputuskan berdasarkan amalan zhahirnya, ataukah</span> <span style="color: black;">berdasarkan niyatnya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“kekayaan syari'at
Islam”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Banyak pendapat dalam syri'at Islam merupakan
mutiara-mutiara yang tidak ternilai harganya. Karena ia akan menjadikan ilmu
fiqh itu terus tumbuh dan berkembang, karena setiap pendapat yang diputuskan
berdasarkan kepada dalil-dalil dan qa'idah-qa'idah yang telah diambil
istinbathnya, lalu diijtihadkan, ditimbang-timbang kekuatan dalilnya,
ditarjihkan kemudian diterapkan pada masalah-masalah yang serupa dengannya
(Qiyas). Ummat Islam memang harus bersatu itu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iya</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, tetapi persatuan tersebut bukanlah dengan cara menyatukan pendapat
dalam masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ushul</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">furu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, ataupun siyasah. Melainkan dengan berusaha sekuat mungkin agar
ummat Islam bisa saling menghargai perbedaan di antara kalangan setauhid, agar ummat
Islam bersatu padu dalam satu cita-cita yang yakni menegakkan dan menyebarluaskan
agama Allah di muka bumi ini. Bagaimana pun perbedaan adalah suatu kepastian,
sunnatullah yang manusia tidak mungkin untuk merubahnya. Allah SWT sendiri
telah menetapkan adanya perbedaan itu dalam firmannya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"><span> </span>“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">dan berlain-lainan
bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"><span> </span></span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Ar-Rum: 22)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ada</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> banyak sekali </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam Islam, namun yang
macam-macam secara umum bisa dibagi menjadi dua golongan besar:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1. </span></b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang tidak bisa dibenarkan; dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2. </span></b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang bisa dibenarkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang tidak bisa dibenarkan adalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam masalah aqidah yang
prinsip. Masalah yang prinsip atau pokok itu seperti aqidah yang paling dasar,
tauhid yang esensial serta konsep ketuhanan yang fundamental, tidak pernah
terjadi perbedaan pendapat. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebenarnya sedikit menyentuh masalah kerangka dasar ibadah. Namun,
ketika para fuqoha mulai memasuki teknis dan operational yang tidak prinsipil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak bisa dibendung kemunculannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang bisa dibenarkan adalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">furu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan dalam masalah i‘tiqod yang tidak prinsip,
seperti masalah membaca Basmalah Fatihah Shalat Jahar, masalah Qunut Shubuh,
amaliyah kalangan tradisionalis seperti Tahlil, dan lain sebagainya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">furu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah boleh. Rasulullah SAW telah bersabda: ”</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Sesungguhnya Allah SWT telah membuat ketentuan-ketentuan, maka janganlah
kamu melanggarnya, telah mewajibkan sejumlah kewajiban, maka janganlah kamu
abaikan, telah mengharamkan banyak hal, maka janganlah kamu melanggarnya, telah
mendiamkan banyak masalah sebagai rahmat bagi kamu – bukan karena lupa – maka
janganlah kamu mencari (kesulitan) di dalamnya.(</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR Imam Daruquthni)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Mari kita cermati baik-baik hadist di atas. Di sana jelas sekali tersirat
bahwa Allah tidak lupa ketika membiarkan masalah-masalah yang muncul tanpa
diiringi dengan aturan atau ketetapan yang jelas. Allah mendiamkannya dan
menetapkan masalah yang didiamkan itu sebagai rahmat bagi kita. Dan karenanya
ketika kita mencoba mencari jawaban atas apa yang tidak diterangkan secara
rinci dalam kitab suci maka tak boleh kita mencari kesulitan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya, tidaklah kita perlu memaksakan penyatuan
pendapat atas masalah-malasah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">furu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Betapa seringkali kita menemukan suatu masalah yang
tidak kita temukan jawabannya secara rinci di dalam al-Qur‘an maupun hadist.
Ini kemudian mengharuskan dilakukannya suatu ijtihad. Ijtihad adalah bersungguh-sungguh
dalam menggali hukum agama setelah memperhatikan sekalian ayat Al-Qur‘an dan
Hadits Nabi SAW. Ijtihad merupakan perkara yang dibenarkan dalam Islam. Sebuah
hadis berikut ini memberikan penjelasan kapan dan bagaimana semestinya ijtihad
dilakukan: Ketika Rasulullah SAW mengutus Mu‘adz bin Jabal sebagai gubernur Yaman,
beliau bertanya kepada Muadz, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“Bagaimana kamu akan
memutuskan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">perkara yang dibawa ke
hadapanmu?</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muadz menjawab: “Saya putuskan
berdasarkan Kitabullah</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Rasulullah” bertanya lagi: “</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Apabila kamu tidak</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">mendapatkannya dalam Kitabullah?</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muadz menjawab: “Saya putuskan berdasarkan sunnah Rasul.”</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Rasulullah bertanya lagi: “</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Apabila
kamu tidak</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">mendapatkannya dalam
Kitabullah maupun Sunnah Rasul-Nya?</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Muadz menjawab:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">“Maka saya akan berijtihad (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ra</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">’</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">yi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) dan saya tidak akan ragu sedikit pun.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Rasulullah kemudian meletakkan tangannya ke dada
Muadz dan bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“Segala puji bagi
Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah, sesuatu yang
menyenangkan hati Rasulul-Nya”.</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR Imam
Tirmidzi dan Abu Dawud).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jadi, ijtihad sudah dilakukan sejak Rasulullah
masih hidup. Dan Rasulullah sendirilah yang menyuruh ummatnya untuk berijtihad.
Dalam sabdanya yang lain, Nabi menyuruh Amr ibn Nash untuk memutuskan suatu perkara.
Namun Amr Ibn Nash menolak karena ada Nabi di hadapannya. Kemudian Nabi
menjawab, “Ya, Berijtihadlah, apabila hakim hendak memutuskan perkara, kemudian
ia berijtihad dan ijtihadnya benar, maka ia mendapat dua pahala dan apabila
hakim hendak memutuskan perkara, kemudian ia berijtihad dan ijtihadnya salah
maka mendapat satu pahala.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Perkara masih dibuka atau ditutupnya pintu ijtihad
di masa sekarang membutuhkan tulisan yang panjang, dan tidak akan kami
kemukakan pada kesempatan ini. Kami Cuma ingin menggaris bawahi bahwa lantaran
ijtihad dari para pendahulu, baik mufasir, fiqoha, dan para pembesar Islam yang
lain itulah kemudian </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak bisa dihindari.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berbeda dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Iftiraq. Iftiraq </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menurut bahasa berasal dari kata </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">mufaraqah
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang artinya perpecahan dan perpisahan. Sedangkan menurut istilah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">para ulama' </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iftiraq
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah keluar dari Sunnah dan Jama'ah pada salah satu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ushul</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pokok) dari perkara-perkara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ushul </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang mendasar, baik dalam
aqidah ataupun</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">amaliyah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Salim bin Shalih Al-Marfadi sangat menyayangkan,
ada sebagian </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">thalabatul ilmi </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(penuntut ilmu syar'i) yang menghukum pada beberapa masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang diperbolehkan sebagai </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iftiraq. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ini adalah kesalahan yang
fatal. Penyebabnya adalah ketidaktahuan mereka tentang prinsip-prinsip </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iftiraq,</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> kapan dan bagaimana bisa
terjadi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iftiraq </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">? Demikian juga
(penyebabnya adalah pent) ketidaktahuan mereka tentang masalah yang
diperbolehkan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan masalah yang tidak diperbolehkan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Keterangan berikut ini akan membuat
perbedaan antara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang diperbolehkan dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iftiraq </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menjadi jelas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Iftiraq </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak akan terjadi kecuali
pada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ushul kubra kulliyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pokok-pokok yang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">besar dan mendasar) yang tidak ada peluang untuk
diperselisihkan. Pokokpokok yang telah jelas berdasarkan nash </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qathi </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ijma' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau telah jelas</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagai manhaj ilmiah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ahlus sunnah wal Jama'ah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang tidak lagi diperselisihkan
(oleh Ahlus Sunnah) mengenainya. Berdasarkan hal itu, maka seorang muslim tidak
boleh dicela sebagai yang termasuk </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">firqah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">binasa (sesat) kecuali jika perbuatan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">bid'ah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">-nya pada masalah-masalah
berikut :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Pada masalah yang bersifat
mendasar dalam agama, atau pada salah satu kaidah syari'ah, atau pada pokok
syari'ah, baik secara total atau dalam banyak bagian-bagiannya, dimana ia
terbiasa bersikap menentang terhadap banyak persoalan syari'ah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Syaikhul Islam pernah ditanya
tentang batasan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">bid'ah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang mengakibatkan orangnya dianggap ahlul ahwa' (pengekor hawa nafsu),
beliau menjawab: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">"Bid'ah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang mengakibatkan orangnya dianggap ahlul ahwa' (pengekor hawa
nafsu) adalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">bid'ah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> penyimpangannya dari Al-Qur'an dan Sunnah masyhur dikalangan ahli
sunnah, seperti </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">bid'ah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">-nya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Khawarij, Rafidhah,
Qadariyah, Murji'ah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"><span> </span></span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">[Majmu Fatawa XXXV/414]</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang diperbolehkan itu
bersumber dari ijtihad dan niat yang baik, dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">orang yang salah akan diberi pahala apabila ia
mencari kebenaran. Sementara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Iftiraq </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(perpecahan) tidak terjadi dari kesungguh-sungguhan dalam mencari kebenaran
dan niat yang baik, dia timbul dari mengikuti hawa nafsu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Iftiraq </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berkaitan erat dengan ancaman
Allah, dan semua </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iftiraq </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menyimpang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">serta binasa, adapun </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang diperbolehkan tidaklah
seperti itu betapapun hebat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang terjadi diantara kaum muslimin. (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Perbedaan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">diantara keduanya telah dijelaskan oleh Syaikh Nashr Al-Aql dalam
muhadharah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">(ceramah) yang sangat
berharga "Mafhumul Iftiraq” kemudian muhadharah itu</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">dicetak dalam bentuk
buku</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">B. Sejarah singkat </span></b><b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,BoldItalic";">Ikhtilaf</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ikhtilaf </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">di kalangan ummat Islam mulai kentara sejak para sahabat besar berpindah
ke berbagai kota.
Sebelumnya, sebagaimana diriwayatkan oleh </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">al- Baghawi di dalam kitabnya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Mashabihul Huda </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bahwa apabila orang Yang berperkara
datang menghadap Abu Bakar beliau pun memperhatikan Kitabullah. Jika beliau
menemukan hukum yang dimaksudkan, beliu pun menerapkan hukum itu, memutuskan
dengan hukum itu. Tapi apabila beliau</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak mendapatkannya dalam kitabullah, beliu pun
memperhatikan Sunnah. Jika</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">beliau tidak juga mendapatkannya di dalam Sunnah,
beliaupun bertanya kepada</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">para sahabat yang lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kerap kali di hadapannya berkumpul sekumpulan
orang-orang yang menerangkan hukum-hukum Rasul, jika tak ada yang menerangkan
hukum Rasul, beliau pun mengundang sjabat-sahabat besar dan orang-orang
tertentu untuk menetapkan hukum. Maka, pendapat mereka itu beliau jadikan
pegangan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Itulah yang saat ini kita kenal dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ijma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Setelah sahabat-sahabat besar berpindah ke berbagai
kota, maka </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Khilafah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menghadapi kesukaran untuk
mengumpulkan para ahli. Maka mulailah para</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">shahabat ahli hukum menetapkan hukum secara sendiri-sendiri, dan
mulailah</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">timbul perselisihan paham di antara mereka dalam
menetapkan hukum itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Bold";">C. Sebab-sebab Munculnya
</span></b><b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,BoldItalic";">Ikhtilaf</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Di antara sebab mengapa suatu perkara bisa menjadi
masalah yang tidak disepakati hukumnya antara lain:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Berbeda pengertian dalam
mengartikan kata.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adanya ayat yang berbeda satu
dengan lainnya secara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">zhahir-</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">nya Sehingga membutuhkan jalan keluar yang bisa cocok untuk
keduanya. Di titik inilah para ulama terkadang berbeda dalam mengambil jalan keluar.
Ini merupakan bahasan yang luas, terjadi akrena adanya kata0kata yang jarang
digunakan, dan kata-kata yang mempunyai arti lebih dari satu. Juga adanya
kiasan di samping pengertian hakiki dan perbedaan huruf mengenai arti kata yang
digunakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Riwayat Hadis</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adanya perbedaan penilaian derajat suatu hadits di
kalangan ahli hadits. Di mana seorang ahli hadits menilai suatu hadits shahih, namun
ahli hadits lainnya menilainya tidak shahih. Sehingga ketika ditarik kesimpulan
hukumnya, sangat bergantung dari perbedaan ahli hadits dalam menilainya. Kita
tahu, ada hadis yang sampai pada sebagian shahabat, namun tidak sampai kepada
sebagian yang lainnya. Atau sampai pada sebagaian shahabat, tetapi tidak
menjadikannya sebagai </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">hujjah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (argumen), sedangkan kepada lainnya sampai dengan cara dapat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dipertanggungjawabkan untuk dijadikan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">hujjah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Atau sampai kepada keduanya
dari satu jalan, etatapi mereka berlainan perndapat dalam memberi nilai kepada
salah seorang rawi yang menyampaikan hadis itu. ini berdasarkan pada perbedaan
pendapat menganai cara memberikan nilai kepada perawi-perawi hadis; atau hadis
itu sampai kepada keduanya dengan jalan disepakai bersama tetapi untuk mengamalkan
hadis seamacam itu, sebagian mereka berpendapat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">diperlukan syarat-syarat lain, seperti hadis </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">mursal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan hadis </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">munqathi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, sedangkan sebagian mereka
tidak mensyaratkannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">3</span></i></b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">. Nashih-Manshukh</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adanya ayat atau hadits yang menghapus berlakunya
ayat atau hadits yang pernah turun sebelumnya. Dalam hal ini sebagaian ulama berbeda
pendapat untuk menentukan mana yang dihapus dan mana yang tidak dihapus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">4.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Saling berlawanan dalil
mengenai suatu qaidah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana ulama ada yang menerima dalil mengenai
suatu qaidah, sebagian lain menolaknya. Maka kemudian timbul, perbedaan di antara
ulama dalam menetapkan mana ayat yang berlaku </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">mujmal
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan mana yang berlaku </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">muqayyad</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Juga dalam menetapkan mana yang bersifat umum (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">'aam</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) dan mana yang bersifat khusus (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">khaash</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">5.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Metodologi pengistimbathan
hukum</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adanya perbedaan ulama dalam menggunakan metodologi
atau teknik pengambilan kesimpulan hukum, setelah sumber yang disepakati.
Misalnya, ada yang menerima </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">syar'u man qablana </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan ada yang tidak. Ada
yang menerima </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">istihsan </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan ada juga yang tidak mau memakainya. Dan masih banyak lagi
metode lainnya seperti </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">saddan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">lidzdzri'ah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qaulu shahabi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">istishab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qiyas </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, pengaruh kultur budaya setempat, juga
mempengaruhi pengistimbathan hukum. Tempat dimana para para fuqaha tinggal sangat
mempengaruhi hukum yang dikeluarkan. Contohnya Imam Syafi'i menulis kitabnya
yang dinamakan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qaulul qadim </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ketika ia tinggal di Iraq, dan membuat fatwanya yang
baru yang dinamakan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qaulun</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">jadi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d saat beliau pindah ke Mesir, karena perbedaan kultur setempat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berkaitan dengan tema utama dalam buku ini, maka
dapat kita ketahui bersama, kenapa terdapat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">khilafiyah
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam putusan-putusan hukum, atau kesimpulan-kesimpulan dari
lembaga fatwa NU dan Muhammadiyah. Untuk mengetahui lebih jauh tentang NU dan
Muhammadiyah, khususnya tentang metodologi hukum kedua Ormas tersebut dalam
meng-hukumi suatu masalah fiqh akan dibahas setelah ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Namun begitu, sebagai pengantar memasukinya,
kiranya perlu kami memberi alasan kenapa kami sertakan pula seluk-beluk seputar
dua ormas tersebut. Kami beralasan, bahwa setidaknya dengan mengetahui lebih
jauh tentang NU dan Muhammadiyah; bagaimana sejarah beridirinya, dan
lembagalembaga apa saja yang ada di dalamnya, serta bagaimana pandangan keagamaannya,
maka kita akan semakin paham dengan metodologi yang digunakan dalam pengambilan
hukum, untuk selanjutnya memaklumi perbedaan-perbedaan pendapat dan pandangan
hukum Islam di an</span><span style="font-family: "Book Antiqua";">tara<span style="color: black;"> </span>keduanya.<span style="color: black;"></span></span></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-47292114273864143812012-11-14T02:04:00.001-08:002012-11-14T02:04:39.953-08:00BAGIAN II SEKILAS TENTANG NU DAN MUHAMMADIYAH<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s1600/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s320/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";"> A. Nahdhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">1. Sejarah Berdiri dan
Perkembangannya</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana ditulis dalam situs resmi NU
(www.nu.or.id) diketahui bahwa sejarah berdirinya NU bermula dari keterbelakangan,
baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia akibat penjajahan maupun
akibat kungkungan tradisi. Apa yang terjadi pada masa itu menggugah kesadaran
kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini melalui jalan
pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan
Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke
mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan
ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya, Muncullah berbagai
organisasi pendidikan dan pembebasan. Kalangan pesantren yang selama ini gigih
melawan kolonialisme, merespon Kebangkitan Nasional tersebut dengan membentuk
organisasi pergerakan, seperti </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Nahdlatut Wathan </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Kebangkitan Tanah Air) 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Taswirul Afkar </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau dikenal juga dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Nahdlatul Fikri</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (Kebangkitan Pemikiran)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan
keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Nahdlatut Tujjar</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat
itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya
Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi
juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki
cabang di beberapa kota.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas
tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua
peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi
karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum Wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari
kaum modernis di Indonesia,
baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di
bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang
selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran
warisan peradaban tersebut. Sikap kalangan pesantren yang berbeda ini,
menyebabkan kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di
Yogyakarta 1925.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan
sebagai delegasi dalam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Mu'tamar 'Alam Islami </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan
keputusan tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan
kebebasan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan
pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Komite Hejaz</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yang diketuai oleh KH. Wahab
Hasbullah. Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Komite</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Hejaz</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, dan tantangan dari segala
penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya
hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka
masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang
berhasil</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil
menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga. Berangkat
dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ad hoc</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, maka setelah itu dirasa
perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis,
untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan
berbagai Kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang
bernama </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Nahdlatul Ulama </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi
Rais Akbar. Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka KH. Hasyim Asy'ari
merumuskan Kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Qanun Asasi </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">I'tiqad Ahlussunnah Wal Jama</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan
dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik. NU memikili jaringan yang
sangat luas. Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi Nahdlatul Ulama (NU)
meliputi:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;">· </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">31 Pengurus
Wilayah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;">· </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">339 Pengurus
Cabang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;">· </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">12 Pengurus
Cabang Istimewa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;">· </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2.630 Majelis
Wakil Cabang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Symbol; font-size: 10pt;">· </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">37.125 Pengurus
Ranting</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jumlah warga NU atau basis pendukungnya
diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang, dari beragam profesi. Sebagian
besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas
yang tinggi karena secara sosial-ekonomi memiliki masalah yang sama, selain itu
mereka juga sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah. Pada umumnya mereka
memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat
pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran,
sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi. Warga NU di desa
banyak yang bermigrasi ke kota
memasuki sektor industri. Jika selama ini basis NU lebih kuat di sektor
pertanian di pedesaan, maka saat ini, pada sektor perburuhan di perkotaan, juga
cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis
intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas
sosial yang terjadi selama ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";">2.</span></b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";"> </span><b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">Visi dan Misi</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman, yang
dijalani, maka AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) NU juga terus
berkembang setiap lima
tahun sekali. Dalam keputusan Muktamar di Donohudan, Boyolali (2004) disebutkan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tujuan NU didirikan adalah berlakunya ajaran Islam
yang menganut paham Ahlussunah Waljamaah dan menurut salah satu dari </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Madzhab empat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> untuk mewujudkan tatanan
masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan
umat. Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana di atas, maka NU melaksaksanakan
usaha-usaha sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Di bidang agama, mengupayakan
terlaksananya ajaran Islam yang menganut paham </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ahlussunah waljamaah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan menurut salah satu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">madzhab empat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam masayarakat dengan
melaksanakan dakwah Islamiyah dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">amar ma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ruf nahi munkar</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Di bidang pendiidikan,
pengajaran dan kebudayaan, mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan
dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam
untuk membina umat agar menjadi Muslim yang takwa, berbuddi luhur, perpengetahuan
luas dan terampil serta berguna bagi agama bangsa dan negara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Di bidang sosial,
mengupayakan terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Di bidang ekonomi
mengupayakan terwujudnya pembangunan ekonomi untuk pemerataan kesempatan
berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, dengan mengutamakan tumbuh dan berkembanganya
ekonomi kerakyatan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">e.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mengembangkan usaha-usaha
lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Khaira Ummah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">3. Paham Kegamaan NU</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Di dalam lingkungan Nahdlatul Ulama ada yang
dikenal dengan istilah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Fikrah Nahdhiyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Yang dimaksud dengan fikrah Nahdhiyah adalah kerangka berpikir
yang didasarkan pada ajaran Ahlussunah yang dijadikan landasar berpikir Nahhaul
Ulama </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">(khithah Nahdhiyin) </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">untuk menenutukan arah perjuangan dalam rangka islahul ummah
(perbaikan umat).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam merespon persoalan baik yang berkenaan dengan
persoalan keagamaan maupun kemasyarakatan, Nahdhatul Ulama memiliki </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">manhaj</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ahlususnnah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU menganut paham </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ahlussunah
Wal Jama'ah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah
antara ekstrim </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">aqli </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(rasionalis) dengan kaum ekstrim </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">naqli
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Al- Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan
kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu
dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur
Al-Maturidi dalam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih
mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam
bidang tasawuf,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid
Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ciri-ciri </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">fikrah Nahdhiyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Fikrah tawassuthiyyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pola pikir moderat), artinya
NU senantiasa bersikap tawazun (seimbang) dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tidal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(moderat) dalam menyikapi berbagai
persoalan. Nahdhatul Ulama tidak </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tafrits </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ifrath</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Fikrah tasamuhiyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pola pikir toleran), artinya
NU dapat hidup berdampingan secara damai dengan pihak lain walaupun aqidah, cara
pikir, dan budayanya berbeda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">c.</span></i></b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> Fikrah Ishlahiyyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pola pikir reformatif),
artiya NU senantiasa mengupayakan perbaikan menuju ke arah yang lebih baik </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">(al-islah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ila ma huwa al-ashlah).</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Fikrah Tathawwuriyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pola pikir dinamis), artinya
NU senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam merespon persoalan,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">e.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Fikrah Manhajiyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pola pikir metodologis)
artinya NU senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu kepada manhaj yang
telah ditetapkan oleh NU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ide dan konsep </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Fikrah
Nahdhiyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ini pertama kali dianjurkan oleh K.H. Achmad Siddiq
pada 1969 yang selanjutnya menjadi embrio gerakan Khittah pada tahun 1984.
Gagasan kembali ke </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">khittah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan
kembali ajaran </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ahlussunnah Wal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Jamaah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang
fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali
gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">B. MUHAMMADIYAH</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";">1. </span><b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">Sejarah Kelahiran dan
Perkembangannya</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah didirikan oleh Muhammad Darwis atau
yang lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada
tanggal</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912. Persyarikatan
Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran
Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang pegawai kesultanan
Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat
Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan
yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena
itu beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya di tengah kesibukannya
sebagai Khatib dan para pedagang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Mula-mula ajaran Muhammadiyah ditolak, namun berkat
ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.
Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam
waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar
daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka
didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh
pelosok tanah air.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya
kepada kaum adam, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">K.H Ahmad Dahlan juga memberi pelajaran kepada kaum
Hawa, ibuibu muda dalam forum pengajian yang disebut "</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Sidratul Muntaha</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">". Pada siang hari
pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk
anak-anak yang telah dewasa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tahun 1913 sampai tahun 1918 K.H Ahmad Dahlan telah
mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Hooge School</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Muhammadiyah ialah sekolah
lanjutan. Tahun 1921 diganti namnaya menjadi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Kweek
School </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua,
laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namanya
dirubah menjadi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Mu`allimin </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Mu</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">`</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">allimat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum
perempuan dengan Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah
Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">K.H. Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun
1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan
rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah
hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres
Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga
tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan Muhammadiyah adalah
sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan utama Muhammadiyah
adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.
Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan
kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun
tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan
ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi
dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Akan tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang
ekstrem.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam pembentukannya, Muhammadiayah banyak merefleksikan
kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Yang Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah,
mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara
teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup
berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
dinyatakan, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">melancarkan amal-usaha
dan perjuangan dengan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ketertiban organisasi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yang mengandung makna
pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya. Sebagai dampak positif
dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan
tempat pendidikan di </span><span style="font-family: "Book Antiqua";">seluruh Indonesia.<span style="color: black;"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">2. Visi dan Misi
Organisasi</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Visi Muhammadiyah adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tertatanya manajemen dan jaringan guna meningkatkan
efektifitas kinerja Majelis menuju gerakan tarjih dan tajdid yang lebih maju,
profesional, modern, dan otoritatif sebagai landasan yang kokoh bagi
peningkatan kualitas Persyarikatan dan amal usaha. Sementara itu misi
Muhammadiyah yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mewujudkan landasan kerja
Majelis yang mampu memberikan ruang gerak yang dinamis dan berwawasan ke depan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Revitalisasi peran dan fungsi
seluruh sumber daya majelis</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mendorong lahirnya ulama
tarjih yang terorganisasi dalam sebuah institusi yang lebih memadai</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Membangun model jaringan
kemitraan yang mendukung terwujudnya gerakan tarjih dan tajdid yang lebih maju,
profesional, modern, dan otoritatif</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">e.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Menyelenggarakan kajian
terhadap norma-norma Islam guna mendapatkan kemurniannya, dan menemukan
substansinya agar didapatkan pemahaman baru sesuai dengan dinamika perkembangan
zaman</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">f.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Menggali dan mengembangkan
nilai-nilai Islam, serta menyebarluaskannya melalui berbagai sarana publikasi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">3. Pandangan Keagamaan
Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Muhammadiyah dalam melakukan
kiprahnya di berbagai bidang kehidupan untuk kemajuan umat, bangsa, dan dunia
kemanusiaan dilandasi oleh keyakinan dan pemahaman keagamaan bahwa Islam sebagai
ajaran yang membawa misi kebenaran Ilahiah harus didakwahkan sehingga menjadi
rahmatan lil-‗alamin di muka bumi ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bahwa Islam sebagai Wahyu Allah yang dibawa para
Rasul hingga Rasul akhir zaman Muhammad Saw., adalah ajaran yang mengandung hidayah,
penyerahan diri, rahmat, kemaslahatan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup umat
manusia di dunia dan akhirat. Keyakinan dan paham Islam yang fundamental itu
diaktualisasikan oleh Muhammadiyah dalam bentuk gerakan Islam yang menjalankan
misi dakwah dan tajdid untuk kemaslahatan hidup seluruh umat manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Misi da‘wah Muhammadiyah yang
mendasar itu merupakan perwujudan dari semangat awal Persyarikatan ini sejak
didirikannya yang dijiwai oleh pesan Allah dalam Al-Quran Surat Ali-Imran 104 sebagaimana
sudah disebutkan di atas. Kewajiban dan panggilan da‘wah yang luhur itu menjadi
komitmen utama Muhammadiyah sebagai ikhtiar untuk menjadi kekuatan Khaira Ummah
sekaligus dalam membangun masyarakat Islam yang ideal seperti itu sebagaimana
pesan Allah dalam Al-Quran Surat Ali-Imran ayat 110:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Yang Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">”Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dengan merujuk pada Firman Allah dalam Al-Quran
Surat Ali Imran 104 dan 110, Muhammadiyah menyebarluaskan ajaran Islam yang komprehensif
dan multiaspek itu melalui da‘wah untuk mengajak pada kebaikan (Islam), </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">al-amr bi al-ma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ruf wa al-nahy „an al-munkar </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(mengajak kepada
yang ma‘ruf dan mencegah dari yang munkar), sehingga umat manusia memperoleh
keberuntungan lahir dan batin dalam kehidupan ini. Da‘wah yang demikian
mengandung makna bahwa Islam sebagai ajaran selalu bersifat tranformasional;
yakni dakwah yang membawa perubahan yang bersifat kemajuan, kebaikan,
kebenaran, keadilan, dan nilai-nilai keutamaan lainnya untuk kemaslahatan serta
keselamatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama,
dan lain-lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> K.H. Ahmad Dahlan sebagai
pendiri Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor gerakan tajdid (pembaruan). Tajdid
yang dilakukan pendiri Muhammadiyah itu bersifat pemurnian (purifikasi) dan
perubahan ke arah kemajuan (dinamisasi), yang semuanya berpijak pada pemahaman tentang
Islam yang kokoh dan luas. Dengan pandangan Islam yang demikian Kyai Dahlan
tidak hanya berhasil melakukan pembinaan yang kokoh dalam akidah, ibadah, dan
akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan dalam amaliah
mu‘amalat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dunyawiyah sehingga Islam menjadi agama yang
menyebarkan kemajuan. Semangat tajdid Muhammadiyah tersebut didorong antara lain
oleh Sabda Nabi Muhammad s.a.w., yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">”Sesungguhnya Allah
mengutus kepada umat manusia pada setiap kurun seratus tahun orang yang
memperbarui ajaran agamanya” (Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi
Hurairah).</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Karena itu, melalui Muhammadiyah telah diletakkan
suatu pandangan keagamaan yang tetap kokoh dalam bangunan keimanan
yangberlandaskan pada Al-Quran dan As-Sunnah sekaligus mengemban tajdid yang
mampu membebaskan manusia dari keterbelakangan menuju kehidupan yang
berkemajuan dan berkeadaban.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Dalam pandangan Muhammadiyah,
bahwa masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang menjadi tujuan gerakan
merupakan wujud aktualisasi ajaran Islam dalam struktur kehidupan kolektif
manusia yang memiliki corak masyarakat tengahan (ummatan wasatha) yang berkemajuan
baik dalam wujud sistem nilai sosial-budaya, sistem sosial, dan lingkungan
fisik yang dibangunnya. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang memiliki
keseimbangan antara kehidupan lahiriah dan batiniah, rasionalitas dan
spiritualitas, aqidah dan muamalat, individual dan sosial, duniawi dan ukhrawi,
sekaligus menampilkan corak masyarakat yang mengamalkan nilai-nilai keadilan,
kejujuran, kesejahteraan, kerjasama, kerjakeras, kedisiplinan, dan keunggulan dalam
segala lapangan kehidupan. Dalam menghadapi dinamika</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kehidupan, masyarakat Islam semacam itu selalu
bersedia bekerjasama dan berlomba-lomba dalam serba kebaikan di tengah
persaingan pasarbebas di segala lapangan kehidupan dalam semangat berjuang menghadapi
tantangan</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">(al-jihad li
al-muwajjahat) </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">lebih dari sekadar berjuang melawan musuh </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">(al-jihad li al-mu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">aradhah). </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Masyarakat Islam yang
dicita-citakan Muhammadiyah memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat
madani, yaitu masyarakat kewargaan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">civil-society</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) yang memiliki keyakinan yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah,
demokratis, berkeadilan, otonom, berkemajuan, dan berakhlak-mulia </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">al-akhlaq alkarimah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Masyarakat Islam yang semacam itu berperan sebagai </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">syuhada ala al-nas </span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">di tengah berbagai pergumulan hidup masyarakat
dunia.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Karena itu, masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
yang bercorak </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">madaniyah</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tersebut senantiasa menjadi masyarakat yang serba unggul atau
utama (khaira ummah) dibandingkan dengan masyarakat lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Keunggulan kualitas tersebut ditunjukkan oleh
kemampuan penguasaan atas nilai-nilai dasar dan kemajuan dalam kebudayaan dan peradaban
umat manusia, yaitu nilai-nilai ruhani (spiritualitas), nilai-nilai pengetahuan
(ilmu pengetahuan dan teknologi), nilai-nilai materi (ekonomi), nilai-nilai
kekuasaan (politik), nilai-nilai keindahan (kesenian), nilai-nilai normatif
berperilaku (hukum), dan nilai-nilai kemasyarakatan (budaya) yang lebih
berkualitas. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya bahkan senantiasa memiliki
kepedulian tinggi terhadap kelangsungan ekologis (lingkungan hidup) dan
kualitas martabat hidup manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam relasi-relasi
yang menjunjungtinggi kemaslahatan, keadilan, dan serba kebajikan hidup.
Masyarakat Islam yang demikian juga senantiasa menjauhkan diri dari perilaku
yang membawa pada kerusakan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">fasad fi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">al-ardh</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), kedhaliman, dan hal-hal lain yang bersifat menghancurkan </span><span style="font-family: "Book Antiqua";">kehidupan.<span style="color: black;"></span></span></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-49004074201046697942012-11-14T01:59:00.000-08:002012-11-14T01:59:14.563-08:00BAGIAN III FIQH AL-IKHTILAF NU-MUHAMMADIYAH<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s1600/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s320/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";"> A. FIQIH NU</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam struktur organisasinya NU memiliki suatu
Lembaga Bahtsul Masail (LBM). Sesuatu namanya Bahtsul Masail, yang berarti
pengakajian terhadap masalah-masalah agama. Kita maklum, bahwa dari berbagai
ilmu pengetahuan agama, fiqih merupakan pengetahuan yang dipandang penting,
termasuk bagi ormas NU. Fiqih diposisikan sebagai ratu ilmu pengetahuan. Sebab
fiqih merupakan petunjuk bagi seluruh perilaku dan penjelas apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh. Fiqih merupakan tuntunan praktis dalam mempraktekkan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">agama dalam berbagai bidang kehidupan, dari soal
beribadah hingga berpolitik. Kedudukan fiqih sebagai unsur penting dalam
membentuk struktur nilai dan pranata sosial ini, menempatkannya dalam posisi
yang strategis bagi upaya perubahan. Maka untuk melakukan transformasi di lingkungan
NU mesti dibarengi dengan transformasi tradisi pemikiran fiqih baik kerangka
teoritis (ushul fiqh) maupun kaidah-kaidah fiqih </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">(qawaidul</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">fiqhiyah)</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Di sinilah posisi penting
dari LBM, yakni untuk menjawab berbagai permasalahan keagamaan yang dihadapi
warga Nahdhiyin. Munculnya lembaga ini karena adanya kebutuhan masyarakat
terhadap hukum Islam praktis (‗</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">amaly</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) bagi kehidupan sehari-hari yang mendorong para ulama dan intelektual
NU untuk mencari solusinya dengan melakukan bahtsul masail. Pada mulanya
Bahtsul Masa'il dilaksanakan setiap tahun, yaitu pada Muhkmatamar I sampai
dengan Muhkmatamar XV (1926 - 1940). Namun karena keadaan yang kurang stabil
berkaitan dengan meletusnya perang dunia II, maka pelaksanaan bahtsul masa‘il
juga tersendat-sendat mengiringi tersendatnya Muktamar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Bold";">HM. Cholil Nafis, salah satu pengurus besar
NU pernah menerangkan, bahwa dalam perkembangannya<b> </b></span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagai wadah ilmiah NU</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Bold";"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam mencari solusi setiap probleb hukum Islam yang dihadapi oleh</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Bold";"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">masyarakat di bagi dalam tiga periode.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Bold";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Pertama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, periode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">sis </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pembentukan). Peride ini dimulai sejak berdirinya
NU dan dipraktekkan setelah beberapa bulan berikutnya sampai tahun 1990-an.
Pembentukan bahtsul masa‘il merupakan pelembagaan dan formalisasi kegiatan yang
merupakan bagian dari proses pelaksanaan fungsi tradisional para kyai pesantren
sebagai simbol otoritas keagamaan atas</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">permasalahan keagamaan aktual (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">masa</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">il diniyyah waqii</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iyyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) yang diajukan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">masyarakat atau pribadi yang menjadi unsurnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Kedua</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, periode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tajdid </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pembaharuan). Periode ini dimulai dengan keputusan Musyawarah
Nasional tahun 1992 di Lampung yang memutuskan tentang metode pengambilan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">istimbath</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) hukum untuk mengatasi
kebuntuhan hukum (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">mauquf</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) karena tidak ada ibarat kitabnya, sampai tahun 2000-an. Dalam
keputusan Munas tersebut, metode istimbath dibagi menjadi tiga tingkatan;
metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">istimbath qauli </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(termaktub ibarat kitab), metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ilhaqi
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(analogi masalah kepada masalah yang sudah ada ketentuan hukumnya
dalam ibarah kitab) dan metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">manhaji </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(menetapkan hukum dengan cara mengikuti metode imam mazhab tentang
masalah yang tidak bisa dijawab oleh metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qauli
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ilhaqi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Upaya ini sebenarnya telah dilakukan oleh para
pembaharu di dalam NU sendiri. Yang paling fenomenal adalah keputusan Munas NU
di Lampung pada 1992 yang menegaskan keabsahan bermadzhab secara manhajy
(metodologis). Keputusan ini bisa dianggap sebagai terobosan yang sangat berani
karena memberikan peluang untuk tidak terikat, bermadzhab atau taqlid kepada
putusan-putusan hukum hasil istimbath para Imam Madzhab. Para
ulama NU hanya dituntut untuk tetap mempergunakan teori dan metodologi yang
dikembangkan para imam tersebut. Bermadzhab secara manhajy merupakan jalan
moderat bagi upaya mengakomodir berbagai perubahan di tengah masyarakat yang terjadi
terus menerus. Ketika kondisi masyarakat sebagai obyek hukum mengalami perubahan
maka fiqih juga dituntut melakukan perubahan agar ia tidak gagap memberikan
jawaban-jawaban dari persoalan yang bermunculan akibat arus perubahan. Di sisi
lain, dengan tetap mempertahankan metodologi para ulama terdahulu para mujtahid
sekarang tidak mengalami keterputusan dengan khazanah intelektual masa lalu dan
tidak perlu membuang tenaga untuk menyusun metodologi baru dari nol. Sebab, ternyata
metodologi yang dibangun pada abad pertengahan tersebut dipandang masih mampu
untuk menyediakan piranti inovasi dan pembaruan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Periode Ketiga</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yakni periode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tashih wa taqnin </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(perbaikan dan legislasi).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Periode ini dimulai dengan proses pembersihan
terhadap paham yang ekstrim, baik kanan maupun kiri yang menyusup ke tubuh
organisasi NU dengan cara peneguhan Keputusan Munas Lampung 1992 tentang metode
istimbath hukum dilingkungan NU dan ditolaknya konsep hermeneutika sebagai
metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">wil </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dilingkungan NU pada Muktamar NU ke-31 di Asrama
Haji Donuhudan Jawa Tengah tahun 2004. Pada Muktamar itu juga dimulai
pembahasan tentang kebijakan pemerintah dan undang-undang yang dibahas dalam
komisi masail </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">diniyyah qonuniyyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(masalah keagama perundang-undangan) tersendiri. Forum Bahtsul
Masail tingkat Nasional sendiri sudah diadakan 42 kali, yang dimulai dari tahun
1926 sampai 2007. Namun karena ada beberapa Muktamar yang dokumennya
tidak/belum ditemukan, yaitu Muktamar XVII, XVIII, XIX, XXI, XXII dan XXIV,
maka berdasarkan dokumen yang dapat dihimpun, hanya ditemukan 36 kali bahtsul
masail yang menghasilkan 536 keputusan</span><b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Bold";">. </span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Bold";">HM. Cholil<b> </b>Nafis mengklasifikasikan keputusan<b> </b></span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Lajnah Bahtsul Masail dalam dua kelompok.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Pertama </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah keputusan non-fiqih, yaitu keputusan yang tidak berkaitan
dengan masalah hukum praktis. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Kedua </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah keputusan hukum fiqh, yakni yang berkaitan dengan
hukum-hukum praktis (</span><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">amaliy</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">). Tetapi pada tahun 2000-an kebelakang keputusan</span><b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Bold";">-</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">keputusan bahtsul masa‘il diklasifikasi menjadi
tiga tema besar. Pertama, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">waqi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yaitu membahas tentang masalah-masalah keagamaan
yang berkaitan dengan halal dan haramnya suatu masalah. Kedua, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">maudlu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">iyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yang membahas masalahmasalah aktual tematik yang
perlu disikapi oleh warga nahdhiyin. Ketiga, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qanuniyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yaitu membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan respons NU
terhadap kebijakan publik, undang-undang dan khususnya Rencangan Undang-Undang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalam buku Antologi NU
karya H. Soelaeman Fadelli dan Muhammad Subhan diterangkan tentang mekanisme
kerja dari Lembaga Bahtsul Masail, yakni, sebagai berikut:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Pertama-tama semua
masalah yang masuk ke lembaga diinventarisir, kemudian disebarkan ke seluruh
ulama, anggota syuriah dan para pengasuh pondok</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">pesantren yang ada di
bawah naungan NU. Selanjutnya para ulama melakukan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">penelitian terhadap
masalah itu dan dicarikan rujukan dari pendapat-pendapat</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ulama madzhab melalui
kitab kuning (klasik). Selanjutnya mereka bertemu dalam</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">satu forum untuk
saling beradu argumen dan dalil rujukan.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalam forum tersebut
seringkali mereka hrus berdebat keras mempertahankan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">dalil yang dibawanya,
sampai akhirnya ditemukan dalil dasar yang paling kuat.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Barulah ketetapan hukum
itu diambil bersama, secara mufakat. Pada umumnya rujukan yang diambil oleh
para Ulama NU mengikuti pendapat Imam Syafi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i. Hal ini karena madzhab Syafi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i paling banyak diikuti kaum muslimin dan lebih sesuai dengan
kondisi sosial, budaya dan geografis Indonesia. Jika pendapat Imam Syafi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i tidak tersedia, maka pendapat ulama yang lain diambil, sejah
masih dalam lingkungan madzhab yang empat (Syafi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i, Malilki, Hambali dan Hanafi). Meskipun semua dasar selalu
merujuk pada pendapat para ulama pendahulu, namun kondisi masyarakat selalu
dijadikan pertimbangan dalam penerapannya.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dasar sikap NU untuk bermadzhab, menurut KH. Sahal Mahfudh,
yang kini (2010) mantan Rais 'Aam Syuriah PBNU, sebagaimana dimuat di NU
online, bahwa NU secara konsekuen telah menindaklanjuti sikapnya yakni dengan
upaya pengambilan hukum dari referensi ("</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">maraji</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) berupa kitab-kitab fiqih yang pada umumnya dikerangkakan secara
sistematik dalam beberapa komponen: ibadah, mua'amalah, munakahah (hukum keluarga)
dan jinayah/qadla (pidana/peradilan). Dalam hal ini para ulama NU dan forum
Bahtsul masa'il mengarahkan orientasinya dalam pengambilan hukum kepada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">aqwal </span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">al-mujtahidin </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pendapat para mujtahid) yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">muthlaq
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ataupun </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">muntashib</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Bila kebetulan ditemukan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qaul
manshush</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (pendapat yang telah ada nashnya), maka </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qaul </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itulah yang dipegangi. Kalau tidak
ditemukan, maka akan beralih ke </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qaul mukharraj </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pendapat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">thasil</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">takhrij</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">). Bila terjadi khilaf (perbedaan pendapat) maka diambil yang
paling kuat sesuai dengan pentarjihan para </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ahlul-tarjih</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Mereka juga sering mengambil keputusan sepakat dalam khilaf akan
tetapi juga mengambil sikap untuk menentukan pilihan sesuai dengan situasi
kebutuhan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">hajjiyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tahsiniyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(kebutuhan sekunder) maupun
dharuriyah (kebutuhan primer). Sebagai produk ijtihad, maka sudah sewajarnya
jika fiqih terus berkembang lantaran pertimbangan-pertimbangan sosio-politik
dan sosio budaya serta pola pikir yang melatarbelakangi hasil penggalian
hukumsangat mungkin mengalami perubahan. Para peletak dasar fiqih, yakni imam mazhab
(mujtahidin) dalam melakukan formasi hukum Islam meskipun digali langsung dari
teks asal (al-Quran dan Hadis) namun selalu tidak lepas dari pertimbangan
"konteks lingkungan" keduanya baik </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">asbab
al-nuzul</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> maupun </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">asbab al-wurud</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Namun konteks lingkungan ini kurang berkembang di kalangan NU.
Ia hanya dipandang sebagai pelengkap (komplemen) yang memperkuat pemahaman
karena yang menjadi fokus pembahasannya adalah norma-norma baku yang telah dikodifikasikan dalam
kitab-kitab, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">furu' al-fiqh</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Fungsi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">syarah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">hasyiyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">taqrirat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ta'liqat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">juga dipandang sebagai "figuran" yang hanya berfungsi
memperjelas pemahaman muatan teks. Meskipun di dalam kitab-kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">syarah, hasyiyah, ta'liqat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sering ditemukan
adanya kritik, penolakan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">radd</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">counter</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, perlawanan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i'tiradl</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), atas teks-teks matan yang dipelajari dan dibahas, namun hal itu
kurang mendapat kajian serius di lingkungan NU. Karena sadar bahwa fiqih merupakan
produk ijtihad, demikian Sahal Mahfudz melanjutkan tulisannya, maka para fuqaha
terdahulu baik </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">al</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">a'immah al-arba'ah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">maupun yang lain meskipun berbeda pandangan secara tajam, mereka
tetap menghormati pendapat lain, tidak memutlakkan pendapatnya dan menganggap
ijtihad fuqaha lain sebagai keliru. Mereka tetap berpegang pada kaidah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“al-ijtihad la yunqadlu bi al-ijtihad”</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yakni bahwa suatu ijtihad tidak bisa dibatalkan oleh ijtihad
lain. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Hasil ijtihad seorang
fuqaha mungkin tidak pas pada ruang dan waktu tertentu tetapi sesuai untuk
ruang dan waktu yang berbeda. Disinilah fiqih menunjukkan wataknya yang
fleksibel, dinamis, realistis, dan temporal, tidak kaku dan tidak pula
permanen. KH. Syansuri Badawi, salah seorang Kiai dan pembesar NU,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengatakan bahwa ijtihad yang dilakukan para ulama
NU dalam Bahtsul Masail adalah bentuk qiyas. Tetapi ijtihad yang seperti itu
dilakukan sejauh tidak ada qaul (pendapat) para ulama yang dapat menjelaskan
masalah itu. Qiyas dilakukan sejauh tidak bertentangan dengan al-Qur;an dan
al-Hadist. Hal ini sejalah dengan pendapat Imam Syafi‘i bahwa ijtihad adalah
qiyas. Penggunaan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ar-ra'yu </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang harus dilakukan dengan memenuhi syarat ketat adalah wajar,
karena dalam hal ini yang dicari bukanlah hal-hal duniawi tetapi hukum agama
yang membawa konsekuensi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ukhrawi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Hadits Nabi menerangkan bahwa barang siapa menafsirkan al-Quran
dengan pendapat atau selera sendiri, maka baginya disiapkan tempat di neraka.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kesembronoan dalam menggunakan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ra'yu </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau ijtihad akan membawa konsekuensi
yang berat, bukan saja dosa akibat salah karena sembrono, tetapi juga dosa para
pengikutnya yang harus terpikul.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ketika menghadapi masalah yang serius kekikian yang
di masa lalu peristiwa itu belum pernah terjadi, maka Bahtsul Masail selalu
meminta penjelasan terlebih dahulu kepada para ahlinya. Di saat akan
menjatuhkan hukum asuransi, misalnya, Lembaga Bahtsul Masail mengundang para praktisi
asuransi. Begitu juga ketika akan membahas operasi kelamin,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Lembaga Bahtsul Masail juga mengundang mereka yangt
erkait dengan masalah itu, seperti waria yang akan melakukan operasi, dokter
yang akan menangani dan juga psikolog. Bahkan ketika akan membahas praktek jual
beli emas sistem berantai gaya Gold Guest, LBM
mengundang kepla sistem perwakilan Gold Quest untuk wilayah Asia.
Mereka pun datang dan menjelaskan seluk beluk bisnis itu secara terbuka di
depan para ulama. Setelah kasusnya jelas, barulah dikaji lewat kitab kuning dan
rujukanrujukan yang lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,BoldItalic";">Aswaja</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Aswaja adalah singkatan yang
sudah sangat akrab di telinga warga NU, yakni Ahlsussunnah Wal Jama‘ah. Di
sekolah-sekolah dan pondok pesantren NU biasanya terdapat pelajaran khusus
tentang Aswaja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Aswaja berasal dari tiga kata, yakni, Ahlun yang
bearti golongan, keluarga atau pengikut. As-Sunnah yang artinya ajarah
Rasulullah yang meliputi Sabda Rasul, perilaku dan ketetapan Rasulullah Saw.
Sedangkan al-Jama‘ah mengandung beberapa arti, Jama‘ah para sahabat Nabi, Khulafaurrasyidin,
as-Sawadul A‘dham (golongan Mayoritas Ummat Islam);</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jama‘ah kaum muslimin yang telah membaiat kepada
Negara, para imam Mujtahid, pra pengikut Imam Abu Hasan al-Asy‘ari dan
al-Maturidi dalam aqidah. Dengan demikian kaum Ahlussunah wal Jamaah adalah
kaum yang menganut i‘toqad sebagaimana i‘tiwad yang dianut oleh Nabi Muhammad saw
dan sahabat-sahabat beliau.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berpegangnya NU pada i‘tiqot Aswaja sangat kentara
mempengaruhi hukum Islam yang difatwakan. Kita akan segara dapat memahami dan memaklumi
pendapat-pendapat NU tentang masalah fiqh secara tahu ciri-ciri dari perilaku
kaum ahlussunah wal Jama‘ah. Ciri-ciri tersebut, adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Berpegang teguh pada kitab
Allah dan Sunnah Rasul.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Pengikut setia dan pelestari
sunnah-sunnah Rasul serta para Sahabat Rasul.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mengikuti langkah dan fatwa
para khulafaurrasyidin, juga para sahabat-sahabat Rasul.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mengikuti dan melaksanakan
ijma‘ para Ulama dalam masalah khilafah, memilih pendapat sawadil a‘dham
(mayoritas); serta mengikuti imam madzhab sekiranya tidak mampu berijtihad/sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Untuk Phoin pertama dan kedua kami rasa tidak perlu
dijabarkan lagi. Sementara untuk phoin ketiga dan keempat butuh penjelasan
lebih jauh.<span> </span>Kenapa NU memilih untuk
mengikuti langkah dan fatwa para khulafaurrasyidin, juga para sahabat-sahabat
Rasul? Dasarnya adalah hadist Rasulullah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“Maka bahwasannya
siapa yang hidup (lama) di antaramu niscaya akan melihat perselisihan (paham)
yang banyak . ketika itu pegang teguhlah Sunnahku dan sunnah khalifah Rasyidin
(Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali) yang diberi hidayah. Pegang teguhlah itu dan
gigitlah dengan gerahammu </span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">(HR. Imam Abu Dawud)</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“Para
sahabatku adalah ibarat bintang-bintang. Dengan siapapun di antara mereka, kamu
sekalian mengikutinya, maka kamu akan mendapatkan petunjuk.” (HR. Baihaqi)</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kenapa NU memilih mengikuti dan melaksanakan ijma‘
memilih pendapat mayoritas? Dasarnya adalah hadist Rasulullah: ”Sesungguhnya
ummatku tidak mungkin akan sepakat dalam kesesatan. Maka, bila kamu menemukan perselisihan,
ikutilah golongan mayoritas.</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga al-Qur‘an surat an-Nisa‘ ayat 115: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Yang</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dan barangsiapa yang
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"><span> </span></span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">An-Nisa‘ : 155)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Aswaja juga menjadi merupakan paham keagamaan yang
di dalamnya mempunyai konsep, salah satunya adalah moderat (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tawasut</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), setidaknya harus memandang
dan memperlakukan budaya secara proporsional (wajar). Karena budaya, sebagai
kreasi manusia yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin.
Budaya memiliki nilai-nilai positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan
manusia, baik secara personal maupun sosial.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam hal ini, berlaku sebuah kaidah fikih </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">"al muhafazhah ala al qadim al-shalih wal al-akhzu bil jadidi
al-ashlah", </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">melestarikan kebaikan yang ada dan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik. Dengan
menggunakan kaidah</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ini, pengikut Aswaja memiliki pegangan dalam menyikapi budaya.
Jadi</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak semuanya budaya itu
jelek, selama budaya itu tidak bertentangan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dengan ajaran Islam, dan mengandung kebaikan maka bisa diterima.
Bahkan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bisa dipertahankan dan layak
untuk diikutinya. Ini sesuai dengan sebauh</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kaidah fikih, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">"al-adah
muhakkamah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">" bahwa budaya atau tradisi (yang baik)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bisa menjadi pertimbangan hukum.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, NU juga memiliki banyak sekali tokoh
yang seringkali pendapat-pendapatnya dijadikan rujukan oleh jamaah Nahdhiyin,
meskipun tidak diijma‘kan
dalam Bahtsul Masail. KH. Abdurrahman Wahid misalnya, beberapa kali
mengeluarkan pendapat-pendapat seputar hukum Islam yang tidak jarang
kontroversial dengan ulama NU yang lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU juga memiliki Majalah Aula dan situs resmi di
dunia maya, sebagai sarana untuk memberikan informasi-informasi seputar NU dan pendapat-pendapat
NU dalam menanggapi suatu masalah, khususnya yang menjadi isu Nasional. Dalam
situs dan majalah tersebut terdapat artikel dan tanya jawab seputar fiqh, yang
ditulis dan asuh oleh para Ulama NU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";">B.</span></b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";"> </span><b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">FIQIH MUHAMMADIYAH</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam tubuh Muhammadiyah terdapat satu lembaga yang
khusus menanangi persoalan-persoalan yang menyangkut ibadah dan mu‘amalah. Lembaga
tersebut bernama lembaga Majelis Tarjih atau Lajnah Tarjih.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tarjih berasal dari kata ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">rojjaha – yurajjihu- tarjihan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―, yang berarti
mengambil sesuatu yang lebih kuat. Menurut istilah ahli ushul fiqh adalah usaha
yang dilakukan oleh mujtahid untuk mengemukakan satu antara dua jalan (dua
dalil) yang saling bertentangan, karena mempunyai kelebihan yang lebih kuat
dari yang lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tarjih dalam istilah persyarikatan, sebagaimana
terdapat uraian singkat mengenai -</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Matan keyakinan dan
cita-cita hidup Muhamadiyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">- adalah membanding-bandingan
pendapat dalam musyawarah dan kemudian</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengambil mana yang mempunyai alasan yang lebih
kuat. Sebagai organisasi keagamaan, Muhammadiyah melalui lembaga tarjih</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">manhaj
tarjih Muhammadiyah) </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menetapkan hukum di bidang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ibadah dan mu‘amalah menggunakan cara-cara
istinbath hukum tersendiri yang khas, yaitu dengan menyusun praktik ibadah
tersebut dalam bentuk</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tuntunan ―Rasulullah</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">, </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tanpa menyebut status hukum dari perbuatan, perkataan, dan
rangkaian ibadah tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pada tahap-tahap awal, tugas Majlis Tarjih, sesuai
dengan namanya, hanyalah sekedar memilih-milih antar beberapa pendapat yang ada
dalam Khazanah Pemikiran Islam, yang dipandang lebih kuat. Tetapi, dikemudian hari,
karena perkembangan masyarakat dan jumlah persoalan yang dihadapinya semakin
banyak dan kompleks , dan tentunya jawabannya tidak selalu di temukan dalam
Khazanah Pemikiran Islam Klasik, maka konsep tarjih Muhammadiyah mengalami
pergeseran yang cukup signifikan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kemudian mengalami perluasan menjadi: usaha-usaha
mencari ketentuan hukum bagi masalah-maasalah baru yang sebelumnya tidak atau
belum pernah ada diriwayatkan qoul ulama mengenainya. Usaha-usaha tersebut dalam
kalangan ulama ushul Fiqh lebih dikenal dengan nama ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ijtihad</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">’.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Menurut Ahmad Zain An Najah, idealnya nama Majlis
yang mempunyai tugas seperti yang disebutkan di atas adalah Majlis Ijtihad, namun
karena beberapa pertimbangan, dan ada keinginan tetap menjaga nama asli, ketika
Majlis ini pertama kali dibentuk, maka nama itu tetap dipakai, walau terlalu
sempit jika di bandingkan dengan tugas yang ada.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adapun tugas-tugas Majlis Tarjih, sebagaimana yang
tertulis dalam Qa‘idah Majlis Tarjih 1961 dan diperbaharuhi lewat keputusan
Pimpinan Pusat Muhammdiyah tahun 2000, yakni sebagai berikut :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mempergiat pengkajian dan
penelitian ajaran Islam dalam rangka pelaksanaan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tajdid </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan antisipasi perkembangan
masyarakat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Menyampaikan fatwa dan
pertimbangan kepada Pimpinan Persyarikatan guna menentukan kebijaksanaan dalam
menjalankan kepemimpinan serta membimbing umat , khususnya anggota dan keluarga
Muhammadiyah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mendampingi dan membantu
Pimpinan Persyarikatan dalam membimbing anggota melaksanakan ajaran Islam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d. Membantu Pimpinan Persyarikatan dalam
mempersiapkan dan meningkatkan kualitas ulama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">e.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mengarahkan perbedaan
pendapat/faham dalam bidang keagamaan ke arah yang lebih maslahat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Menurut Prof. DR. H. Amin Abdullah, salah satu
tokoh Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai ketua Majlis Tarjih, bahwa Majis
Tarjih sebenarnya memiliki dua dimensi wilayah keagamaan yang satu sama lainnya
perlu memperoleh perhatian seimbang. Yang pertama adalah wilayah tuntunan
keagamaan yang bersifat praktis, terutama ikhwal ibadah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">mahdhoh </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan yang kedua adalah wilayah
pemikiran keagamaan yang meliputi visi, gagasan, wawasan, nilai-nilai dan
sekaligus analisis terhadap berbagai persoalaan (ekonomi, politik,
sosial-budaya , hukum, ilmu pengetahuan, lingkungan hidup dan lain-lainnya).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">Manhaj Tarjih</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pokok-pokok Manhaj Majlis Tarjih (disertai
keterangan singkat) adalah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">a.</span></i></b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> Di dalam beristidlal, dasar utamanya adalah al Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">an dan al Sunnah al -</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">hohihah. Ijtihad dan
istinbath atas dasar illah terhadap hal-hal yang tidak terdapat dalam nash,
dapat dilakukan. Sepanjang tidak menyangkut bidang</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">abbudi, dan memang hal yang diajarkan dalam memenuhi kebutuhan
hidup</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">manusia. Dengan
perkataan lain, Majlis Tarjih menerima Ijitihad, termasuk</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qiyas, sebagai cara
dalam menetapkan hukum yang tidak ada nashnya secara</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">langsung.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Majlis tarjih di dalam berijtihad menggunakan tiga
macam bentuk ijtihad: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Pertama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, Ijtihad </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Bayani</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">: yaitu (menjelaskan teks Al-Quran dan hadits yang masih </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">mujmal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, atau umum, atau mempunyai
makna ganda, atau kelihatan bertentangan, atau sejenisnya), kemudian dilakukan jalan
tarjih. Sebagai contohnya adalah Ijtihad Umar untuk tidak membagi tanah yang di
taklukan seperti tanah Iraq,
Iran
,Syam, Mesir kepada pasukan kaum muslimin, akan tetapi dijadikan ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Khoroj</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">’</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan hasilnya dimasukkan dalam
baitul mal muslimin, dengan berdalil Q.S Al-Hasyr ayat 7-10.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Kedua</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, Ijtihad </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Qiyasi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Yaitu penggunaan metode qiyas untuk menetapkan ketentuan hukum
yang tidak di jelaskan oleh teks Al- Quran maupun Hadist, diantaranya :
meng-qiyas-kan zakat tebu, kelapa, lada ,cengkeh, dan sejenisnya dengan zakat
gandum, beras dan makanan pokok lainnya, bila hasilnya mencapai 5 wasak ( 7,5
kwintal )</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ketiga</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, Ijtihad </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Istishlahi </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">: yaitu menetapkan hukum yang tidak ada nashnya secara khusus
dengan berdasarkan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">illat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, demi untuk kemaslahatan masyarakat, seperti; membolehkan wanita
keluar rumah dengan beberapa syarat, membolehkan menjual barang wakaf yang diancam
lapuk, mengharamkan nikah antar agama dll</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalam memutuskan sesuatu keputusan, dilakukan dengan cara
musyawarah.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalam menetapkan
masalah ijtihad, digunakan sistem ijtihad jama</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i. Dengan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">demikian pendapat
perorangan dari anggota majlis, tidak dipandang kuat. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Manhaj ini sebagaimana halnya pendapat salah satu anggota Majlis Tarjih
Pusat yang pernah dimuat di dalam majalah Suara Muhammadiyah, bahwa dalam
penentuan awal bulan Ramadlan dan Syawal hendaknya menggunakan Mathla‘ Makkah.
Pendapat ini hanyalah pendapat pribadi sehingga tidak dianggap kuat. Yang diputuskan
dalam Munas Tarjih di Padang Oktober 2003, bahwa Muhammadiyah menggunakan
Mathla‘ Wilayatul Hukmi.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Tidak mengikatkan diri kepada suatu madzhab, akan tetapi
pendapat-pendapat madzhab, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
hukum. Sepanjang sesuai dengan jiwa Al Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">an dan al – Sunnah, atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hal tersebut seperti halnya ketika Majlis Tarjih
mengambil pendapat Mutorif</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bin Al Syahr di dalam menggunakan Hisab ketika
cuaca mendung, yaitu di dalam menentukan awal bulan Ramadlan. Walaupun
pendapatnya menyelisihi Jumhur Ulama. Sebagai catatan: Rumusan di atas,
menunjukkan bahwa Muhammadiyah, telah menyatakan diri untuk tidak terikat
dengan suatu madzhab, dan hanya menyandarkan segala permasalahannya pada
Al-Qur‘an dan Hadits saja. Namun pada perkembangannya, Muhammadiyah sebagai</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">organisasi keagamaan yang mempunyai pengikut cukup
banyak, secara tidak langsung telah membentuk madzhab sendiri, yang disebut</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―Madzhab Muhammadiyah―, ini dikuatkan dengan adanya
buku panduan seperti HPT (Himpunan keputusan Tarjih ).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Berprinsip terbuka dan toleran dan tidak beranggapan bahwa hanya
majlis</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Tarjih yang paling
benar. Keputusan diambil atas dasar landasan dalil- dalil yang dipandang paling
kuat, yang di dapat ketika keputusan diambil. Dan koreksi dari siapapun akan
diterima. Sepanjang dapat diberikan dalil-dalil lain yang lebih kuat. Dengan
demikian, Majlis Tarjih dimungkinkan mengubah keputusan yang pernah ditetapkan.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Seperti halnya pencabutan larangan menempel gambar
KH. Ahamd Dahlan karena kekawatiran tejadinya syirik sudah tidak ada lagi , pencabutan
larangan perempuan untuk keluar rumah dll.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">e.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Di dalam masalah aqidah (Tauhid), hanya dipergunakan dalil-dalil mutawatir.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Keputusan yang membicarakan tentang aqidah dan iman
ini dilaksanakan pada Mukatamar Muhammadiyah ke- 17 di Solo pada tahun 1929.
Namun rumusan di atas perlu ditinjau ulang. Karena mempunyai dampak yang sangat
besar pada keyakinan sebagian besar umat Islam, khususnya kepada warga
Muhammadiyah. Hal itu, karena rumusan tersebut mempunyai arti bahwa
Persyarikatan Muhammadiyah menolak beratus-ratus hadits shohih yang tercantum dalam
Kutub Sittah, hanya dengan alasan bahwa hadits ahad tidak bisa dipakai dalam
masalah aqidah. Ini berarti juga, banyak dari keyakinan kaum muslimin yang
selama ini dipegang erat akan tergusur dengan rumusan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">di atas, sebut saja sebagai contoh : keyakinan
adanya adzab kubur dan adanya malaikat munkar dan nakir, syafa‘at nabi Muhammad
saw pada hari kiamat, sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga, adanya
timbangan amal, (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">siroth</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) jembatan yang membentang di atas neraka untuk masuk syurga, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">(haudh</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) kolam nabi Muhammad saw,
adanya tanda- tanda hari kiamat sepeti turunnya Isa, keluarnya Dajjal. Rumusaan
di atas juga akan menjerat Persyarikatan ini </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ke dalam kelompok Munkiru al-Sunnah , walau secara
tidak langsung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">f.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Tidak menolak ijma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> sahabat sebagai dasar suatu keputusan. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Ijma‘ dari segi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kekuatan hukum dibagi menjadi dua, pertama: ijma‘
qauli, seperti ijma‘ para sahabat untuk membuat standarisasi penulisan Al
Qur‘an dengan khot Utsmani, kedua : ijma‘ sukuti. Ijma‘ seperti ini kurang kuat.
Dari segi masa, Ijma‘ dibagi menjadi dua : pertama : ijma‘ sahabat. Dan ini
yang diterima Muhammadiyah. Kedua ; Ijma‘ setelah sahabat)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">g.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Terhadap dalil-dalil yang nampak mengandung ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">arudl, digunakan cara “al</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">jam</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">u wa al taufiq“. Dan kalau tidak dapat , baru dilakukan tarjih.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Cara-cara melakukan jama‘ dan taufiq, diantaranya
adalah : </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Pertama </span></i></b><b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";">:</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dengan menentukan macam persoalannya dan menjadikan
yang satu termasuk bagian dari yang lain. Seperti menjama‘ antara QS Al Baqarah
234 dengan QS </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Al Thalaq 4 dalam menentukan batasan iddahorang
hamil , </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Kedua </span></i></b><b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";">: </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dengan menentukan yang satu sebagai mukhashis
terhadap dalil yang umum, seperti : </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">menjama</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">antara QS Ali Imran 86,87 dengan QS Ali Imran 89,
dalam menentukan hukum orang kafir yang bertaubat, seperti juga menjama‘ antara
perintah sholat tahiyatul Masjid dengan larangan sholat sunnah ba‘da Ashar, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ketiga</span></i></b><b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";"> :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dengan cara mentaqyid sesuatu yang masih mutlaq,
yaitu membatasi pengertian yang luas, seperti menjama; antara larangan
menjadikan pekerjaan membekam sebagai profesi dengan ahli bekam yang mengambil
upah dari pekerjaanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Keempat</span></i></b><b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua";"> :</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dengan menentukan arti masing-masing dari dua dalil
yang bertentangan, seperti : menjama‘ antara pengertian suci dari haid yang
berarti bersih dari darah haid dan yang berarti bersih sesudah mandi. Kelima :
Menetapkan masingmasing pada hukum masalah yang berbeda, seperti larangan
sholat di rumah bagi yang rumahnya dekat masjid dengan keutamaan sholat sunnah
di rumah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">h.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Menggunakan asas “saddu al-dara</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">”)</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">untuk menghindari terjadinya fitnah dan mafsadah.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Saddu al dzara‘‘i adalah perbuatan untuk mencegah
hal-hal yang mubah, karena akan mengakibat kepada hal-hal yang dilarang.
Seperti : Larangan memasang gambar KH. Ahmad Dahlan, sebagai pendiri Muhammadiyah,
karena dikawatirkan akan membawa kepada kemusyrikan. Walaupun akhirnya larangan
ini dicabut kembali pada Muktamar Tarjih di Sidoarjo, karena kekawatiran
tersebut sudah tidak ada lagi. Contoh lain adalah larangan menikahi wanita non
muslimah ahli kitab di Indonesia, karena akan menyebabkan finah dan kemurtadan.
Keputusan ini ditetapkan pada Muktamar Tarjih di Malang 1989.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i. </span></i></b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Men-ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalil-dalil </span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Al Qur’an dan al
Sunnah, sepanjang sesuai dengan tujuan syare</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ah. Adapun</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qaidah: “ al hukmu
yaduuru ma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">a „ilatihi wujudan wa</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">adaman” dalam hal-hal</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tertentu , dapat
berlaku “</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ta‘lil Nash adalah memahami nash Al-Qur‘an dan
hadits, dengan mendasarkan pada illah yang terkandung dalam nash. Seperti
perintah menghadap arah Masjid Al Haram dalam sholat, yang dimaksud adalah arah
ka‘bah, juga perintah untuk meletakkan hijab antara lakilaki dan perempuan,
yang dimaksud adalah menjaga pandangan antara laki-laki dan perempuan, yang
pada Muktamar Majlis Tarjih di Sidoarjo 1968 diputuskan bahwa pelaksanaannya
mengikuti kondisi yang ada, yaitu pakai tabir atau tidak, selama aman dari
fitnah )</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">j.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Pengunaaan dalil- dalil untuk menetapkan suatu hukum , dilakukan
dengan cara konprehensif , utuh dan bulat. Tidak terpisah. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Seperti halnya di dalam memahami larangan menggambar makhluq</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang bernyawa,jika dimaksudkan untuk disembah atau
dikawatirkan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">akan menyebabkan kesyirikan )</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">k.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalil –dalil umum al Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">an dapat ditakhsis dengan hadist Ahad, kecuali dalam bidang aqidah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. (Lihat keterangan dalam point ke 5 )</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">l.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalam mengamalkan agama Islam, mengunakan prinsip “Taisir“</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Di antara contohnya adalah: dzikir singkat setelah
sholat lima
waktu, sholat tarawih dengan 11 rekaat)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">m.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalam bidang Ibadah yang diperoleh ketentuan- ketentuannya dari Al
Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">an</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">dan al Sunnah,
pemahamannya dapat dengan menggunakan akal, sepanjang</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">dapat diketahui latar
belakang dan tujuannya. Meskipun harus diakui ,akal bersifat nisbi, sehingga
prinsip mendahulukan nash daripada akal memiliki</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">kelenturan dalam
menghadapai situsi dan kondisi.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Contohnya, adalah ketika Majlis Tarjih menentukan
awal Bulan Ramadlan dan Syawal, selain menggunakan metode Rukyat,juga menggunakan
metode </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">al Hisab. Walaupun pelaksanaan secara rinci terhadap
keputusan ini perlu dikaji kembali karena banya menimbulkan problematika pada
umat Islam di Indonesia </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">n.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalam hal- hal yang termasuk “al umur al dunyawiyah” yang tidak
termasuk</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tugas para nabi ,
penggunaan akal sangat diperlukan, demi kemaslahatan umat.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">o.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Untuk memahami nash yang musytarak, paham sahabat dapat diterima.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">p.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Dalam memahani nash , makna dhahir didahulukan dari ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">wil dalam bidang</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">aqidah. Dan takwil
sahabat dalam hal ini, tidak harus diterima. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Seperti dalam
memahami ayat-ayat dan hadist yang membicarakan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sifat-sifat dan perbuatan Allah swt,seperti Allah
bersemayam d atas</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Arsy, Allah turun ke langit yang terdekat dengan bumi pada
sepertiga</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">akhir malam dll )</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam perjalanannya Majlis Tajrih mengalami
perkembangan. Salah satunya adalah dengan penambahan terhadap tiga bentuk
Ijtihad yang digunakan Majlis Tarjih (Yaitu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ijtihad
Bayani, Qiyasi dan Istishlahi </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) dengan ditambah tiga
pendekatan baru ,yaitu Pendekatan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“Bayani” , “Burhani”
dan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“Irfani”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tiga pendekatan tersebut diputuskan pada MUNAS Tarjih di Malang,
tahun 2000. Kemudian disempurnakan pada MUNAS Tarjih ke 26 di Padang, Oktober 2003. Walaupun telah
dilakukan beberapa kali sidang, tiga pendekatan tersebut masih belum tuntas
pembahasannya. Perjalan Majlis Tarjih yang sudah berdiri selama 77 tahun,
memang penuh dengan tantangan dan cobaan. Tugas yang diembannya untuk membimbing
masyarakat Islam Indonesia, pada umumnya dan warga Persyarikatan Muhammadiyah
pada khususnya dalam masalah keagamaan dan pengembangan pemikiran Islam, nampak
begitu berat dan menuntut adanya kesabaran dan perjuangan, serta pencarian yang
tiada kenal putus asa. Sehingga perbaikan,penyempurnaan serta pengembangan Majlis
tarjih ini sangat mutlak diperlukan,guna memberikan konstribusikonstribusi yang
bermanfaat bagi umat Islam Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adapun cara-cara peng-</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">istinbath</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">-an hukum dalam Lembaga Tarjih
Muhammadiyah, sebagaimana ditulis Ma‘rifat Iman di antaranya sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Nash </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qath</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Mengenai hal ini tidak ada masalah. Tidak boleh diperdebatkan
lagi, tidak ada lapangan ijtihad padanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Terdapat nash, namun saling diperselisihkan, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau nash itu satu dengan yang lain saling bertentangan, atau nash
itu mempunyai nilai yang berbeda, maka Lembaga Tarjih Muhammadiyah menempuh
cara:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1)</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Tawaqquf</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yaitu bersikap membiarkan
tanpa mengambil keputusan, karena kedua dalil atau lebih yang saling
bertentangan tersebut tidak lagi dapat dikompromikan dan tidak dapat dicarikan
alternatif mana <span> </span>yang dianggap terkuat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2)</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Tarjih, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yaitu mengambil jalan yang
lebih kuat di antara dalil-dalil yang bertentangan (memilih satu alternatif
dalil yang dianggapnya lebih kuat). Dalam hal bertarjih ini cara yang ditempuh,
yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a)</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Jarh </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(cela) itu didahulukan daripada
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">dil </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sesudah keterangan yang jelas dan sah menurut
anggapan syara‘.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b)</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Riwayat orang yang telah
terkenal suka melakukan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tadlis </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dapat diterima bila ia menerangkan bahwa apa yang ia riwayatkan
itu bersanad sambung, sedang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">tadlis</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">nya itu tidak sampai tercela.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c)</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Pendapat sahabat akan
perkataan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">musytarak</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, pada salah
satu artinya wajib diterima.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d)</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Penafsiran sahabat antara
arti kata yang tersurat dengan yang tersirat, arti kata yang tersurat itu yang
diutamakan/diamalkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3)</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Jam’u</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yaitu menjama‘ atau
menggabung atau menghimpun antara kedua dalil atau lebih yang saling
bertentangan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian. Misalnya jika ada Hadis
ahad yang shahih namum bertentangan dengan prinsip dasar ajaran Islam, maka
bisa jadi atau ada kemungkinan Hadis itu bersifat insidental atau anjuran yang
tidak mengikat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Mengenai masalah-masalah yang
tidak ada nashnya, sedangkan terhadapnya diperlukan ketentuan hukumnya dalam
masyarakat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam hal semacam ini Lembaga Tarjih Muhammadiyah
berusaha mengeluarkan hukum atau menetapkan dengan jalan ijtihad dengan berpedoman
kepada prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti prinsip kemaslahatan dan menolak
kemafsadatan. Memberikan atau menetapkan sesuatu hukum dengan beralasan adanya
darurat yang dapat menimbulkan kemudharatan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua,Bold";">2. Bermadzhab dalam
Pandangan NU dan Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pembahasan tentang madzhab dalam pandangan NU dan Muhammadiyah
agaknya perlu untuk dipertegas. Hal ini penting mengingat pandangan tentang
madzhab akan sangat memperngaruhi pengistimbatan hukum yang dilakukan oleh dua
ormas tersebut. Sebagaimana sudah disinggung di muka, bahwa NU yang mengaku
berhaluan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ahlus sunnah wal jamaah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam bidang fiqih terang-terangan bermadzhab Imam Maliki, Imam
Hanafi, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali. Apabila dalam suatu masalah tidak
ditemukan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">jawaban dari empat madzhab tersebut maka baru
dilakukan ijtihad. Di sisi lain, Muhammadiyah bersikap untuk tidak bermadzhab. Muhammadiyah
menyatakan padangannya bahwa pokok-pokok Manhaj Majelis Tarjih yang berbunyi
―Tidak mengikat diri kepada suatu madzhab, tetapi pendapat-pendapat madzhab
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum, sepanjang sesuai
dengan jiwa al-Qur‘an dan as-Sunnah atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">,</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Dari sana dapat dipahami bahwa Muhammadiyah memang tidak terikat kepada
salah satu di antara madzhab-madzhab tertentu, akan tetapi juga bukan berarti
Muhammadiyah anti dengan madzhab, kita tidak meragukan kualitas keilmuan para
Imam-Imam madzhab.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Namun, bagaimanapun juga pendapat-pendapat para imam
tidaklah memiliki kebenaran secara mutlak sebagaimana kebenaran al-Qur‘an dan
as- Sunnah </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ash-Shahihah. Muhammadiyah berpendapat bahwa
pendapat para Imam tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi pada masa
mereka hidup, yang tentunya akan terdapat perbedaan dan juga akan ada hal-hal
yang kurang relevan lagi dengan masa kita sekarang. Menurut Muhammadiyah apa
yang menjadi pandangannya, yakni melaksanakan agama dengan bersumber langsung
pada al-Qur‘an dan as-Sunnah telah sesuai dengan sabda Rasulullah saw.
Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“Aku telah
meninggalkan kepadamu sekalian dua perkara, tidak akan tersesat kamu selama
berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dan juga, apa yang dikatakan oleh salah satu Imam
madzhab, yaitu Imam Ahmad Bin Hanbal: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">“Janganlah engkau
taqlid kepadaku, demikian juga kepada Imam Malik, Imam Syafi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i, Imam Auza</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">i dan Imam ats-Tsauri. Namun, ambillah (ikutilah) dari mana mereka
(para Imam itu) mengambil (yaitu Al-Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">an dan As-Sunnah)”.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Singkatnya, demikian di tulis dalam Tanya jawab
masalah Agama di Majalah Suara Muhammadiyah, tidak mengikuti pada madzhab-madzhab
tertentu bukan berarti tidak menghormati pendapat para Imam fuqaha, namun hal
ini justru langkah untuk menghormati mereka karena mengikuti metode dan jalan
hidup mereka serta melaksanakan pesan-pesan mereka agar tidak bertaqlid. Jadi,
sebenarnya hal penting yang perlu diikuti adalah menggali pandapat itu dari
sumber pengambilan mereka yaitu Al-Qur‘an dan Sunnah Rasulullah Saw. yang
shahih yang tidak diragukan lagi kebenarannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Inilah perspektif, pandangan, atau pendapat.
Perbedaan sangat niscaya. Jika Muhammadiyah berpendapat bahwa tidak mengikuti
madzhab merupakan usaha untuk menghormati imam Fuqoha, maka NU berpandangan
lain. NU tidak menganggap bahwa bermadzhab bisa diartikan dengan sepenuhya
taklid.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pengertian taklid, menurut ormas tradisionalis ini,
hendaknya jangan digambarkan seperti kerbau yang dicocok hidungnya, taklid
buta, atau membuta</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tuli tanpa ada kesempatan menggunakan akal pikiran,
tanpa boleh mempelajari</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalil al-Quran dan al-Hadits. Pada taraf permulaan
memang demikian. Setiap pelajaran yang diberikan oleh ulama, Kiai, serta guru
hendaknya diterima dan diikuti. Selanjutnya setiap muslim didorong dan
dianjurkan untuk mempelajari</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalil dan dasar pelajaran tersebut dari al-Quran
dan al-Hadits.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU berpandangan bahwa bermadzhab bukanlah tingkah
laku orang bodoh, tetapi merupakan sikap yang wajar dari seorang yang tahu
diri. Ahli hadits paling terkenal, Imam Bukhari masih tergolong orang yang
bermadzhab Syafi'i. Jadi, menurut NU, bermadzahab juga ada
tingkatan-tingkatannya. Makin tinggi kemampuan seseorang, makin tinggi tingkat
bermadzhabnya sehingga makin longgar keterikatannya, dan mungkin akhirnya
berijtihad sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU juga sering mendasarkan pandangannya dengan
dasar </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ittiba'</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yaitu mengikuti
hasil ijtihad orang lain dengan mengerti dalil dan argumentasinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Beberapa hal yang dapat dikemukakan tentang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ittiba' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">antara lain:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10pt;">1.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10pt;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Usaha untuk menjadikan setiap muslim dapat
melakukan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ittiba' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah sangat
baik, wajib didorong dan dibantu sekuat tenaga. Namun mewajibkan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ittiba' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atas setiap muslim dengan
pengertian bahwa setiap muslim harus mengerti dan mengetahui dalil atau
argumentasi semua hal yang diikuti kiranya tidak akan tercapai. Kalau sudah
diwajibkan, maka yang tidak dapat melakukannya dianggap berdosa. Jika demikian,
berapa banyak orang yang dianggap berdosa karena tidak mampu melakukan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ittiba'</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10pt;">2.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10pt;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebenarnya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ittiba' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah salah satu tingkat bermadzhab atau taklid yang lebih tinggi
sedikit. Dengan demikian hanya terjadi perbedaan istilah, bahwa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ittiba' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak diwajibkan, melainkan
sekedar anjuran dan didorong sekuat tenaga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Meski NU banyak mendasarkan pandangan fiqihnya pada
</span><b><i><span style="color: red; font-family: "Book Antiqua,Italic";">madzhab empat</span></i></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, tetapi NU juga tidak menutup pintu ijtihad. Ijtihad di sini
diartikan dengan usaha keras untuk menyimpulkan hukum agama atas sesuatu hal
berdasar dari</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">al-Quran dan atau hadits, karena hal yang dicari
hukumnya tidak ada nash yang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sharih, jelas, tegas, atau </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qath'i</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, pasti.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ijtihad adalah usaha yang diperintahkan oleh agama
Islam untuk mendapat hukum sesuatu yang tidak ada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">nash sharih </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">qath'i </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam al-Quran dan atau
hadits. Ijtihad dilakukan dengan beberapa metoda, yang paling terkenal adalah
cara qiyas atau analogi dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ijma' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau kesepakatan para mujtahidin. Hasil berijtihad yang berwujud
pendapat hukum itulah yang disebut madzhab yang asal artinya tempat berjalan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hasil ijtihad atau madzhab seorang mujtahid
biasanya diterima dan diikuti oleh orang lain. Sementara orang lain yang tidak
berkemampuan berijtihad sendiri yang menerima dan mengikuti hasil ijtihad
disebut bermadzhab kepada mujtahid tersebut. Ibaratnya yang berijtihad adalah produsen
dan yang bermadzhab adalah konsumen.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ijtihad tidak boleh dilakukan sembarangan. Prinsip </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ahlus sunnah wal jamaah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ini menegaskan bahwa ijtihad
atau penggunaan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">ra'yu </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menyimpulkan hukum agama harus disertai persyaratan yang ketat
agar</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">hasilnya tidak menyalahi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">assunnah wal jamaah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Persyaratan ijtihad cukup
banyak,</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tetapi pada pokoknya adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Kemampuan ilmu agama dengan
al-Quran dan al-Hadits dan segala kelengkapannya seperti bahasa Arab, tafsir,
dan lain-lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Kemampuan menganalisis,
menghayati, dan menggunakan metoda kaidah yang dapat dipertanggungjawabkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Semuanya dilakukan atas dasar
akhlak atau mental yaitu keikhlasan mengabdi kepada Allah dalam mencari
kebenaran, bukan sekedar mencaricari</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">argumentasi untuk membenar-benarkan kecenderungan
selera dan nafsu atau kepentingan lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU memandang akan sangat sulit dan sedikit orang
yang mampu melakukan ijtihad. Padahal semua orang Islam sudah harus melakukan
perintah dan menjauhi larangan Allah, meskipun belum mampu berijtihad. Karena
itu, NU sebenarnya tidak memaksa kaumnya untuk bertaklid / bermadzhab tetapi memberi
dua alternatif:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Berijtihad sendiri, yang
dapat dilakukan oleh mereka yang memenuhi persyaratan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2.</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Menerima dan mengikuti hasil
ijtihad atau bermadzhab atau bertaklid, yang dapat dilakukan oleh semua orang.
Kenyataan memang menunjukkan bahwa hampir semua orang Islam melakukan taklid,
setidak-tidaknya pada waktu permulaan yang cukup panjang, bahkan seumur hidup
karena tidak pernah mencapai kemampuan untuk berijtihad sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kiai Nuril Huda, seorang tokoh NU, penah menulis,
bagi orang awam taqlid atau mengikuti ulama mujtahid yang telah memahami agama
secara mendalam hukumnya wajib, sebab tidak semua orang mempunyai kemampuan dan
kesempatan untuk mempelajari agama secara mendalam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Allah SWT berfirman :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">“</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Tidak pantas orang
beriman pergi ke medan perang semua, hendaknya ada</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">sekelompok dari tiap
golongan dari mereka ditinggal untuk memperdalam agama dan memberikan
peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali kepadanya, mudahmudahan mereka
itu takut”</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (QS At-Taubah: 122)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam ayat ini jelas Allah SWT menyuruh kita untuk
mengikuti orang yang telah memperdalam agama. Dalam ayat lain secara lebih
tegas Allah SWT berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">“</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Maka hendaknya kamu
bertanya kepada orang-orang yang ahli Ilmu Pengetahuan jika kamu tidak mengerti”
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"><span> </span>(An-Nahl: 43)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Lalu kepada siapakah kita bertaqlid? Kita bertaqlid
kepada salah satu dari madzhab empat yang telah dimaklumi oleh seluruh Ahli
Ilmu, tentang keahlian dan kemampuan mereka dalam Ilmu Fiqih. Di samping itu
telah dimaklumi pula ketinggian akhlaq dan taqwa mereka yang tidak akan
menyesatkan umat. Mereka adalah orang yang takut kepada Allah SWT dan telah
meletakkan hukum bersumber dari Al-Qur‘an, As-Sunnah, Al-Ijma‘ dan Al-Qiyas.
Namun, ketika kita boleh bertaqlid, bukan kemudian kita bertaqlid kepada
sembarang orang yang belum mutawatir kemasyhurannya. Tentu taqlid semcam itu
justru akan membawa kesesatan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kita bertaqlid kepada ulama yang telah diakui umat,
baik akhlaq dan sikapnya sehari-hari, di mana fatwa mereka diyakini berasal
dari Al-Qur‘an dan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">As-Sunnah. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‘an :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua";">“</span><i><span style="font-family: "Book Antiqua,Italic";">Sesungguhnya yang takut kepada
Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah para</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua,Italic";">Ulama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">”</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (Fathir: 28)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Menurut pandangan NU, bermadzhab adalah upaya untuk
menempuh jalan yang lebih selamat dari kekeliruan di bidang agama yang membawa konsekuensi
ukhrawi dan hal tersebut dapat dipertanggungjawabkan serta dibenarkan berdasar
al-Quran dan al-Hadits. Sedangkan taqlid buta, atau taqlid</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kepada sembarang orang tentu dilarang oleh agama.
Bagi mereka yang ada kesempatan dan kemampuan tentu wajib mengetahui seluk
beluk dalil yang dipergunakan oleh para fuqaha'. Namun, untuk mencapai derajat
mujtahid </span><span style="font-family: "Book Antiqua";">barangkali sulit, walaupun kemungkinan itu selalu ada.<span style="color: black;"></span></span></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-78941252543964423402012-11-13T20:11:00.000-08:002012-11-13T20:38:19.231-08:00BAB IV BEBERAPA MASALAH FIQH AL-IKHTILAF NU-MUHAMMADIYAH<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s1600/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s320/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kita sepakat bahwa Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama
(NU) memiliki perbedaan pendapat dalam masalah-masalah keagamaan, dalam hal ini
fiqih. Kita juga sepakat bahwa perbedaan-perbedaan tersebut niscaya dan kita
sangat</span><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">memakluminya. Di sini, penulis tidak ingin
menunjukkan mana yang terkuat dari dua pendapat tersebut. Penulis cuma ingin
memaparkan dasar-dasar yang menjadi hujjah NU maupun Muhammadiyah dalam
mengistimbathkan hukum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adapun masalah-masalah fiqih yang akan dipaparkan
di sini barangkali masih sangat jauh untuk mengatakan lengkap, mulai dari
masalah muamalah, ibadah, siayasah. Untuk melakukan penulisan secara
konprehenship penulis merasa belum cukup mampu, selain juga membutuhkan waktu
serta bahan penelitian yang tidak sedikit. Masalah-masalah fiqih yang akan
dipaparkan di sini hanyalah masalah-malasah yang sering menjadi bahan diskusi,
yang terkadang mengarah sampai pada perdebatan yang tidak sehat.
Masalah-masalah fiqih tersebut, yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a. Niat shalat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b. Shalat Jumat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c. Qunut Subuh, Witir, dan Nazilah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d. Shalat Tarawih</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">e. Dzikir dengan suara keras</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">f. Penentuan awal ramadhan dan 1 syawal</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">g. Hal yang membatalkan wudhu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">h. Tawasul</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">i. Tahlil</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">j. Rokok</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebelum dipaparkan lebih rinci tentang masalah-masalah
tersebut, barangkali lebih enak jika kami berikan gambaran awal di mana titik
perbedaan-perbedaan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pendapatnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a. Niat Shalat: Kaum Nadhdzihiyin berpendapat bahwa
niat sholat itu sunnah dilafalkan dengan ucapan ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ushally</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">…sedangkan Muhammadiyah berpendapat
bahwa niat sholat itu di hati, tidak perlu diucapkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b. Shalat Jum‘at: Di Masjid-masjid di mana
jama‘ahnya mayoritas warga NU,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">shalat Jum‘at didirikan dengan dua adzan, ditambah
dengan petugas yang menjadi Ma‘ashiral. Sementara di masjid-masjid di mana Muhammadiyah
menjadi basis warganya, maka shalat Jum‘at biasanya diadakan dengan satu kali
adzan dan tanpa Ma‘ashiral.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c. Qunut Subuh, Witir, dan Nazilah: Muhammadiyah
berpendapat qunut Subuh bukan merupakan sesuatu yang disunnahkan atau yang diwajibkan
sedangkan NU menganggapnya sebagai Sunnah Ab‘ad. NU juga berpendapat bahwa
Qunut Nazilah dan Qunut Witir adalah sunnah, tapi Muhammadiyah berpendapat
bahwa Qunut Subuh dan Witir bukan suatu amalan sunnah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d. Shalat Tarawih: mengenai Shalat Tarawih
Muhammadiyah berpendapat dikerjakan 8 Raka‘at di tambah Witir 3 Raka‘at,
sedangkan NU melakukan Shalat Witir 20 Raka‘at ditambah 3 Raka‘at Witir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">e. Dzikir dengan Suara Keras: Seusai shalat jama‘ah
di kalangan NU baisanya dilakukan dzikir bersama dengan suara keras, sementara
di kalangan Muhammadiyah tidak demikian, dzikir ba‘da shalat dilakukan sendiri-sendiri
dan dengan suara rendah. Dalam NU juga ada tradisi menyuarakan dzikir atau
puji-pujian sebelum shalat berjama‘ah di masjid. Juga sebuah tradisi yang
dikenal dengan sebutan istighasah. Sementara di Muhamamdiyah tidak ada
kebiasaan tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">f. Penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal: sudah
sering terjadi perbedaan waktu awal Ramadhan dan Idul Fitri di antara NU dan
Muhammadiyah. Hal ini dikarenakan perbedaan metodologi yang mereka gunakan
untuk menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">g. Tawassul: tawassul berasal dari kata </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Wasilah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, perantara. Tawassul berarti mendekatkan
diri kepada Allah atau berdo‘a kepada Allah dengan mempergunakan wasilah, atau
mendekatkan diri dengan bantuan perantara. Tawasul merupakan di antara amaliah
warga NU yang terkenal. Sementara Muhammadiyah menganggap bahwa berdoa melalui perantara
atau dengan ber-tawassul adalah tidak boleh hukumnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">h. Tahlilan: Tahlilan juga salah satu Amaliyah kaum
Nadhiyin untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. NU berpendapat bahwa
Tahlil itu justru dianjurkan, sementara Muhammadiyah sebaliknya, tidak membolehkannya,
disebabkan ada unsur-unsur bid‘ah di dalamnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">h. Masalah Rokok: Muhammadiyah dalam putusan
Tarjihnya yang belum lama ini dikeluarkan, dengan berani telah mengharamkan
rokok. Sementara NU dengan sekian dasar dan dalil pula menghukumi rokok dengan
makruh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">A. Niat Sholat</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Baik Nahdhatul Ulama maupun Muhammadiyah sepakat
bahwa niat dalam shalat merupakan bagian dari rukun. Perbedaan pendapat hanya
muncul dalam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menjawab pertanyaan, apakah niat shalat perlu
dilafalkan atau tidak, dan apa hukumnya melafalkan niat dalam shalat?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Nahdhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Melafalkan niat shalat ketika menjelang takbiratul
ihram sudah menjadi kebiasaan warga NU. Lafadl niat shalat diawali dengan
kalimah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“ushalli” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">artinya ―aku berniat melakukan shalat. Kalau yang
akan dikerjakan shalat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">shubuh maka lafadh niatnya yang lengkap menjadi ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ushalli fardla subhi rak</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ataini mustaqbilal kiblati ada</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">an lillahi ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ala</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (Saya berniat melakukan shalat fardlu subuh</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dzuhur dua empat raka‘at dengan menghadap kiblat
dan tepat pada waktunya</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">semata-mata karena Allah SWT).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hukum melafalkan niat shalat pada saat menjelang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">takbiratul ikhram</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">demikian Cholil Nafis, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul
Masa‘il PBNU dalam situs</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">resmi NU, menurut kesepakatan para pengikut mazhab
Imam Syafi‘iy (Syafi‘iyah) dan pengikut mazhab Imam Ahmad bin Hambal
(Hanabilah) adalah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sunnah. Hal ini dikarena melafalkan niat sebelum
takbir dapat membantu untuk</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengingatkan hati sehingga membuat seseorang lebih
khusyu‘ dalam melaksanakan shalatnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Melafadhkan niat shalat merupakan wujud dari
kehati-hatian. Sebab, jika seseorang salah dalam melafalkan niat sehingga tidak
sesuai dengan niatnya, seperti melafalkan niat shalat Ashar tetapi niatnya
shalat Dzuhur, maka yang dianggap adalah niatnya bukan lafal niatnya. Sebab apa
yang diucapkan oleh mulut itu (shalat Ashar) bukanlah niat, ia hanya membantu
mengingatkan hati.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Salah ucap tidak mempengaruhi niat dalam hati
sepanjang niatnya itu masih benar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berkaitan dengan pendapat yang tidak menganjurkan
pelafadzan niat shalat, Cholil Nafis tak lupa melengkapi argumennya. Ia
menambahkan, bahwa menurut pengikut mazhab Imam Malik (Malikiyah) dan pengikut
Imam Abu Hanifah (Hanafiyah) melafalkan niat shalat sebelum takbiratul ihram
tidak disyari‘atkan kecuali bagi orang yang terkena penyakit was-was (peragu terhadap
niatnya sendiri). Menurut penjelasan Malikiyah, bahwa melafalkan niat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">shalat sebelum takbir menyalahi keutamaan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">khilaful aula</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), tetapi bagi orang yang terkena
penyakit was-was hukum melafalkan niat sebelum shalat adalah sunnah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sedangkan penjelasan al Hanafiyah bahwa melafalkan
niat shalat sebelum takbir</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah bid‘ah, namun dianggap baik (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">istihsan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) melafalkan niat bagi orang
yang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">terkena penyakit was-was. Dasar atau argumen NU
selanjutnya adalah hadist Rasul tentang pelafalan niat dalam suatu ibadah wajib
yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah saw pada saat melaksanakan ibadah haji.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Anas r.a.
berkata: Saya mendengar Rasullah saw mengucapkan, “Labbaika, aku sengaja
mengerjakan umrah dan haji”</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">." (HR. Muslim).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Memang, ketika Nabi Muhammad SAW melafalkan niat
itu bukan untuk ibadah shalat, bukan pula wudhu, dan puasa, melaikan ibadah
haji. Namun demikian, menurut Cholil Nafis, apa yang dikerjakan Nabi tersebut
tidak berarti selain haji. Apa yang dilakukan Nabi bisa diqiyaskan atau
dianalogikan, yakni disunnahkannya pelafalan niat shalat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tempatnya niat ada di hati, NU tidak menampik hal
ini. Namun demikian, masih menurut Cholil Nafis, untuk sahnya niat dalam ibadah
itu disyaratkan empat hal yaitu,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1. Islam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2. Berakal sehat (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tamyiz</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3. Mengetahui sesuatu yang diniatkan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">4. Tidak ada sesuatu yang merusak niat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Syarat yang nomor tiga (mengetahui sesuatu yang
diniatkan) menjadi tolok ukur tentang diwajibkannya niat. Menurut ulama fiqh,
niat diwajibkan dalam dua hal. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Pertama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan (adat), seperti
membedakan orang yang beri‘tikaf di masjid dengan orang yang beristirah di
masjid. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kedua</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, untuk
membedakan antara suatu ibadah dengan ibadah lainnya, seperti membedakan antara
shalat Dzuhur dan shalat Ashar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Karena melafalkan niat sebelum shalat tidak
termasuk dalam dua kategori tersebut tetapi pernah dilakukan Nabi Muhammad
dalam ibadah hajinya, maka</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">hukum melafalkan niat adalah sunnah. Fatwa sunnah
melafalkan niat dari NU juga dikuatkan dengan pendapat Imam Ramli dalam kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Nihayatul Muhtaj</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Disunnahkan melafalkan
niat menjelang takbir (shalat) agar mulut dapat membantu (kekhusyu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">-an) hati, agar terhindar dari gangguan hati dan karena menghindar
dari perbedaan pendapat yang mewajibkan melafalkan niat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, dasar-dasar tersebut di atas, melafalkan niat
(Talaffudz</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Binniyah) juga berdasar kepada
al-Qur‘an surat
ayat (disunnahkannya</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">melafalkan niat Ayat–ayat Al-Qur‘an berikut:</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Yang Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tidaklah seseorang itu
mengucapkan suatu perkataan melainkan disisinya ada</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">malaikat pencatat amal
kebaikan dan amal kejelekan. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Qaaf: 18)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Barangsiapa yang
menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan itu</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">semuanya.
kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.
dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan
rencana jahat mereka akan hancur </span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">.(Q.S Fathir: 10)</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa perkataan
yang baik itu ialah kalimat tauhid yaitu Laa ilaa ha illallaah; dan ada pula
yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang mengatakan semua perkataan
yang baik yang diucapkan karena Allah. Perkataan baik dan amal yang baik itu
dinaikkan untuk</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">diterima dan diberi-Nya pahala. Melafalkan niat
dengan lisan adalah suatu kebaikan yang akan dicatat amalnya oleh Malaikan
pencacat amal kebaikan. Segala perkataan hamba Allah yang baik akan diterima
oleh Allah (Allah akan menerima dan meridhoi amalan tersebut) termasuk ucapan
lafadz niat melakukan amal shalih (niat shalat, haji, wudhu, puasa dsb). Hadits-Hadist
lain yang menjadi dasar </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">talaffudz binniyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin ra. Beliau
berkata: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Pada suatu</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hari Rasulullah Saw.
Berkata kepadaku : “Wahai aisyah, apakah ada sesuatu yang dimakan? Aisyah Rha.
menjawab: “Wahai Rasulullah, tidak ada pada kami sesuatupun”. Mendengar itu
Rasulullah Saw. bersabda : “Kalau begitu hari ini aku puasa”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Muslim).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadits ini mununjukan bahwa Rasulullah Saw.
mengucapkan niat atau talafudz bin niyyah ketika beliau hendak berpuasa sunnat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hadits Riwayat Bukhari
dari Umar ra. Bahwa beliau mendengar Rasulullah bersabda ketika tengah berada
di Wadi Aqiq: ”Shalatlah engkau di lembah yang penuh berkah ini dan ucapkanlah
“sengaja aku umrah di dalam haji”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Hadis Sahih riwayat</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Imam-Bukhari)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Diriwayatkan dari Jabir, beliau berkata: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Aku pernah shalat Idul Adha bersama</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rasulullah Saw., maka
ketika beliau hendak pulang dibawakanlah beliau seekor</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kambing lalu beliau
menyembelihnya sambil berkata: “Dengan nama Allah, Allah</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Maha Besar, Ya Allah,
inilah kurban dariku dan dari orang-orang yang tidak sempat berkurban di antara
ummatku.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari hadis-hadis di atas, menunjukkan bahwa
Rasulullah mengucapkan niat dengan lisan atau </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">talafudz
binniyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ketika beliau akan haji, puasa, maupun menyembelih
qurban, sehingga hal ini sangat bisa diqiyaskan dalam perkara shalat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sekali lagi, perlu ditegaskan bahwa, fungsi
melafalkan niat, menurut Fuqoha kaum NU adalah untuk mengingatkan hati agar
lebih siap dalam melaksanakan shalat sehingga dapat mendorong pada kekhusyu‘an.
Karena melafalkan niat sebelum shalat hukumnya sunnah, maka jika dikerjakan
dapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam kitab himpunan Putusan Tajrih Muhammadiyah,
pada pembahasan masalah shalat, di awali dengan beberapa dalil, baik al-Qur‘an
dan hadis. Berkaitan dengan tema yang sedang kita bahas, ada satu dalil hadist
yang diletakkan dalam pendahuluan HPT Muhammadiah bab Shalat, yakni Hadits dari
Malik bin Huwairits ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihat aku melakukan shalat".</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. al-Bukhari).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadist tersebut menjadi salah satu dasar bagi
Muhammadiyah bahwa niat dalam shalat tidak perlu dilafalkan. Karena memang
tidak ada dalil yang memerintahkan atau tidak ada peristiwa di mana para
shahabat Nabi melihhat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Nabi Muhammad melafalkan niat dalam shalat. Sejauh
ini, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah (HPT) tidak menyebutkan secara rinci
berkaitan dengan alasan-alasan Muhammadiyah tidak melafalkan niat shalat. Dalam
HPT hanya disebutkan bahwa :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“bila kamu hendak</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">menjalankan shalat,
maka bacalah: "Allahu Akbar" , dengan ikhlas niatmu karena Allah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">seraya mengangkat
kedua belah tanganmu sejurus bahumu, mensejajarkan ibu jarimu</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">pada daun telingamu.”</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam HPT juga disebutkan dalil hadis shahih yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Kunci (pembuka)
shalat itu wudlu, permulaannya takbir dan penghabisannya salam".</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga hadis shahih dari Ibnu Majah yang dishahihkan
oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dari hadis Abi Humaid Sa'idi bahwa
Rasulullah, jika shalat ia menghadap ke Qiblat dan mengangkat kedua belah
tangannya dengan membaca "Allahu Akbar".</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Niat sholat itu sesuatu yang wajib hukumnya dalam
shalat menurut Muhammadiyah. Hal ini didasaarkan firman Allah surah al-Bayyinah
6:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Yang Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Dan tidaklah
mereka diperintah melainkan supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas
kepadaNya daam menjalankan Agama".</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga hadis rasulullah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Sesungguhnya (sahnya)
amal itu tergantung kepada niat." </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. al-Bukhari
dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muslim)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Namun Muhammadiyah tidak memberikan pedoman kepada
warganya untuk melafalkan niat. Muhammadiyah menyatakan bahwa niat itu bukan amalan
anggota tubuh. Rasulullah memisahkan antara amalan-amalan anggota tubuh dengan
niat, bahwa niat itu yang menggerakkan tubuh untuk beramal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Oleh karena itu melafalkan niat, bagi Muhammadiyah
bukanlah sesuatu yang disunnahkan. Dalil dari fatwa ini jelas, bahwa melafalkan
niat tidak pernah dilakukan Rasulullah saw.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hal ini pernah ditegaskan oleh Syakir Jamaluddin,
Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY) saat memberikan materi ―Ibadah
Praktis Perspektif Muhammadiyah</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pada acara
Baitul Arqam Karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Syakir Jamaluddin
mengatakan, bid‘ah (penyimpangan) yang terjadi di masyarakat mengenai tata cara
shalat Nabi Muhammad SAW, yaitu mengenai niat. Niat itu, kata Syakir, di dalam
hati secara ikhlas karena Allah semata. Niat adalah perbuatan hati, bukan
perbuatan mulut sehingga tidak perlu diucapkan. Ia melanjutkan, tidak ada satu
pun hadis, baik yang dhaif (lemah), dan sahih menjelaskan tentang adanya
tuntunan melafalkan niat ketika hendak memulai shalat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, argumen lain dari tidak disunnahkannya
melafalkan niat shalat adalah, bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hati
setiap orang, maka niat tidak perlu diucapkan. Dia hanyalah suatu niat yang
tempatnya di hati. Dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak ada perbedaan dalam hal ini antara ibadah
haji dan yang lainnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berkaitan dengan hadis Rasulullah yang oleh ulama
NU dijadikan dalil bahwa niat juga pernah diucapkan Rasulullah sebelum haji,
maka pihak yang menolak disunnahkannya melafalkan niat sebelum shalat
menganggap bahwa apa yang dicapkan Nabi tersebut adalah talbiyah sesuai dengan
yang dia niatkan. Dan talbiyah bukanlah merupakan pengkabaran niat karena
talbiyah mengandung jawaban terhadap panggilan Allah. Maka talbiyah itu sendiri
merupakan dzikir dan bukan pengkabaran tentang apa yang diniatkan di dalam hati.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">B. Shalat Jum’at</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Shalat jum‘at adalah ibadah fardhu ‗ain bagi
laki-laki yang mukallaf, tak ada ikhtilaf di titik ini. Perbedaan di kalangan
ulama fiqih baru muncul pada tata cara pelaksanaannya. Kita tidak tentu tidak
terkejut ketika shalat Jumat di kampung orang lain, yang mana cara
pelaksanaannya berbeda dengan shalat jumat di kampung kita. Dan kita tak
perlulah terburu-buru menganggap bahwa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">shalat Jumat di kampung ―B</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">salah, penuh bid‘ah, atau telah keluar dari syariat, hanya karena
berbeda pelaksanaannya dengan yang biasa kita lakukan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah dan NU, sebagai organisasi Islam yang
memiliki massa terbesar di Indonesia, memiki pendapat yang
berbeda dalam hal tata cara pelaksanaan shalat Jumat. Perbedaan tersebut,
antara lain terletak pada pertanyaan, apakah adzan Jumat dilakukan satu kali
atau dua kali? Apakah dalam shalat jumat perlu adanya shalat qobliyah? Apakah
petugas khotib perlu menggunakan tombak sewaktu khotbah?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ringkasan pada bab ini adalah, sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a. Dalam masalah adzan Jumat, Muhammadiyah
berpendapat bahwa adzan Jumat hanya satu kali yakni setelah khatib naik ke
mimbar dan menguapkan salam. Sementara NU berpendapat bahwa adzan Jum‘at dilakukan
dua kali, sebelum khatib naik mimbar, dan setelah khatib naik mimbar dan
mengucapkan salam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b. NU berpendapat bahwa shalat qabliyah Jumat
adalah sunnah, sebagaimana shalat qabliyah dhuhur, sementara Muhammadiyah tidak
menganggapnya bagian dari sunnah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c. Petugas Khotib di masjid-masjid NU biasanya
memegang tombak ketika khotbah, bagi Muhammadiyah itu tidak perlu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Memang, kita tidak bisa seketika menyimpulkan;
misal jika di sebuah masjid adzan shalat Jumat dilakukan dua kali berarti
masjid tersebut di kuasai warga NU, dan sebaliknya, jika adzan Jumat cuma satu
kali berarti ―dikuasai warga Muhamamdiyah. NU dan Muhammadiyah hanya
mengeluarkan fatwa, dengan harapan bisa dijadikan rujukan bagi kaum Muslimin,
khususnya bagi kelompoknya. Fatwa-fatwa tersebut akan kami jabarkan satu
persatu, bukan dengan maksud untuk mengotak-kotakkan. Melainkan agar kita
semakin dapat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">memahami perbedaan pendapat seputar pelaksanaan
shalat Jumat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">a. Adzan Jumat</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah
tidak diterangkan secara rinci mengenai cara penyelanggaraan shalat Jumat.
Demikian pula mengenai pendapat di sekitar shalat Jumat, seperti mengenai
berapa kali adzan, cara penyampain khutbah, maupun bab shalat qabliyah Jumat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam memutuskan kapan adzan dimuai dalam shalat
jumat, tarjih menyatakan: ―Apabila Imam telah duduk di atas mimbar, maka
adzanlah salah seorang dari kamu dan apabila Imam telah turun dari mimbar maka berqamatlah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dasar dari tuntunan di atas, sebagaimana terdapat
dalam HPT adalah hadis dari Syaib bin Yazid yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Karena hadis riwayat
Bukhari, Nasai dan Abu dawud dari Saib bin Yazid r.a,</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yang berkata: “Adapun
seruan pada hari Jum</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ah itu pertama (adzan) tatkala Imam duduk di atas mimbar, pada
masa Rasulullah SAW, pada masa Khalifah Abu Bakar r.a, pada masa Khalifah Umar
r.a, setelah tiba masa Khalifah Utsman r.a, dan orang semakin banyak maka
beliau menambah adzan ketiga di atas Zaura (nama tempat di pasar) yang mana
pada masa Nabi Saw hanya ada seorang Muadzain.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tarjih Muhammadiyah mengaku mengikuti apa yang
telah berlaku pada masa Rasululah saw. Jadi, apa yang dilakukan oleh Khalifah
Utsman tidak dilanjutkan atau ditiru oleh Muhammadiyah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Perlu kami singgung lagi, bahwa HPT Muhammadiyah
tidak memberi keterangan yang lebih jauh berkait pengambilan hukum ini. Namun,
penulis perlu menambahkan alasan-alasan Ulama lain yang sependapat dengan Muhammadiyah
berkaitan masalah adzan Jumat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bahwa Khalifah Utsman menambahkan adzan pertama
karena suatu alasan yang masuk akal, yakni pada masa itu kaum Muslimin semakin
banyak jumplahnya dan tempat-tempat mereka berjauhan dari Masjid Nabawi. Beliau
hanya ingin menyampaikan kepada mereka (kaum Muslimin) tentang masuknya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">waktu shalat, dengan mengqiyaskan shalat-shalat
lainnya. Oleh karena itu, beliau memasukkan shalat Jum‘at ke dalamnya dan
menetapkan kekhususan Jum‘at dengan adzan di depan khatib.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Syaikh al-Albani dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">al-Ajwibah an-Nafi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berpendapat bahwa kondisi sekarang dianggap sudah
tidak memerlukan adzan tambahan sebelum khatib naik mimbar. Hampir tidak ada
seorang pun yang berjalan beberapa langkah, melainkan pasti mendengar adzan
Jum‘at dari menara-menara masjid. Apalagi alat-alat pengeras suara telah
dipasang di menara-menara tersebut, jam-jam penunjuk waktu dan selainnya telah
tersebar di mana-mana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ada</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> pula yang berpendapat bahwa,
melakukan adzan Jumat sama seperti yang dilakukan oleh Utsman </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">r.a. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sekarang ini termasuk di dalam
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tashiilul haashil</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(berusaha mewujudkan sesuatu yang sudah ada) dan
ini tidak boleh, terutama masalah ini mengandung unsur tambahan atas sunnah
yang telah dilakukan oleh Rasulullah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Saw. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tanpa alasan yang membenarkannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pendapat tersebut mencoba dikuatkan dengan
mencermati lagi sejarah, di Mana Ali bin Abi Thalib </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">r.a </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ketika berada di Kuffah merasa cukup dengan sunnah
Rasulullah saw tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh Utsman </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">r.a</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. hal ini seperti yang diungkap di dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tafsir al-Qurthubi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">b. Shalat Qabliyah
Jumat</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam HPT Muhammadiyah tidak terdapat pembahasan
khusus mengenai Shalat qabliyah Jumat. Namun demikian, pendapat Tarjih
berkaitan dengan adzan Jumat secara langsung membuat konsekwensi terahadap
masalah shalat qabliyah Jumat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Shalat qabliyah adalah shalat yang mengiringi
shalat wajib yang dilakukan setelah adzan. Maka, ketika adzan Jumat cuma sekali
dan itu dilakukan ketika khatib berada di atas mimbar, maka shalat qabliyah pun
jadi tidak ada. Ini senada dengan putusan Tarjih Muhammadiyah yang menyatakan bahwa:
khusus shalat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tathawwu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pada hari Jumat jumrah raka‘atnya tidak terbatas,
sehingga dapat dikerjakan begitu berada di dalam masjid sesudah tahiyatul
Masjid hingga datang Imam shalat, (yang mana Imam tersebut akan bersalam dan
duduk, kemudian adzan dilakukan).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara untuk shalat sunnah sesudah shalat Jumat
dapat dilakukan dengan dua atau empat Raka‘at. Yang dimaksud Shalat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tathawwu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">di sini adalah shalat sunnah tahiyatal masjid dan
shalat sunnah selain qabliyah Jumat. Karena shalat sunnah qabliyah
dilangsungkan setelah adzan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pendapat Tarjih sejalan dengan pendapat Imam Malik,
dan sebagian penganut Hanabilah dalam riwayat yang masyhur. Adapun Dalil yang menerangkan
tidak dianjurkannya shalat sunnat qabliyah Jum'at adalah sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadist dari Saib Bin Yazid: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Pada awalnya, adzan Jum'at dilakukan pada saat imam berada
di atas mimbar yaitu pada masa Nabi SAW, Abu bakar dan Umar, tetapi setelah
zaman Ustman dan manusia semakin banyak maka Sahabat Ustman menambah adzan
menjadi tiga kali (memasukkan iqamat), menurut riwayat Imam Bukhori menambah
adzan menjadi dua kali (tanpa memasukkan iqamat). </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(H.R.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">riwayat Jama'ah kecuali Imam Muslim).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dengan hadist di atas Ibnu al-Qoyyim berpendapat,
"Ketika Nabi keluar dari rumahnya langsung naik mimbar kemudian Bilal
mengumandangkan adzan. Setelah adzan selesai Nabi SAW langsung berkhutbah tanpa
adanya pemisah antara adzan dan khutbah, lantas kapan Nabi SAW dan jama‘ah itu melaksanakan
shalat sunnat qabliyah Jum'at?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Demikianlah hujjah dari Muhammadiyah tentang tidak
adanya shalat qabliyah Jumat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Nahdhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">a. Adzan Jumat</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana sudah disinggung di muka, bahwa NU
berpendapat sunnah hukumnya adzan Jumat dilakukan dua kali. Pendapat ini tentu
tidak asal-asalan muncul, melainkan ada hujjah dan dalil yang mendasarinya. NU
sepakat bahwa di zaman Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar bin Khathab
mengumandangkan adzan untuk shalat Jum‘at hanya dilakukan sekali saja.
Penambahan adzan Jumat kemudian dilakukan di zaman Khalifah Utsman bin Affan
r.a. sebelum khatib naik ke atas mimbar, sehingga adzan Jum‘at menjadi dua
kali.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH. Cholil Nafis, salah seorang pembesar NU yang
mengurusi Lembaga Bahtsul Masail, menyadari bahwa apa yang dilalukan Khalifah
Utsman r.a. dikarenakan melihat manusia sudah mulai banyak dan tempat
tinggalnya berjauhan. Sehingga dibutuhkan satu adzan lagi untuk memberi tahu
bahwa shalat Jum'at hendak dilaksanakan. Apa yang dilakukan Khalifah tersebut, menurut
NU masih dianggap relevan sampai sekarang. Untuk menguatkan pendapatnya, Cholil
Nafis mengutip kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Shahih </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">al- Bukhari, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">di sana dijelaskan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Sa'ib ia berkata,
"Saya mendengar dari Sa'ib bin Yazid, beliau berkata,</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Sesungguhnya adzan di
hari jumat pada asalnya ketika masa Rasulullah SAW, Abu Bakar RA dan Umar RA
dilakukan ketika imam duduk di atas mimbar. Namun ketika masa Khalifah Utsman
RA dan kaum muslimin sudah banyak, maka beliau memerintahkan agar diadakan
adzan yang ketiga. Adzan tersebut dikumandangkan di atas Zaura' (nama pasar).
Maka tetaplah hal tersebut (sampai sekarang)</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">". (Shahih</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">al-Bukhari)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pendapat NU tentang sunnahnya dua adzan pada shalat
Jumat juga sejalan dengan pendapat Syaikh Zainuddin al-Malibari, pengarang
kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Fath al-</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Mu'in, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang mengatakan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">"Disunnahkan adzan dua kali untuk shalat
Shubuh, yakni sebelum fajar dan setelahnya. Jika hanya mengumandangkan satu
kali, maka yang utama dilakukan setelah fajar. Dan sunnah dua adzan untuk
shalat Jum'at. Salah satunya setelah khatib naik ke mimbar dan yang lain
sebelumnya". </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Fath al-</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Mu'in</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">: 15)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU menganggap bahwa ijtihad Utsman sebagai </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ijma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> sukuti</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yaitu kesepakatan para sahabat Nabi SAW terhadap hukum suatu
kasus dengan cara tidak mengingkarinya. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ijma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> sukuti </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dianggap memiliki landasan
yang kuat dari salah satu sumber hukum Islam, yakni ijma' para sahabat. Hal ini
sebagaimana termaktub dalam kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">al-Mawahib al
Laduniyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagaimana juga dikutip oleh</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Cholil Nafis sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Sesungguhnya apa
yang dilakukan oleh Sayyidina Ustman ra. Itu merupakan ijma' sukuti
(kesepakatan tidak langsung) karena para sahabat yang lain tidak menentang kebijakan
tersebut” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(al-Mawahib al Laduniyah, juz II,: 249).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam menjawab apakah pengambilan hukum tersebut
tidak mengubah sunah Rasul? Dengan tegas NY menyatakan tidak! Kenapa tidak?
Karena mengikuti Utsman bin Affan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">r.a. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu juga berarti ikut Rasulullah SAW. Sebab Rasulullah saw telah
bersabda yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Maka hendaklah
kamu berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah al- Khulafa' al-Rasyidun
sesudah aku ". </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Musnad Ahmad bin Hanbal)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pendapat lain yang sejalan dengan fiqh NU perihal
adzan dua kali sebelum shalat Jumat beralasan bahwa tambahan satu kali adzan
meskipun tidak diperintahkan, tetapi juga tidak dilarang. Karena perbuatan itu
ada yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dilarang</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, ada yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">diperintahkan </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan ada pula yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tidak dilarang dan juga tidak</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">diperintahkan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Adzan Jumat dua kali memang perbuatan yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tidak diperintahkan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tetapi juga </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tidak
dilarang</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, dan mengandung unsur </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">maslahah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, selain juga dianggap </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ijma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> sukuti</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">b. Shalat Qabliyah
Jumat</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam masalah shalat qabliyah Jumat NU pendapat
bahwa shalat qabliyah Jumat adalah sunnah hukumnya, dikarenakan dalilnya lebih </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rajih</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (unggul). Pendapat ini
sejalan dengan Imam Abu Hanifah, Syafi'iyyah (menurut pendapat yang dalilnya
lebih tegas) dan pendapat Hambaliah dalam riwayat yang tidak masyhur, demikian
Cholil Nafis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adapun dalil yang dipakai untuk menyatakan
dianjurkannya sholat sunnah qabliyah Jum'at adalah hadist Rasulullah SAW yang
artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Semua shalat
fardlu itu pasti diikuti oleh shalat sunnat qabliyah dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at".</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR.Ibnu Hibban yang telah dianggap shohih dari
hadist Abdullah Bin Zubair).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari hadist di atas maka dapat dimengerti bahwa
semua shalat fardhu, termasuk shalat Jumat terdapat shalat sunnah qabliyah. Selain
hadist di atas juga ada hadist Rasulullah saw lainnya, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Diriwayatkan dari Abi
Hurairah r.a. berkata: Sulayk al-Ghathafani datang (ke masjid), sedangkan
Rasulullah saw sedang berkhuthbah. Lalu Nabi SAW bertanya: Apakah kamu sudah
shalat sebelum datang ke sini? Sulayk menjawab: Belum. Nabi SAW bersabda:
Shalatlah dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dan ringankan saja (jangan membaca surat panjang-panjang</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">)</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">,</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (Sunan Ibn Majah).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berdasar dalil-dalil tersebut, Imam an-Nawawi
menegaskan dalam kitab</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">al-Majmu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> Syarh al-Muhadzdzab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">: ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Disunnahkan shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat jum</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at. Paling sedikit dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at sebelum dan sesudah shalat jum</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at. Namun yang paling sempurna adalah shalat sunnah empat raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at sebelum dan sesudah shalat Jum</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Al Majmu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, Juz 4: 9)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">c. Memegang Tongkat
pada Saat Khutbah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tarjih Muhammadiyah tidak membahas permasalahan apakah
ketika khatbah, khatib membawa tombak atau benda-benda lain di atas mimbar atau
tidak? Dalam HPT hanya dinyatakan: ―Sebelum shalat hendaklah Imam berkhutbah
dua kali dengan berdiri dan duduk di atantara kedua khutbah itu. Di dalam
khutbah Imam supaya membaca ayat al-Qur‘an dan memberikan peringatan-peringatan
kepada orang banyak</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">‖</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Tuntunan demikian didasarkan
pada pandangan hadist Sumarah r.a. Ibnu Umar, dari Hadist Abu Hurairah, yang
artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Karena hadist riyawat
jama</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ah kecuali Bukhari dan
Tirmidzi dari Jabir bin Samurah r.a. yang berkata: “Adalah Rasulullah
berkhutbah sambil berdiri dan duduk di antara dua khutbah, dan membaca beberapa
ayat al-Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">an dan memberi
peringatan kepada orang banyak.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara itu NU, melalui lembaga Bahtsul Masail
sependapat dengan jumhur ulama fiqh yang mengatakan bahwa sunnah hukumnya
khatib memegang tongkat dengan tangan kirinya pada saat membaca khutbah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam masalah ini NU bermadzhab Syafi‘iyyah, di
mana di dalam kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">al-Umm </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">diterangkan: Imam Syafi'i berkata: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Telah sampai kepada kami (berita)</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bahwa ketika
Rasulullah saw berkhuthbah, beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau berkhutbah dengan
memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-benda itu dijadikan tempat
bertumpu (pegangan). </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ar-Rabi' mengabarkan dari
Imam Syafi'i dari Ibrahim, dari Laits dari 'Atha', bahwa Rasulullah SAW jika berkhutbah
memegang tongkat pendeknya untuk dijadikan pegangan". (al-Umm)</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadist Rasulullah saw, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Syu'aib bin
Zuraidj at-Tha'ifi ia berkata ''Kami menghadiri shalat Jum'at pada</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">suatu tempat bersama
Rasulullah SAW. Maka Beliau berdiri berpegangan pada</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sebuah tongkat atau
busur". (Sunan Abi Dawud).</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Al Gazali dalam Ihya Ulumuddin, juga telah menulis:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Apabila muadzin telah
selesai (adzan), maka khatib berdiri menghadap jama'ah dengan wajahnya. Tidak
boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan kedua tangannya memegang pedang yang
ditegakkan atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya memegang) mimbar.
Supaya dia tidak mempermainkan kedua tangannya. (Kalau tidak begitu) atau dia
menyatukan tangan yang satu dengan yang lain". </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Ihya' 'Ulum al-Din)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Memegang tongkat selama khotbah selain merupakan
sunnah (pernah dilakukan Rasul) juga dianjurkannya sebagai cara untuk mengikat
hati (agar lebih konsentrasi) dan agar tidak mempermainkan tangannya. Demikian
dalam kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Subulus Salam</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, juz II, sebagaimana dikutip Cholil Nafis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">C. Qunut</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Terdapat tiga poin yang akan kita bicarakan dalam
masalah Qunut, yakni Qunut Subuh, Qunut Nazilah, dan Qunut Witir. Tiga macam qunut
ini adalah masalah khilafiyah yang tidak asing lagi di kalangan umat Islam,
perbedaan itu juga terjadi di antara NU dan Muhammadiyah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam masalah qunut subuh, NU bermadzhab kepada
Imam Malik dan Syafi‘i yang mana qunut subuh dimasukkan dalam perkara sunnah
ab‘adh, sunnah yang apabila lupa tidak dikerjakan maka disunnahkan untuk
melakukan sujud sahwi. Sementara Muhammadiyah, tidak membenarkan adanya qunut (berdoa
―allahummah dinii.. dst) di shalat subuh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Untuk masalah qunut nazilah, NU menghukuminya sunnah
hai‘ah (kalau lupa tertingal tidak disunatkan bersujud sahwi), karena Nabi juga
melakukannya. Sementara Muhammadiyah, memutuskan tarjihnya bahwa qunut nazilah
tidak lagi boleh diamalkan, sebab sudah terjadi mansukh, tetapi qunut nazilah
juga boleh dilakukan selama tidak menggunakan kutukan dan permpohonan
pembalasan dendam terhadap perorangan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kemudian, dalam masalah qunut witir, NU memberikan
beberapa pilihan dari pendapat ulama salaf. Sebagaimana ditulis KH Cholil
Nafis, bahwa menurut pengikut Imam Abu Hanifah (hanafiyah) qunut witir
dilakukan diraka‘at yang ketiga sebelum ruku‘ pada setiap shalat sunnah.
Menurut pengikut Imam Ahmad bin Hambal (Hanbaliah) qunut witir dilakukan
setelah ruku‘. Menurut pengikut Imam Syafi‘i (Syafi‘iyyah) qunut witir dilakukan
pada akhir shalat witir setelah ruku‘ pada separuh kedua bulan Ramadlan. Akan
tetapi menurut pengikut Imam Malik qunut witir tidak disunnahkan. Namun
demikian, dalam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tataran keseharian warga NU lebih condong memakai
pendapat Imam Syafi'I dalam masalah qunut witir. Sementara Muhammadiyah
sendiri, sebagaimana ditulis Abdul Munir Mulkan (2005) merujuk pada HPT
Muhammadiyah bahwa untuk qunut witir Muhammadiyah masih menangguhkan
pengambilan keputusannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Untuk itu pada bab masalah qunut, hanya akan kami jabarkan
pendapat qunut nazilah dan qunut subuh dari ulama NU dan Muhammadiyah,
sedangkan untuk qunut witir hanya akan kami jabarkan pendapat dari kalangan NU
saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Nahdhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">a. Qunut Nazilah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam sebuah tanya jawab Gus Mus tentang Qunut
Nazilah yang pernah dimuat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">www.pesantrenvirtual.com</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, KH. Musthafa Bisri atau yang akrab di sapa Gus Mus menulis bahwa
mengartikan qunut dengan tunduk; merendahkan diri kepada Allah; mengheningkan
cipta; berdiri shalat. Kemudian, dalam perkembangannya, qunut digunakan untuk
doa tertentu di dalam shalat. Nazilah sendiri biasa diartikan dengan ―musibah.
Nabi Muhammad SAW, demikian tulis Gus Mus, pernah berqunut pada setiap lima waktu shalat, yaitu pada
saat ada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">nazilah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(musibah). Saat
kaum muslimin mendapat musibah atau malapetaka, misalnya ada golongan muslimin
yang teraniaya atau tertindas. Pernah pula Nabi melakukan qunut </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">muthlaq</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yakni qunut yang dilakukan
tanpa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebab yang khusus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jadi, qunut nazilah adalah qunut yang dilakukan
saat terjadi malapetaka yang menimpa kaum muslimin. Seperti dulu ketika Rasulullah
SAW atas permintaan Ri'l Dzukwan dan 'Ushiyyah dari kabilah Sulaim, mengirim 70
orang Qura‘ (semacam guru ngaji) untuk mengajarkan soal agama kepada kaum mereka.
Dan ternyata setelah sampai di suatu tempat yang bernama Bi'r al- Ma'uunah
orang-orang itu berkhianat dan membunuh ketujuh puluh orang Quraa tersebut.
Mendengar itu Rasulullah SAW berdoa dalam shalat untuk kaum mustadh'afiin,
orang-orang yang tertindas, di Mekkah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Qunut Nazilah adalah sunnah hai‘ah hukumnya (kalau
lupa tertingal tidak disunatkan bersujud sahwi). Hal ini sebagaimana menurut
Imam Syafi'i, qunut nazilah disunnahkan pada setiap shalat lima waktu, setelah ruku' yang terakhir, baik
oleh imam atau yang shalat sendirian (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">munfarid</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">): bagi yang makmum tinggal mengamini doa imam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dasar disunnahkannya qunut nazilah oleh kalangan NU
antara lain hadist Nabi yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Rasulullah SAW kalau
hendak mendoakan untuk kebaikan seseorang atau doa atas kejahatan seseorang,
maka beliau doa qunut setelah ruku</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Bukhori dan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ahmad).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara bacaan doa untuk qunut nazilah sama
dengan qunut subuh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hanya saja, biasanya dalam qunut nazilah
ditambahkan sesuai kepentingan yang berkaitan dengan musibah yang terjadi.
Misalnya dalam malapetaka di Bosnia
yang baru lalu, atau tragedi di Ambon dan Aceh, atau serangan Israel ke</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Palestina, kita bisa memohon kepada Allah agar
penderitaan saudara-saudara kita di sana
segera berakhir dan Allah mengutuk mereka yang lalim.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Disunnahkannya qunut nazilah yang sejalan dengan
pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Al-Laits bin Sa‘d, Yahya bin Yahya
Al-Laitsy dan ahli fiqh dari para ulama ahlul hadits. Qunut nazilah tidaklah
manzukh sejak turunnya al-Qur‘an surat
alimran ayat 128, sebagaimana hadist Abu Hurairah riwayat Bukhari-Muslim yang
artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Adalah Rasulullah shollallahu
„alaihi wa alihi wa sallam ketika selesai membaca (surat dari raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at kedua) di shalat Fajr dan kemudian bertakbir dan mengangkat
kepalanya (I</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">’</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tidal) berkata : “Sami</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">allahu liman hamidah rabbana walakal hamdu, lalu beliau berdoa dalam
keadaan berdiri. “Ya Allah selamatkanlah </span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Al-Walid bin Al-Walid,
Salamah bin Hisyam, „Ayyasy bin Abi Rabi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ah dan orang-orang yang lemah dari kaum mu`minin. Ya Allah
keraskanlah pijakan-Mu (adzab-Mu) atas kabilah Mudhar dan jadianlah atas mereka
tahun-tahun (kelaparan) seperti tahun-tahun (kelaparan yang pernah terjadi pada
masa) Nabi Yusuf. Wahai Allah, laknatlah kabilah Lihyan, Ri</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lu, Dzakw an dan „Ashiyah yang bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Kemudian sampai kepada kami bahwa beliau meningalkannya tatkala
telah turun ayat: “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu
atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya
mereka itu orang-orang yang zalim”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR.Bukhari-Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Menurut kalangan yang sepakat masih disunnahkannya
qunut nazilah, termasuk kalangan NU pada umumnya, berpendapat bahwa berdalilkan
dengan hadits tersebut di atas menganggap mansukh-nya qunut adalah pendalilan
yang lemah, karena dua hal: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Pertama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">: ayat tersebut tidaklah menunjukkan mansukh-nya qunut sebagaimana
yang dikatakan oleh Imam Al-Qurthuby dalam tafsirnya, sebab ayat tersebut
hanyalah menunjukkan peringatan dari Allah bahwa segala perkara itu kembali
kepada-Nya. Dialah yang menentukannya dan hanya Dialah yang mengetahui perkara
yang ghoib.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kedua: </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya: Dari Abi
Hurairah radliyallahu `anhu beliau berkata: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Demi
Allah, sungguh saya</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">akan mendekatkan untuk kalian cara shalat Rasulullah shallallahu
`alaihi wa alihi wa</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sallam. Maka Abu
Hurairah melakukan qunut pada shalat Dhuhur, Isya</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> dan Shubuh.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Beliau mendoakan
kebaikan untuk kaum mukminin dan memintakan laknat untuk</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">orang-orang kafir”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Bukhari)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ini menunjukkan bahwa qunut nazilah belum mansukh.
Andaikata qunut nazilah telah mansukh tentunya Abu Hurairah tidak akan mencontohkan
cara sholat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam dengan qunut nazilah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">b. Qunut Witir</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pada umumnya di kalangan warga NU mempraktekkan
qunut witir, khususnya untuk qunut witir setelah rukuk pada separuh kedua bulan
Ramadhan. Meskipun diakui bahwa memang ada perbedaan pendapat dari madzhab yang
empat. Perbedaan tersebut yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1) Menurut pengikut Imam Abu Hanifah (hanafiyah)
qunut witir dilakukan diraka‘at yang ketiga sebelum ruku‘ pada setiap shalat
sunnah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2) Menurut pengikut Imam Ahmad bin Hambal (hanabilah)
qunut witir dilakukan setelah ruku‘.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3) Menurut Pengikut Imam Syafi‘i (syafi‘iyyah)
qunut witir dilakukan pada akhir shalat witir setelah ruku‘ pada separuh kedua
bulan Ramadlan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">4) Akan tetapi menurut pengikut Imam Malik qunut
witir tidak disunnahkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam praktek peribadatan warga NU pada umumnya
cenderung mengambil</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pendapat Imam Syafi'i. Di antara dasar yang
mendukung pendapat ini antara lain dari Sahabat dan Tabi‘in.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari Amr bin Hasan, bahwasanya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Umar radhiyallahu anhu menyuruh Ubay radiyallahu „anhu mengimami
shalat (tarawih) pada bulan Ramadhan, dan beliau</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">menyuruh Ubay
radhiyallahu „anhu untuk melakukan qunut pada pertengahan Ramadhan yang dimulai
pada malam 16 Ramadhan.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Ibnu Abi Syaibah)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ma‘mar berkata: ―Sesungguhnya aku melaksanakan
qunut Witir sepanjang tahun, kecuali pada awal Ramadhan sampai dengan
pertengahan (aku tidak qunut), demikian juga dilakukan oleh al-Hasan al-Bashri,
ia menyebutkan dari</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Qatadah dan lain-lain</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (Dalam kitab Mushannaf ‗Abdirrazzaq)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Syaikh al-Albani berkata: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Boleh juga do</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">a qunut sesudah ruku</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> dan ditambah</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dengan (do</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">a) melaknat orang-orang kafir, lalu shalawat kepada Nabi
Shallallahu „alaihi wa sallam dan mendo</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">akan kebaikan untuk kaum Musli-min pada pertengahan bulan
Ramadhan, karena terdapat dalil dari para Shahabat radhiyallahu „anhum di zaman
„Umar radhiyallahu „anhu. Terdapat keterangan di akhir hadits tentang Tarawihnya
para Shahabat radhiyallahu „anhum, Abdurrahman bin „Abdul Qari berkata: „Mereka
(para Shahabat) melaknat orang-orang kafir pada (shalat Witir) mulai pertengahan
Ramadhan, kemudian takbir, lalu melakukan sujud. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Ibnu</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Khuzaiimah)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">c. Qunut Subuh</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">H.M Cholil Nafis dalam sebuah tulisannya berkaitan
dengan masalah qunut subuh, mencoba mengkompromikan dua pendapat yang
bertentangan di antara Ulama Salaf. Pendapat yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">pertama </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">datang dari pengikut Imam Abu Hanifah
dan Imam Ahmad yang menyatakan bahwa hukum qunut subuh tidak disunnahkan.
Sedangkan pendapat yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kedua</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, datangnya dari Imam Malik dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Imam Syafi'i yang menyatakan bahwa qunut subuh
hukumnya sunnah hai‘ah. Sebelum lebih jauh mengetahui bagaimana Cholil Nafis mengkompromikan
dua pendapat yang berbeda itu dan pada akhirnya mengambil pendapat yang
menetapkan qunut subuh sebagai amalan sunnah terlebih, dahulu kita mengetahui
dasar-dasar dari pendapat yang berbeda itu. Pendapat yang menetapkan bahwa
qunut subuh tidak disunnahkan adalah berdasarkan hadis Nabi hadits Nabi SAW
bahwa Nabi pernah melakukan doa qunut pada saat shalat Fajar selama sebulan
telah dihapus (mansukh) dengan ijma‘ sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mas‘ud:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Diriwayatkan oleh Ibn
Mas</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ud: Bahwa Nabi SAW
telah melakukan doa qunut</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">selama satu bulan
untuk mendoakan atas orang-orang Arab yang masih hidup,</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kemudian Nabi SAW
meninggalkannya</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. (HR. Muslim)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sedangkan pendapat madzhab yang menetapkan qunut
subuh sunnah menyatakan bahwa Rasulullah SAW ketika mengangkat kepala dari
ruku‘ (i‘tidal) pada raka‘at kedua
shalat Shubuh beliau membaca qunut. Dan demikian</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rasulullah SAW lakukan
sampai meninggal dunia (wafat)</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (HR. Ahmad dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Abd Raziq).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Imam Nawawi menerangkan dalam kitab Majmu‘nya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dalam Madzhab kita
(madzhab Syafi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">i) disunnahkan membaca
qunut dalam</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">shalat Shubuh, baik
karena ada mushibah maupun tidak. Inilah pendapat mayoritas ulama</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> salaf</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (al-Majmu‘, juz 1 : 504)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Cara pengkompromian yang dilakukan Chalil Nafis
untuk mendapat kesimpulan hukum (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">thariqatu al-jam</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">i wa al-taufiiq</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) adalah, bahwa hadits Abu Mas‘ud
(dalil pendapat Hanafiyyah) menegaskan bahwa Nabi SAW telah melakukan qunut
selama sebulan lalu meninggalkannya tidak secara tegas bahwa hadits tersebut
melarang qunut shalat Shubuh setelah itu. Hanya menurut interpretasi ulama yang
menyimpulkan bahwa qunut shalat subuh dihapus (mansukh) dan tidak perlu
diamalkan oleh umat Muhammad SAW. Sedangkan hadits Anas bin Malik (dalil
pendapat Malikiyyah dan Syafi‘iyyah)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menjelaskan bahwa Nabi SAW melakukan qunut shalat
subuh dan terus melakukannya sampai beliau wafat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Chalil sampai pada kesimpulan, bahwa ketika
interpretasi sebagian ulama bertentangan dengan pendapat ulama lainnya dan
makna teks tersurat (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dzahirun</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">nashs</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) hadits, maka yang ditetapkan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">taqrir</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) adalah hukum yang sesuai dengan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pendapat ulama yang berdasrkan teks tersurat hadits
shahih. Jadi, hukum melakukan edoa qunut pada shalat subuh adalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sunnah ab</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">adh</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yakni ibadah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sunnah yang jika lupa tertinggal mengerjakannya
disunatkan melakukan sujud</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sahwi setelah duduk dan membaca tahiyat akhir
sebelum salam. Terdapat pula hadis-hadis yang menguatkan pendapat tersebut,
yakni: Hadis Anas r.a.:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Sesungguhnya Nabi
s.a.w. berqunut selama sebulan mendoakan kebinasaan atas mereka, kemudian
meninggalkannya. Maka adapun pada sembahyang subuh, beginda masih berqunut
sehingga wafat. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR jamaah dan dianggap sahih oleh al-Hakim, al-</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Baihaqi, al-Daruquthni dll.)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Riiwayat dari al-Awwam bin Hamzah, katanya: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Aku bertanya Abu Usman mengenai qunut pada sembahyang subuh, dia
berkata: Selepas rukuk. Aku berkata: Dari siapa? Dia berkata: Dari Abu Bakar,
Umar dan Ustman.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR al-Baihaqi dan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dianggapnya sebagai sahih)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Riwayat al-Baihaqi dari Abdullah bin Mua‘qqal,
katanya: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Ali berqunut pada sembahyang subuh.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Di dalam al-Mudauwanah al-Kubra: Waqi‘ berkata dari
Fithr dari Atho‘,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Sesungguhnya
Rasulullah s.a.w. berqunut pada sembahyang subuh, dan sesungguhnya Abu Musa
al-Asy</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ari, Abu Bakrah, Ibnu
Abbas dan al-Hasan berqunut pada sembahyang subuh.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Riwayatkan dari Anas bin Malik dan Abu Rafi‘ bahwa
kedua-duanya bersembahyang subuh di belakang Umar, dia berqunut selepas rukuk.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">a. Qunut Nazilah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam masalah qunut nazilah Tarjih Muhammadiyah
menampung adanya pemahaman yang berbeda dan belum dapat dipertemukan,
disebabkan pemahaman yang berlainan mengani hadis yang menerangkan bahwa Rasulullah
Saw tidak mengerjakan qunut Nazilah setelah diturunkan surat Ali Imran ayat 128:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Tak ada sedikitpun
campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima Taubat mereka, atau
mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim”.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam doa itu Rasulullah mohon dikutuknya mereka
yang telah melakukan kejahatan dan dimohonkan pembalasan Allah terhadap mereka.
Kemudian turunlah ayat di atas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pemahaman Tarjih yang timbul dari riwayat tersebut
ialah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1. Bahwa qunut nazilah tidak boleh lagi diamalkan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2. Boleh dikerjakan dengan tidak menggunakan kata
kutukan dan permohonan terhadap perorangan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">b. Qunut Subuh</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama, bahwa
di kalangan Muhammadiyah pada umumnya, qunut yang dibaca khusus pada raka‘at
kedua</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">setelah rukuk dalam shalat subuh tidak ada. Tarjih
Muhammadiyah menjelaskannya lebih lanjut sebagaimana uraian berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Di samping perkataan qunut yang berarti tunduk
kepada Allah dengan penuh kebaktian‘, Muktamar dalam keputusannya menggunakan
makna qunut yang berarti ―berdiri (lama) dalam shalat dengan membaca ayat al-Qur‘an
dan berdoa sekehendak hati</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam perkembangan sejarah fiqh, demikian Abdul
Munir Mulkhan, di masa lampau orang atelah cenderung untuk memberi arti khusus
pada apa yang dinamakan qunut, yakni: ―berdiri sementara</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pada shalat shubuh sesudah ruku‘</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pada raka‘at kedua dengan membaa doa: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Allahummahdini fiman hadait</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">… dan seterusnya</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muktamar Tarjih tidak sependapat dengan pemahaman tersebut berdasarkan
pemikiran bahwa:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1) Setelah diteliti kumpulan maam-macam hadis
tentang qunut, maka muktamar berpendapat bahwa qunut sebagai bagian dari pada
shalat tidak khusus hanya ditamakan pada shalat subuh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2) Bacaan doa: ―Allahummahdini fiman hadait dan
seterusnya</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tersebut tidaklah sah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3) Penerapan hadis hasan tentang doa tersebut dalam
phoin (2) untuk khusus dalam qunut subuh tidak dibenarkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Terus terang, penulis belum menemumukan dasar yang
rinci dari pengistimbathan hukum qunut subuh oleh tarjih Muhammadiyah tersebut.
Namun, dalam sebuah situs </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">pdmbontang.com</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, situs resmi Muhamamdiyah kota
Bontang, terdapat sebuah tulisan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Al-Ustadz Abu Muhammad
Dzulkarnain, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang menyangkal disunnahkannya qunut subuh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Abu Muhammad
Dzulkarnain </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengatakan bahwa, dalil hadis: ―Terus-menerus</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Rasulullah shollallahu alaihi wa a lihi wa sallam
qunut pada sholat subuh sampai beliau meninggal dunia</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang dikeluarkan oleh Abdurrozzaq dalam Al Mushonnaf</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3/110 no.4964, terdapat dalam kitab-kitab lain
adalah ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mungkar”</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Menurutnya,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">hadits ini memang dishahihkan oleh Muhammad bin Ali
Al-Balkhy dan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Al-Hakim</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagaimana dalam Khulashotul Badrul Munir 1/127
dan disetujui pula oleh Imam Al-Baihaqy. Namun Imam Ibnu Turkumany dalam
Al-Jauhar An-Naqy berkata:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―Bagaimana bisa sanadnya menjadi shahih sedang rawi
yang meriwayatkannya dari Ar-Rob i‘ bin Anas adalah Abu Ja‘far Isa bin Mahan
Ar-Rozy mutakallamun fihi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(dikritik)</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">. </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Berkata Ibnu Hambal dan An-Nasa`i : ―Laysa bil
qowy (bukan orang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang kuat)</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Berkata Abu
Zur‘ah: ―Yahimu katsiran (Banyak salahnya)</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Berkata Al- Fallas
: ―Sayyi`ul hifzh (Jelek hafalannya)</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Dan berkata
Ibnu Hibban: ―Dia bercerita dari rawi-rawi yang masyhur hal-hal yang mungkar</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Lebih jauh, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Abu
Muhammad Dzulkarnain </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengutip pendapat Ibnul Qoyyim
dalam Zadul Ma‘ad jilid I setelah menukil suatu keterangan dari gurunya Ibnu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Taimiyah tentang salah satu bentuk hadits mungkar
yang diriwayatkan oleh Abu Ja‘far Ar-Rozy, beliau berkata: ―Dan yang
dimaksudkan bahwa Abu Ja‘far Ar-Rozy adalah orang yang memiliki hadits-hadits
yang mungkar, sama sekali tidak dipakai berhujjah oleh seorang pun dari para
ahli hadits periwayatan haditsnya yang ia bersendirian dengannya</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadits yang sedang kita bahas itu memiliki ini
memiliki tiga jalan dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, tetapi semuanya jalan
tersebut dianggap lemah. Di antara mereka yang melemahkannya adalah adalah
Ibnul Jauzi dalam al-Ilal al</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Mutnahiyah (1/444), Ibnu at Turkimani dalam Ta‘liq ala
al Baihaqi, Ibnu Taimiyyah dalam Majmu‘ Fatawa (22/374), Ibnu Qayyim dalam
Zadul Ma‘ad (1/99), al Hafidz Ibnu Hajar dalam at Talkhis al Khabir (1/245).
Dan diantara ulama mutaakhkhirin adalah al Albani dalam silsilah ad Dha‘ifah
(1/1238)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, hadis tersebut bertentangan dengan
logika; yaitu bagaimana mungkin Nabi saw. selalu qunut dalam shalat subuh dan
membaca do‘a rutin sementara tidak diketahui sama sekali do‘a yang dibaca itu.
Tidak dalam hadits shahih maupun dhaif. Bahkan para sahabat yang paling
mengerti tentang sunnah seperti Ibnu Umar radhiallahu‘anhuma mengingkarinya
dengan mengatakan: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Kami</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tidak pernah melihat
dan tidak mendengarnya.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Apakah masuk akal jika
dikatakan Nabi Shalallahu alaihi wassalam selalu qunut, sedangkan Ibnu Umar
radhiallahu‘anhu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bersaksi: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Kami tidak pernah
melihat dan mendengarnya?” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">demikian, sebagaimana termaktub
dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Majmu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> Fatawa.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, beberapa dalil yang biasanya dipakai
untuk menyangkal pendapat yang mengatakan qunut subuh adalah sunnah adalah
hadist berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari Abu Malik al-Asyaja‘i, katanya: ―Aku berkata
kepada ayahku: Wahai ayahku, sesungguhnya engkau pernah bersembahyang di
belakang Rasulullah s.a.w., Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, di sini di Kufah
selama hampir lima
tahun, adakah mereka berqunut?‘ Dia menjawab: Wahai anakku itu adalah bid‘ah.‘
(HR Ahmad, al-Tarmizi & Ibnu Majah)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ibnu Mas‘ud, berkata: ―Rasulullah saw. tidak pernah
berqunut di dalam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sembahyangnya sekalipun. (HR al-Thabrani,
al-Baihaqi & al-Hakim)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sesungguhnya Nabi saw. pernah berqunut sebulan
lamanya, kemudian baginda meninggalkannya (tidak berqunut lagi). (HR Ahmad)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Meski Muhammadiyah berprinsip untuk tidak
bermadzhab, namun dalam pendapatnya pada masalah qunut, sejalan dengan pendapat
Madzhab Hanafi dan Hambali.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">D. Shalat Tarawih</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Shalat tarawih adalah ibadah yang khusus dikerjakan
pada bulan Ramadhan, waktunya adalah setelah shalat Isya. Shalat Tarawih bisa
dikerjakan berjamaah,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">maupun dengan cara munfarid (sendiri). Shalat
Tarawih hukumnya sunnah muakad. Semua keterangan diatas tidak terdapat ikhtilaf
atau disepakati oleh jumhur ulama, termasuk dari kalangan NU maupun
Muhammadiyah. Ikhtilaf bab shalat Tarawih terdapat pada cara pelaksanaannya,
lebih khusus lagi pada jumlah raka‘atnya. Di kalangan warga NU shalat tarawih
biasa dikerjakan dengan 20 raka‘at dan diakhiri dengan 3 raka‘at witir.
Sementara di kalangan warga Muhammadiyah tarawih biasa dilaksanakan 8 raka‘at,
dan diakhiri dengan 3 raka‘at witir. Pada pelaksanaan shalat witir yang menutup
shalat tarawih pun terdapat ikhtilaf. Kalangan Muhammadiyah melakukan shalat
witir tiga raka‘at sekali salam, dan tidak ada qunut pada separuh terakhir
bulan Ramadhan. Sedangkan NU melakukan shalat witir 3 raka‘at dengan dua
raka‘at salam, dan satu raka‘at salam, juga qunut witir pada separuh terakhir
bulan Ramadhan. Apa yang sudah dipraktekkan di kalangan Muhammadiyah tersebut
sebenarnya berbeda dengan apa yang diterangkan dalam kitab Putusan Tarjih
Muhammadiyah mengenai jumlah aka‘at shalat tarawih. Dalam HTP diterangkan bahwa
jumlah rakakat shalat tarawih plus witir tidak harus 11 raka‘at (sudah termasuk
witir), tetapi bisa kurang dari itu, asalkan jumlah raka‘atnya gasal. Demikian
pula untuk shalat witir, Tarjih Muhammadiyah memberikan beberapa pilihan, tidak
hanya 3 raka‘at saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berbeda dengan Muhammadiyah, kalangan NU juga
memiliki ciri khas tersendiri dalam mengerjakan shalat tarawih dan witir, khususnya
yang dikerjakan berjamaah. Ciri khas, meski tidak dikerjakan oleh semua warga
NU, yakni ada pada suratan yang dibaca setelah membaca al-Fatihah, biasanya
dimulai dari surat
at- Takastur sampai al-Lahab untuk shalat tarawih. Pada bab ini, penulis hanya
akan membahas ikhtilaf shalat tarawih dan witir, beserta raka‘at serta suratan
yang dibaca pada shalat tarawih dan witir. Untuk pembahasan mengenai qunut
witir sudah kami bahas pada bab tersendiri, bersamasama dengan qunut subuh dan
qunut nazilah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah
pembahasan masalah shalat tarawih dimasukkan pada sub bab tersendiri, disatukan
dengan tuntunan mengenai shalat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lail</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. HTP menjelaskan bahwa shalat lail adalah shalat sunat yang biasa
dilakukan oleh Nabi saw pada waktu malam hari. Menurut Muhammadiyah shalat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lail </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">disebut juga shalat tahajjud, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">qiyamul-lail </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">qiyamu</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ramadlan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Di samping itu juga sering disebut dengan shalat witir. Shalat
lail hukumnya sunnah, tetapi tarjih lebih senang menggunakan istilah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">„tathawwu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">untuk ragam shalat semacam ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam tanya jawab masalah agama di Majalah suara
Muhammadiyah pernah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">disinggung masalah shalat tarawih. Di sana ditulis, bahwa shalat
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lail </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">disebut shalat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tahajjud </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">karena, shalat tersebut
dilaksanakan setelah bangun tidur. Disebut shalat witir karena dalam
melaksanakan shalat tersebut diakhiri dengan witir (bilangan ganjil). Disebut </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">qiyamul-lail </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">karena, shalat tersebut
dilaksanakan hanya pada waktu malam. Disebut </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">qiyamu
Ramadlan </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">karena shalat tersebut dilakukan pada bulan Ramadlan
dan istilah yang sering digunakan untuk shalat lail di bulan Ramadlan adalah
shalat tarawih karena, dalam shalat malam tersebut dilaksanakan dengan bacaan
yang bagus dan lama dan setelah empat raka‘at pertama dan kedua ada istirahat
sebentar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Untuk mempermudah kita memahami pembahasan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">shalat lail </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">karena dalam HPT diterangkan
dengan panjang lebar, maka alangkah baiknya pembahasannya ini kita pecah
menjadi tiga, yakni, shalat tarawih, dan shalat witir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">a. Shalat Tarawih</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jumlah raka‘at yang dituntunkan Tarjih dalam shalat
tarawih adalah 11 raka‘at, dikerjakan dengan cara dua-dua raka‘at (sebanyak 4
kali) ditambah tiga raka‘at witir. Pendapat tersebut didasarkan pada hadis
Rasulullah saw yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Beralasan hadis Ibnu Umar yang mengatakan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">: “Seorang lelaki bangkit berdiri lalu menanyakan: “Bagaimana cara
shalat malam, hai Rasulullah?” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jawab</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Rasulullah: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Shalat
malam itu dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at. Jika engkau khawatir akan terkejar shubuh, hendaklah negkau
kerjakan witir atau satu raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at saja.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jama‘ah)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga berdasar pada hadist Ibnu Abbas, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Lalu aku berdiri di
samping rasulullah; kemudian ia letakkan tangan kanannya pada kepala saya dan
digangnya telinga kanan saya dan ditelitinya, lali ia shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at kemudian dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at lagi, lalu dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at lagi kemudian dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at, lalu shalat witir, kemudian ia tiduran menyamping sehingga
datang bilal menyerukan adzan. Maka bangunlah ia dan shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at singkat-singkat, kemudian pergi shalat shubuh. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga hadis Rasulullah yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Diriwayatkan dari
Zaed bin Khalid al-Juhany ia berkata, sungguh saya mencermati shalat Rasulullah
saw. pada suatu malam, beliau shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang ringanringan, kemudian shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang panjang (lama) sekali, lalu shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang lebih pendek dari dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at sebelumnya, lalu shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang lebih pendek dari dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at sebelumnya, lalu shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang lebih pendek dari dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at sebelumnya, lalu shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang lebih pendek dari dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at sebelumnya, lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah,
shalat tigabelas raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">[HR Abu Dawud, bab fi Shalat </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">al-Lail]</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalil lain yang digunakan Dewan Tarjih Muhammadiyah adalah hadist
dari</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Abu Salamah yang artinya
sebagai berikut:</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Diriwayatkan dari Abu
Salamah Ibn „Abdul Rahman bahwa, ia bertanya kepada „Aisyah r.a bagaimana
shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. „Aisyah menjawab: Baik di bulan
Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat (lail)
tidak lebih dari sebelas raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at. Beliau shalat empat raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang
beliau lakukan. Kemudian shalat lagi empat raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya
shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR al-</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bukhari, Kitab Shalat at-Tarawih, Bab Man Qama
Ramadlan)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Mengenai cara pelaksanaannyanya, tentang berapa
raka‘at lalu salam, HPT</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menyatakan: ―Jika engkau hendak mengerjakan shalat
dengan cara lain, maka yang sebelas raka‘at itu boleh engkau kerjakan dua-dua
raka‘at, atau empat-empat raka‘at seperti di atas, atau di enam raka‘at. Di
samping juga dinyatakan: ―Atau delapan raka‘at terus menerus dan hanya duduk
pada penghabisan salam. Dalil yang dijadikan rujukan adalah hadis Abdullah bin
Abu Qais dan hadist Abi Salamah, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Abdullah bin Abu Qais
bertanya kepada Aisyah “Berapa raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at Rasulullah shalat witir?” Ia menjawab: “Ia kerjakan witir empat
lalu tiga atau enam lalu tiga, atau delapan lalu tiga atau sepuluh lalu tiga,
ia tak pernah berwitir kurang dari tujuh raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dan tidak lebih dari tiga belas.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Abu Dawud)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu juga berdasar pada hadis Abu Salamah,
yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pernah Abu Salamah bertanya kepada Aisyah tentang
shalat Rasulullah, maka ia menjawab: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Ia kerjakan tiga
belas raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at. Ia shalat delapan
raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kemudian shalat witir
lalu shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at sambil duduk kalau ia hendak ruku</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> ia</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bangkit lalu ruku</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">. Kemudian dari pada itu ia shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at antara adzan dan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">iqamah pada shalat shubuh. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Muslim)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Diterangkan riwayat
Abu Dawud dari Qatadah, kadanya: “Nabi shalat delapan raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dengan tidak duduk (tahiyat) kecuali pada raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang kedelapan. Dalam duduk itu membaca dzikir dan doa kemudian
membaca salam dengan salam yang terdengar sampai kepada kami; lalu shalat dua
raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at sambil duduk
setelah ia baca salam, kemudian ia shalat lagi satu raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at. Itulah sebelas raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at semuanya, hai anakku.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Abu Dawud)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Mengenai hadis Abdullah bin Qais, Tarjih memberi
catatan penjelasan bahwa yang dimaksud Shahabat Abdullan bin Abi Qais pada
pernyayaannya ialah bilangan raka‘at yang dikerjakan oleh Nabi sepanjang malam
hari.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sedangkan mengenai surat
yang dibaca setelah al-Fatihah di setiap raka‘at shalat lain, Tarjih tidak
menentukan nama suratnya, melainkan hanya menyebutnya surat dari Al-Qur‘an.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dasarnya ialah hadis dari Aisyah, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Aisyah pernah ditanya
tentang shalat Rasulullah di tengah malam lalu ia mengatakan: “Ia kerjakan
shalat Isya dengan berjamaah kemudian ia kembali kepada keluarganya, lalu shalat
empat raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at kemudian ia pergi
ke peraduannya lalu tidur, di arah kepalanya terletak tempat air wudhu yang
ditutupi dan sikat gigi, sampai ia dibangunkan Allah pada saat ia dibangunkan
pada tengah malam, ia lalu menggosok giginya dan berwudhu, dengan sempruna
kemudian pergi ke tempat shalat lalu ia shalat delapan raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Dalam raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at-raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at itu ia membaca fatihah dan surat al-Quran dan ayat-ayat</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lainnya. Ia tidak
duduk (untuk tahiyat awal) selama itu kecuali pada raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at ke delapan dan tidak menutup dengan salam. Pada raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at ke sembilan ia membaca seperti seblumnya lalu duduk tahiyat
akhir membaca doa dengan macam-macam doa dan mohon kepada Allah serta menyatakan
keinginannya kemdian ia membaca salam sesekali dengan suara keras yang hampir
membangunkan isi rumah karena nyaringnya. Kemudian ia shalat sambil duduk</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dengan memabca Fatihah
dan ruku</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> sambil duduk lalu ia
kerjakan raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at kedua serta ruku</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> dan sujud sambil duduk kemudian membaca doa sepuas hatinya dan
akhirnya menutup dengan salam dan lalu bangkit pergi.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> “Demikianlah selalu shalat Rasulullah sampai
akhirnya bertambah berat badannya. Maka lalu yang sembilan raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at itu dikurangi dua sehingga menjadi enam dan tujuh ditambah dua
raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang dikerjakan
sambil duduk. Demikianlah dikerjakan sampai Nabi</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wafat. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR Abu Dawud)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tarjih menerangkan mengenai bilangan enam dan tujuh
dalam hadis di atas, yaitu bahwa Nabi mengerjakan shalat enam raka‘at lalu
duduk untuk </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tahiyat awwal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> kemudian berdiri dan pada raka‘at ketujuh menutupnya dengan salam
lalu shalat dua raka‘at sambil duduk</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari hadis
tersebut di atas itulah didapati pengertian mengenai mudahnya mengerjakan
shalat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lail</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, sehingga
tidak mengharuskan bilangan raka‘at sebelas, tetapi asalkan gasal. Abdul Munir
Mulkhan menulis, apa yang tercantum di HTP Muhammadiyah dalam masalah shalat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lail </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berbeda dengan praktik
kebiasaan di kalangan warga Muhammadiyah, khusunya yang menyangkut jumlah
raka‘at. Hal ini juga bisa dilihat pada putusan Tarjih mengnai jumlah raka‘at
witir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">b. Shalat witir</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kalau dalam praktik dan kebiasaan warga
Muhammadiyah melakukan witir 3 raka‘at, dalam HTP diterangkan bahwa witir tidak
harus 3 raka‘at. Melainkan, bisa 1, 3, 5, atau 9 raka‘at. Dasar pelaksanaan
witir 3 raka‘at adalah sebagaimana hadis dari Aisyah tersebut di atas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berikut akan dikemukakan penjelasan Tarjih mengenai
ragam jumlah raka‘at witir, sebagaimana telah ditulis Abdul Munir Mulkhan
(2007):</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a. Satu atau tiga raka‘at. Ragam jumlah raka‘at
witir satu atau tiga demikian berdasarkan dua buah hadis Aisyah yang artinya sebagai
berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Adapun Rasulullah
mengerjakan shalat pada waktu antara ia selesai shalat Isya</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yaitu yang orang
namakan „atamah hingga fajar sebelas raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dengan membaca salam antara dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at lalu shalat witir satu raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at, kemudian apabila muadzin telah selesai seruan shubuhnya, dan
terlihat olehnya akan fajar dan Bilal menghampirinya ia lalu shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at singkat-singkat kemudian berbaring pada lambung kanan sampai
muadzin datang kepadanya untuk seruan iqamah”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Bukhari dan Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dasar lainnya adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Asisyah menerangkan:
“Adapun Rasulullah mengerjakan shalat witir tiga raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dengan tidak dipisah-pisahkan </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Ahmad, Nasai, Baihaqi, dan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hakim mengatakan bahwa hadis shahih menurut persyaratan Bukhari</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b. Lima
atau tujuh raka‘at. Penjelasan tarjih mengenai jumlah raka‘at witir menyatakan
bahwa bilangan raka‘at witir dpat terdiri dari lima atau tujuh raka‘at dengan duduk pada penghabisannya.
Dasar dari ragam jumlah raka‘at witir di ata ialah hadis Abu Hurairah, Airyah,
Ummi salamah dan Ibnu Abbas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadis Abu Hurairah, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Nabi Saw, ia
berkata: “Jangan mengerjakan witir tiga raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at seperti shalat maghrib (dengan tahiyat awal). Hendaklah kamu
kerjakan lima
atau tujuh raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at”. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Daraquthni, Ibu Hibban, dan Hatim dengan kata-kata yang</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berbeda. Kata al Iraqi sanadnya shohih)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadist Aisyah, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rasulullah sering
mengerjakan shalat malam tiga belas raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dengan perhitungan lima
daripadanya selaku witir yang ia kerjakan terusan tanpa duduk kecuali pada
akhirny” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Bukhari dan Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadist Ummi Salamah, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Rasulullah selalu
mengerjakan witir tujuh atau lima
raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at tanpa dipisah antara
semuanya dengan bacaan salam atau lainnya.(</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">HR. Nasai dan
Ibnu</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Majah)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dan hadis Ibnu Abbas, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Kemudian Nabi shalat
tujuh atau lima raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dengan pengertian witir, yang tidak ia memabca salam kecuali
pada raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at terakhir.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Abu Dawud)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c. Tujuh raka‘at. Penjelasan tarjih mengenai ragam
bilangan witir menyatakan bahwa berjumlah tujuh raka‘at dengan duduk </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tasyahud awwal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> pada raka‘at keenam dan
diakhiri pada raka‘at ketujuh dengan duduk untuk salam. Dasarnya ialah hadis
Sa‘ad bin hisyam, yang artinya sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Maka setelah ia
bertambah berat badannya karena usia lanjut, ia kerjakan witir tujuh raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at dengan hanya duduk antara yang keenam dan yang ketujuh untuk hanya
membaca salam pada raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at yang ketujuh.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Ahmad, Nasai, dan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Abu Dawud)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d. Sembilan Raka‘at. Tarjih menyatakan bahwa ragam
jumlah bilangan raka‘at witir ada yang mencapai sembilan raka‘at. Dalam hal ini
tarjih menyatakan bahwa jumlah witir ialah sembilan raka‘at dengan duduk tasyahud
awwal pada raka‘at kedelapan dan diakhiri pada raka‘at kesembilan dengan duduk
untuk salam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Penjelasan mengenai jumlah raka‘at sebanyak
sembilan raka‘at tersebut didasarkan sumber dalil dari hadis Aisyah sebagaimana
telah dikutip dalam bahasan mengenai ketentuan membaca fatihah dan surat dari al- Qur‘an
sebagaimana telah tersebut di atas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kemudian, mengenai surat-surat yang dibaca dalam
shalat witir sebagaimana kebiasaan Rasulllah, dalam HTP dijelaskan bahwa surat yang dibaca ialah surat al-A‘la sesudah membaca al-Fatihah pada
raka‘at pertama. Selanjutnya, membaca surat al-Kafirun
pada raka‘at kedua, sementara itu surat
al-Ikhlas dibaca pada raka‘at ketiga. Cara demikian ini berdasarkan hadis Ubai
Bin Ka‘ab yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Bahwasannya, Nabi saw
pada shalat witir, ia membaca: “Sabbihisma rabikal a</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">la dan “Qul ya-ayyuhal kafirun” pada raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at kedua dan: “Qulhuwallahu ahad</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> pada raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at ketiganya.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Nasai dan Tirmidzi serta
Ibnu majah)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Demikianlah pendapat Muhammadiyah berkaitan dengan
shalat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lail, qiyamu Ramadhan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, atau tarawih dan juga shalat witir. Ternyata memang cukup
panjang</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sehingga dimasukkan dalam sub bab khusus, tidak
digabung dengan shalat sunnah atau tathawwu‘ yang lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Nahdhatul Ulama
(NU)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">a. Shalat tarawih</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU memiliki basis massa tidak hanya dipelosok-pelosok pedesaan,
tetapi juga di pesantren-pesantren. Praktik shalat tarawih di lingkungan
pesantren dan luar pesantren yang nota bene masih sama-sama NU ternyata
memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Jumlah raka‘atnya kalangan NU menyepakati
yang 20 raka‘at ditambah dengan 3 raka‘at witir. Ciri khas tersebut terletak
pada suratan yang dibaca setelah fatihah. Sebelum lebih jauh ke sana, barangkali lebih
tepat jika kita bahas lebih dulu mengenai dasar-dasar yang digunakan NU
berkaitan dengan shalat tarawih. Bahwa shalat tarawih secara berjamaah adalah
mengikuti tuntunan dari shahabat Umar bin Khaththab r.a. dan Sahabat Umar
beserta pada shabat yang lain menjalankannya 20 raka‘at ditambah 3 raka‘at
witir. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab al- Muwaththa‘, juz I, yang
artinya sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari Yazid bin Hushaifah, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Orang-orang (kaum muslimin) pada masa Umar melakukan shalat
tarawih di bulan Ramadhan 23 raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain dasar di atas, sebagaimana ditulis KH
Munawwir Abdul Fattah dari Pesantren Krapyak Yogyakarta,
bahwa Warga Nahdliyyin yang memilih Tarawih 20 raka‘at ini berdasar pada
beberapa dalil. Dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Fiqh as-Sunnah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juz II, disebutkan bahwa mayoritas pakar hukum Islam sepakat
dengan riwayat yang menyatakan bahwa kaum muslimin mengerjakan shalat pada
zaman Umar, Utsman dan Ali sebanyak 20 raka‘at.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga berdasar dari hadis Ibnu Abbas yang
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW shalat Tarawih di bulan Ramadhan sendirian
sebanyak 20 Raka‘at ditambah Witir. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">HR Baihaqi dan Thabrani)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ibnu Hajar juga menyatakan bahwa Rasulullah shalat
bersama kaum muslimin sebanyak 20 raka‘at di malam Ramadhan. Ketika tiba di
malam ketiga, orang-orang berkumpul, namun Rasulullah tidak keluar. Kemudian
paginya beliau bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">“</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Aku takut kalau-kalau
tarawih diwajibkan atas kalian, kalian tidak akan mampu</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">melaksanakannya</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadits tersebut di atas disepakati kesahihannya dan
tanpa mengesampingkan hadits lain yang diriwayatkan Aisyah yang tidak
menyebutkan raka‘atnya. (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dalam</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hamîsy Muhibah, Juz
II, hlm.466-467</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadis lengkapnya adalah sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Pada suatu malam
Rasulullah saw. keluar dan shalat di masjid, maka ada beberapa bermakmum
padanya dan pada pagi harinya orang bicara, bahwa ia telah shalat bersama
Rasulullah semalam, maka berkumpullah orang-orang dan ikut shalat bersama Nabi
saw. Dan pada pagi hari mereka juga memberitahu kepada kawankawannya sehingga
banyak orang yang shalat di malam ketiga, dan Rasulullah saw. tetap keluar
untuk shalat bersama mereka, kemudian pada malam keempat penuhlah masjid
sehingga tidak muat masjid karena banyaknya orang, tetapi Rasulullah saw sengaja
tidak keluar kecuali setelah adzan subuh untuk shalat subuh, kemudian setelah
shalat subuh menghadap kepada Shahabat dan membaca dua kalimat syahadat lalu
bersabda: Amma ba</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">du, sebenarnya
keadaanmu semalam telah aku ketahui, tetapi sengaja aku tidak keluar karena
kuatir kalau-kalau shalat malam ini diwajibkan atas kalian sehingga kalian
mereasa tidak kuat melaksanakannya.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Bukkhari dan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Demikianlah dasar shalat tarawih di kalangan NU,
meskipun tidak terlalu panjang tetapi sudah dianggap cukup untuk mengambil cara
pelaksanaan shalat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tarawih yang 20 raka‘at.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ciri khas pelaksanaan shalat tarawih di
―masjid-masjid NU</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yakni biasanya ada seorang
petugas yang dikenal dengan istilah bilal yang tugasnya adalah akan mengumumkan
tibanya shalat tarawih. Shalat tarawih dikerjakan dengan cara dua raka‘at
salam. Pada tiap raka‘at pertama biasanya setelah al-Fatihah membaca
surat-surat pendek, yang diawali dengan surat
at-Takastur, demikian seterusnya hingga pada surat al-Lahab. Sementara untuk raka‘at yang
kedua suratan yang dibaca adalah surat
al-Ikhlas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Para</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> imam Tarawih NU umumnya, demikian Munawir Fattah memilih shalat
yang tidak perlu bertele-tele. Sebab ada hadits berbunyi: "</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Di belakang Anda ada</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">orang tua yang punya
kepentingan.</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Maka, 23 raka‘at umumnya
shalat Tarawih</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">lengkap dengan Witirnya selesai dalam 45 menit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tetapi di lingkungan pesantren terkadang berbeda. Ada beberapa ―pesantren NU</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang mengerjakan tarawih dengan membaca surat-surat yang panjang.
Dalam 20 raka‘at tarawih ada yang sampai menyelesaikan 2 juz al-Qur‘an. Apa
yang dilakukan di pesantren tidak berbeda jauh dengan shalat tarawih di
Masjidil Haram, Makkah. Di sana,
23 raka‘at diselesaikan dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Surat yang dibaca imam ialah ayat -ayat suci
Al-Qur‘an dari awal, terus berurutan menuju akhir Al-Qur‘an.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">b. Shalat Witir</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Shalat witir sebagai penutup shalat tarawih di
kalangan NU dikerjakan 3 raka‘at dengan cara dua raka‘at salam dan diteruskan
dengan satu raka‘at salam. Hal tersebut sesuai dengan apa yang tertulis dalam
kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Shalat al-Tarawih fi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Masjid al-Haram </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bahwa shalat Tarawih di Masjidil Haram sejak masa Rasulullah, Abu
Bakar, Umar, Usman, dan seterusnya sampai sekarang selalu dilakukan 20 raka‘at
dan 3 raka‘at Witir. Untuk suratan yang dibaca setelah al-Fatihah dalam shalat
witir, pada raka‘at pertama dianjurkan surat
al-A‘la dan raka‘at kedua adalah surat
al-Kafirun. Hal ini senada dengan Muhammadiyah dan dasar yang digunakan juga
sama. Yang berbeda adalah raka‘at witir yang ketiga. Raka‘at witir yang ketiga
dikerjakan sendiri, atau dengan 1 raka‘at. Biasanya surat
yang dibaca secalah al-Fatihah adalah surat
al-Ikhlas, ditambah al-Falaq, dan an-Nas. Selain itu pada separuh terakhir
bulan ramadhan, pada raka‘at yang ketiga ini, setelah bangun dari rukuk
dilakukan pembacaan qunut, biasa disebut dengan </span><span style="font-family: "Book Antiqua";">qunut witir<span style="color: black;"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">E. Dzikir</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dzikir merupakan ibadah yang banyak disinggung baik
dalam al-Qur‘an maupun hadist. Dzikir merupakan perintah Allah yang
(sebenarnya) mestilah dilaksanakan setiap saat, di manapun dan kapan pun.
Dzikir bisa dilakukan dengan hati dan lisan, dan dengan sendiri maupun dalam
sebuah kelompok (majlis dzikir).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dzikir memiliki banyak keutamaan, salah satunya
adalah dapat membuat hati menjadi tenang. Karena itulah maka dzikir mesti kerap
dilakukan, agar hati senantiasa tenang dan senantiasa mengingat Allah. Firman
Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hai orang-orang yang
beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yang
sebanyak-banyaknya. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. al-Ahzab: 41)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Rasulullah telah memberikan contoh berkaitan dengan
bacaan-bacaan dzikir atau doa. Demikian pula, berkaitan dengan waktu-waktu di
mana kita disunnahkan membaca dzikir tertentu, seperti dzikir setelah shalat,
dan lain sebagainya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berkaitan dengan keutamaan-keutamaan dzikir, NU dan
Muhammadiyah tidaklah berselisih pendapat. Perbedaan pendapat dalam masalah
dzikir ada pada tata cara pelaksanaannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana kita ketahui bahwa di Masjid-masjid di
mana warga NU menjadi basisnya, setiap kali ba‘da shalat biasa dilaksanakan
dzikir berjamaah, yang mana dipimpin oleh Imam shalat. Dzikir tersebut kemudian
dilanjutkan dengan doa yang dipimpin Imam dan diamini oleh makmum. Bukan hanya
dzikir setelah shalat, NU juga memiliki tradisi melakukan puji-pujian
(shalawat, syair, dll) yang dilantunkan sebelum shalat berjamaah. Di kalangan
warga NU juga biasa digelar acara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">istighasah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, mujahadah, atau dzikir akbar, yakni sebuah acara yang intinya adalah
doa dan dzikir bersama dalam sebuah majlis dzikir. Acara tersebut biasanya dilakukan
di lapangan, masjid, atau tempat-tempat lain dengan menggunakan pengeras suara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara itu di Masjid-masjid di mana warga
Muhammadiyah menjadi basisnya, tak ada dzikir berjamaah yang dipimpin oleh Imam
setelah shalat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah tidak pula tertarik untuk menggelar
dzikir atau doa bersama, atau istighasah. Lebih jelasnya tentang masalah ini,
marilah kita simak dalil dan pendapat dari NU dan Muhammadiyah berikut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam majalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Suara
Muhammadiyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pernah muncul sebuah pertanyaan, begini: ―Dzikir
dengan suara keras selesai shalat wajib menurut Ibnu Abbas biasa dilakukan pada
masa Rasulullah saw, apakah dapat diamalkan?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebelum kami tuliskan jawaban dari </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Suara Muhammadiyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, lebih dulu kami singgung
bahwa dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah tidak terdapat keterangan yang
detail berkaitan dengan tata cara berdzikir, lebih-lebih dzikir yang khusus
dilaksanakan selesai shalat. Pada pembahasan masalah ―Amal Setelah Shalat
Berjama‘ah</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam HPT terdapat keterangan bahwa setelah shalat
berjamaah Imam menghadap ke arah ma‘mum sisi kanan. Landasannya, salah satunya
adalah hadis dari Samarah yang artinya sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Adalah Nabi Saw,
apabila telah selesai mengerjakan shalat beliah menghadap</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mukanya kepada kita.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, Tarjih juga menyatakan agar setelah
selesai shalat berjamaah, supaya jamaah shalat duduk sebentar. Dasarnya ialah
hadits Abu Hurairah berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> “Sesungguhhnya para Malaikat memintakan Rahmat
untuk salah seorang dari kamu selama masih duduk di tempat shalatnya dan sebelum
berhadats; para malaikat mendoakan: “Ya Allah, ampunilah dosanya dan
kasihanilah ia.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain keterangan di atas, tidak kami temukan
pembahasan yang rinci berkaitan dengan masalah dzikir dalam HPT. Namun
demikian, Muhammadiyah menegaskan dan menjelaskan pendapat-pendapatnya bukan
hanya lewat HPT melainkan juta lewat media lain, baik elektronik maupun cetak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam menjawab pertanyaan di Majalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Suara Muhammadiyah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengenai dzikir dengan suara
keras setelah shalat, telah kutip ayat-ayat al-Qur‘an dan hadis yang
berhubungan dengan dzikir dan doa, meskipun tidak semuanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Memang, terdapat sebuah hadis yang dari Ibnu Abbas
yang menyatakan bahwa Rasulullah pernah melakukan dzikir dengan suara keras.
Yaitu, hadist yang artinya sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Dahulu kami mengetahui
selesainya shalat pada masa Nabi karena suara dzikir</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yang keras".</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Namun demikian hadis tersebut, dianggap
bertentangan dengan al-Qur‘an dan beberapa hadis lainnya. Dalam surat Al-A‘raf ayat 55
Allah berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Surat</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Al-A‘raf ayat
205:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan sebutlah (nama)
Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari dua ayat tersebut, Muhammadiyah berpendapat
bahwa Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar berdoa dan berdzikir dengan
merendahkan diri, dalam arti lain tidak dengan mengeraskan suara. Untuk
menegaskan pendapat tersebut, tak lupa Muhammadiyah mendasarkannya pada hadist,
yakni sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Diriwayatkan dari Abu
Musa, ia berkata: Kami pernah bersama Nabi saw dalam</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">suatu perjalanan,
kemudian orang-orang mengeraskan suara dengan bertakbir. Lalu Nabi saw
bersabda: Wahai manusia, rendahkanlah suaramu. Sebab sesungguhnya kamu tidak
berdoa kepada (Tuhan) yang tuli, dan tidak pula jauh, tetapi kamu sedang berdoa
kepada (Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Demikian pula hadits yang diriwayatkan Abu Musa,
menegaskan agar merendahkan suara dalam berdoa kepada Allah, sebab Allah Swt
tidak tuli dan tidak jauh, melainkan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadis yang berasal dari perkataan Ibnu Abbas
tersebut, selain dianggap bertentangan, dalam Fatawa-Fatawa Al-Bani
diterangkan, bahwa sebagain Ulama menyimpulan lafal ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kunnaa</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(kami dahulu), mengandung
isyarat halus, yang artinya perkara ini tidaklah berlangsung terus menerus. Dalam
hadist yang lain Rasulullah bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Wahai sekalian
manusia, masing-masing kalian bermunajat (berbisik-bisik) kepada Rabb kalian,
maka janganlah sebagian kalian men-jahar-kan bacaannya dengan mengganggu
sebagian yang lain.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Al-Baghawi menambahkan hadis tersebut dengan sanad
yang kuat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Sehingga
mengganggu kaum mu'minin (yang sedang bermunajat)".</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Nahdhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pembahasan masalah dzikir dan tata caranya di
kalangan warga NU akan kami muat dalam tiga bagian. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Petama, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dzikir dan syair sebelum
shalat berjamaah;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kedua, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dzikir dengan suara keras setelah shalat; dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ketiga, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dzikir berjamaah (semisal istighasah.
dsb) yang diselenggarakan secara khusus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,BoldItalic";">a. Dzikir
sebelum Shalat Berjama’ah</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Setelah adzan, kita tentunya kerap mendengar
lantunan puji-pujian dari pengeras suara di masjid-masjid. Puji-pujian itu bisa
syair yang berisi nasehat dan peringatan, shalawat (baik shalawat Nabi,
Nariyah, dan lan sebaginya) maupun bacaan-bacaan dzikir yang lain. Dzikir dan
syair biasanya dilakukan dengan menggunakan pengeras suara, diikuti oleh hampir
seluruh orang yang hadir untuk menunggu datangnya imam shalat. Ketika imam
telah datang dan iqamat dilantangkan, maka berhenti pula syair dan dzikir
tersebut. Perlu diketahui, bahwa syair atau bacaan-bacaan dzikir yang dilagukan
dari masjid-masjid sebelum shalat berjamaah, tidak dilaksanakan di semua
masjid.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hanya masjid-masjid tertentu saja, yang mana
(biasanya) masyarakat disekitarnya adalah kaum Nahdhiyin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bagaimanakah hukum melantunkan syair dan dzikir
sebelum shalat berjamaah?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH Muhyiddin Abdusshomad, telah menerangkan
persoalan ini dalam situs resmi Nahdhatul Ulama. Menurutnya, membaca dzikir dan
syair sebelum pelaksanaan shalat berjama'ah, adalah perbuatan yang baik dan
dianjurkan. Anjuran ini bisa ditinjau dari beberapa sisi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Pertama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, dari sisi dalil. Terdapat hadis yang menyatakan bahwa dahulu
pada masa Rasulullah Saw. para sahabat juga membaca syair di masjid. Dalam
sebuah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">hadits:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari Sa'id bin Musayyab, ia berkata:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Suatu ketika Umar
berjalan kemudian bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan
syair di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab, „aku telah
melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia
darimu.</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> Kemudian ia menoleh
kepada Abu Hurairah. Hassan melanjutkan perkataannya. „Bukankah engkau telah
mendengarkan sabda Rasulullah SAW, jawablah pertanyaanku, ya Allah
mudah-mudahan Engkau menguatkannya dengan Ruh al-Qudus.</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> Abu Hurairah lalu menjawab, „Ya Allah, benar (aku telah medengarnya).</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> ” (HR. Abu Dawud)</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berkaitan dengan hadis di atas, Syaikh Isma‘il
az-Zain dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Irsyadul Mu'minin ila
Fadha'ili Dzikri Rabbil 'Alamin </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menjelaskan bahwa, melantunkan
syair</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang berisi puji-pujian,
nasihat, pelajaran tata krama dan ilmu yang bermanfaat di</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam masjid adalah sesuatu yang bukan dilarang
oleh agama, dengan kata lain</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">hukumnya adalah mubah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kedua</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, dilihat dari sisi syiar dan penanaman akidah umat, menurut KH Muhyiddin
Abdusshomad, selain menambah syiar agama, amaliah tersebut juga</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">merupakan strategi yang sangat jitu untuk
menyebarkan ajaran Islam di tengah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">masyarakat. Karena di dalamnya terkandung beberapa
pujian kepada Allah SWT, dzikir dan nasihat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Misal, lantuan dzikir istighfar berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Astaghfirullah, Rabbal
baraya, astaghfirullah minal khathoya. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Contoh lain,
adalah syair karangan Sunan Bonang berikut:</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tombo ati, iku ana
limang perkoro, ingkan ndingin, maca qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">an lan maknane, kaping pindo, shalat wengi lakonono, kaping telu
dzikir wengi ingkang suwe, kaping papat, wetengi ngiro luwih ono, kaping limo,
wong kang shaleh kumpulono. (obat hati itu ada lima macam, pertama membaca
al-Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">an berserta maknanya,
kedua shalat malam lakukanlah, ketiga, dzikir malam jalankanlah, keempat,
perutmu laparkanlah (puasa), kelima, berkumpullah dengan orang shaleh.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dan masih banyak lagi syair-syair lain yang
dianggap sangat bermanfaat karena memberikan nasehat dan menedekatkan orang
yang membacanya kepada Allah Swt.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ketiga</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, dari aspek psikologis, masih menurut KH Muhyiddin Abdusshomad, lantunan
syair yang indah itu dapat menambah semangat dan mengkondisikan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">suasana. Dalam hal ini, tradisi yang telah berjalan
di masyarakat tersebut dapat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menjadi semacam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">warming
up </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(persiapan) sebelum masuk ke tujuan inti, yakni</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">shalat lima
waktu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain ketiga manfaat tersebut, syair dan dzikir
yang dilantunkan sebelum shalat berjamaah bisa mengobati rasa jemu sembari
menunggu waktu shalat jama'ah dilaksanakan. Juga agar para jama'ah tidak
membicarakan hal-hal yang tidak perlu ketika menunggu shalat jama'ah
dilaksanakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berdasarkan dalil dan hujjah di atas, maka NU tetap
melanggengkan tradisi melantunkan dzikir dan syair sebelum shalat berjamaah di
masjid dan mushala. Namun begitu, perlu digaris bawahi, bahwa amalaiah ini
tergantung pula pada situai dan kondisi, tidak dibenarkan apabila sampai
mengganggu orang yang shalat dan membuat bising masyarakat di sekitar masjid
atau mushala.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,BoldItalic";">b. Dzikir
Sesudah Shalat</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kita tahu, bahwa salah satu tujuan dzikir adalah
untuk meraih ketenangan, agar kita bisa lebih dekat dengan Allah Swt. Untuk
mencapai tujuan itu, tentu dibutuhkan dzikir yang tidak hanya sekedar ucapan
lisan, melainkan membutuhkan kesungguhan hati, dalam kata lain, dzikir mestilah
dilakukan dengan khusuk.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH. Cholil Nafis, seorang ulama NU menulis, dzikir
harus dilaksanakan dengan sepenuh hati, jiwa yang tulus, dan hati yang khusyu'
penuh khidmat. Untuk bisa berdzikir dengan hati yang khusyu' itu diperlukan
perjuangan yang tidak ringan. Cara untuk khusuk, menurutnya, berbeda-beda
setiap orang. Bisa jadi satu orang lebih khusyu' kalau berdzikir dengan cara
duduk menghadap kiblat, sementara yang lain akan lebih khusyu' dan khidmat jika
berdzikir dengan cara berdiri atau berjalan, ada pula dengan cara mengeraskan
dzikir atau dengan cara</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dzikir pelan dan hampir tidak bersuara untuk
mendatangkan konsentrasi dan kekhusyu'- an. Satu sisi, memang terdapat
dalil-dalil yang menyuruh ummat muslim untuk berdzikir dengan suara yang lemah
lembut, dan pada sisi yang lain terdapat pula dalil yang membolehkan untuk
berdzikir dengan suara keras. NU menganggap dalil-dalil tersebut, baik antara
al-Qur‘an dengan hadist, maupun hadist dengan hadist, tidaklah saling bertentangan,
karena masing-masing memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Yakni disesuaikan
dengan situasi dan kondisi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Beberapa dalil yang menunjukkan kebolehan dzikir
dengan suara keras setelah shalat antara lain hadist riwayat Ibnu Abbas:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Aku mengetahui dan
mendengarnya (berdzikir dan berdoa dengan suara keras)</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">apabila mereka selesai
melaksanakan shalat dan hendak meninggalkan masjid.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Bukhari dan Muslim)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ibnu Adra‘ juga pernah berkata: "Pernah saya
berjalan bersama Rasulullah SAW lalu bertemu dengan seorang laki-laki di Masjid
yang sedang mengeraskan suaranya untuk berdzikir. Saya berkata, wahai
Rasulullah mungkin dia (melakukan itu) dalam keadaan riya'. Rasulullah SAW
menjawab</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">: "Tidak, tapi dia sedang mencari</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ketenangan."</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara dalil yang menjelaskan keutamaan
berdzikir dengan secara pelan adalah hadis yang diriwayatkan oleh Sa'd bin
Malik bahwasannya Rasulullah saw bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">"</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Keutamaan dzikir
adalah yang pelan (sirr), dan sebaik rizki adalah sesuatu yang</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mencukupi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">."</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Lalu, bagaimana pendapat Ulama NU dalam
mengkompromikan dua hadits yang seakan-akan kontradiktif itu? Cholil Nafis,
mengutip penjelasan Imam Nawawi sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―Imam Nawawi menkompromikan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">al-jam</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">u wat taufiq</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) antara dua hadits yang
mensunnahkan mengeraskan suara dzikir dan hadist yang mensunnahkan memelankan
suara dzikir tersebut, bahwa memelankan dzikir itu lebih utama sekiranya ada
kekhawatiran akan riya', mengganggu orang yang shalat atau orang tidur, dan
mengeraskan dzikir lebih utama jika lebih banyak mendatangkan manfaat seperti
agar kumandang dzikir itu bisa sampai kepada orang yang ingin mendengar, dapat
mengingatkan hati orang yang lalai, terus merenungkan dan menghayati dzikir, mengkonsentrasikan
pendengaran jama‘ah, menghilangkan kantuk serta menambah semangat." </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ruhul Bayan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, Juz III).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pendapat Imam Nawawi, sebagai juru bicara dari
Madzhab Syafi'i, sejalan dengan keterangan yang ditulis Imam Syafi'i dalam
kitab Al-Umm, bahwasanya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tujuan Nabi Saw. mengeraskan suaranya ketika
berdzikir adalah untuk mengajari orang-orang yang belum bisa melakukannya. Dan
jika amalan tersebut untuk hanya pengajaran maka biasanya tidak dilakukan
secara terus menerus. Masalah dzikir dengan suara keras juga disinggung dalam
Fathul Mu‘in karangan Imam Zainuddin al-Malibari, kitab yang sering dijadikan
rujukan kaum Nahdhiyin. Dalam kitab tersebut didapat keterangan bahwa berdzikir
dengan suara pelan setelah shalat adalah sunnah, baik bagi orang yang shalat
sendirian, maupun berjamaah, imam yang tidak bermaksud mengajarkannya dan tidak
bermaksud pula untuk memperdengarkan doanya supaya diamini mereka.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari keterangan Zainuddin al-Malibari tersebut maka
didapati hukum berdzikir dengan suara keras setelah shalat adalah boleh.
Jelaslah sekarang, bahwa NU tidak mewajibkan atau mengharuskan warganya untuk
berdzikir dengan suara keras, melainkan tergantung kepada situasi dan kondisi;
jika dalam kondisi ingin</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengajarkan, membimbing dan menambah ke-khusyu‘-an
maka mengeraskan suara dzikir itu hukumnya sunnah dan tidak bertentangan dengan
ajaran agama Islam. Bahkan dalam beberapa keadaan sangat dianjurkan untuk
mengeraskan dzikir, demikian menurut Chalil Nafis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><i><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,BoldItalic";">c. Dzikir
Berjamaah</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Salah satu amaliyah warga NU yang terkenal dan
mengundang kontroversi dari Ormas lain adalah Istighasah. Arti istighasah
adalah memohon pertolongan kepada Allah Swt. Pelaksanaan istighasah diisi
dengan doa-doa dan dzikir-dzikir tertentu yang dibaca secara berjamaah dan
dipimpin oleh seorang Imam istighasah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Disebutkan dalam buku Antologi NU, bahwa dalam
skala besar, PBNU telah beberapa kali menggelas itighasah Nasional, yang
dihadiri lebih dari satu juga kaum Nahdziyin. Pernah diadakan di lapangan
Parkir Monas Jakarta, Gelora 10 November dan Lapangan Makodam V brawijaya Surabaya. Di semua tingkat
kepengurusan NU, selalu akrab dengan budaya istighasah tersebut, kadang
menggunakan istilah istighasah hubro, istighasah nasional, dan lain sebagainya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dzikir yang dibaca dalam istighasah dikalangan NU
memakai dzikir yang dibakukan oleh Jami‘iyah Ahli Thariqah al-Muktabarah
an-Nahdhiyah, ijazah dari Sayikhana Chili Bangkalan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalil dianjurkanya istighasah, atau dzikir
berjamaah antara lain al-Qur‘an surat
al-Imran ayat 191:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(Yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya
Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ada</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> sementara kalangan yang tidak
menyepakati digunakannya dalil tersebut sebagai pembolehan dzikir berjamaah.
Mereka mengutip pendapat dari Syaikh Dr. Muhammad bin Abdur Rahman al-Khumayyis
dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Adz-Dzikr al-</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Jama</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">i baina al-Ittiba</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> wal Ibtida</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Menurutnya, sighat (konteks) jama‘ dalam ayat di atas
(yakni kata ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yadzkuruna”</span></i><b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">) </span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah sebagai anjuran yang bersifat umum dan menyeluruh
kepada semua umat Islam untuk berdzikir kepada Allah Swt. tanpa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kecuali, bukan anjuran untuk melakukan dzikir
berjama'ah. Selain itu jika sighat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">jama‘ dalam ayat tersebut dipahami sebagai anjuran
untuk melakukan dzikir secara berjama'ah atau bersama-sama maka kita akan
kebingungan dalam memahami kelanjutan ayat tersebut. Disebutkan bahwa dzikir
itu dilakukan dengan cara berdiri </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(qiyaman), </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">duduk </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(qu'udan) </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan berbaring </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">('ala junubihim), </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">lalu bagaimanakah praktek dzikir bersama-sama dengan cara berdiri,
duduk dan berbaring itu? Apakah ada dzikir berjama'ah dengan cara seperti ini?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain pernyataan ketidaksepakatan tersebut, yang
dipermasalahkan juga oleh mereka yang tidak sependapat adalah bahwa ayat
tersebut turun kepada Rasulullah Saw. dan para shahabat berada di samping
beliau. Apakah Rasulullah Saw. dan para shahabat memahami ayat tersebut sebagai
perintah untuk dzikir bersama-sama satu suara?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dalam buku
Risalah Amaliah NU, PCNU Kota Malang. Di sana dibeberkan dalil-dalil lain yang
membolehkan dzikir berjamaah, termasuk juga istighasah. Bahwa Rasulullah dan
para para sahabat pernah melantunkan syair (Qasidah/Nasyidah) di saat menggali
khandaq (parit). Rasul Saw. dan sahabat r.a bersenandung bersama sama dengan
ucapan: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Haamiiim laa yunsharuun..".</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Cerita ini termuat dalam buku sejarah tertua, yakni
Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq. Kitab ini dikarang oleh seorang
Tabi‘in sehingga datannya dianggap lebih valid. Pada bab Bab Hijraturrasul saw-
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bina' masjidissyarif</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, sebagaimana tertulis dalam Risalah Amaliyah NU, para sahabat
juga bersenandung saat membangun membangun Masjidirrasul saw dengan melantunkan
syair:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Laa 'Iesy illa
'Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhaajirah."</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Senandung para sahabat kemudian diikuti oleh
Rasulullah dengan semangat. Mengenai makna berdiri </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(qiyaman), </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">duduk </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(qu'udan) </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan berbaring </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">('ala</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">junubihim), </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengandung tafsir, bahwa ayat
tersebut diatas lebih dititikberatkan kepada bagaimana tata cara orang shalat,
yaitu bisa dilakukan dengan berdiri, duduk, maupun tiduran. Namun secara umum
dapat juga diartikan dzikir secara lafdziy. Seseorang dapat berdzikir kepada
Allah dengan segala tingkah sesuai kemampuannya. Dalam majlis dzikir, sebagian
orang mungkin duduk, sebagian lagi berdiri dan mungkin ada yang tiduran
tergantung kondisi masing-masing individu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain dalil di atas, juga ada hadis Qudsy yang
menyatakan anjuran untuk berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran (pelan dan
terang), di dalam hati, dalam sendiri maupun berjamaah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">"</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Bila ia (hambaku)
menyebut namaKu dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam Diriku, bila mereka
menyebut namaKu dalam kelompok besar, maka Aku pun menyebut (membanggakan) nama
mereka dalam kelompok yg lebih besar dan lebih mulia"</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. (HR Muslim).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, Sabda Rasulullah Saw juga telah
bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Sungguh Allah
memiliki malaikat yang beredar di muka bumi mengikuti dan menghadiri majelis
majelis dzikir, bila mereka menemukannya maka mereka berkumpul dan berdesakan
hingga memenuhi antara hadirin hingga langit dunia,</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bila majelis selesai
maka para malaikat itu berpencar dan kembali ke langit, dan Allah bertanya pada
mereka dan Allah Maha Tahu : “Darimana kalian?” Mereka menjawab: „Kami datang
dari hamba hamba Mu, mereka berdoa padamu, bertasbih padaMu, bertahlil padaMu,
bertahmid pada Mu, bertakbir pada Mu, dan meminta kepada Mu, Maka Allah bertanya:
“Apa yg mereka minta?”, Malaikat berkata: „Mereka meminta sorga, Allah berkata:
„Apakah mereka telah melihat sorgaku?,</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Malaikat menjawab:
„Tidak.</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> Allah berkata :
“Bagaimana bila mereka melihatnya”.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Malaikat berkata:
„Mereka meminta perlindungan-Mu, Allah berkata: “mereka meminta perlindungan
dari apa?”, Malaikat berkata: “Dari Api neraka”, Allah berkata: “apakah mereka
telah melihat nerakaku?”, Malaikat menjawab, „tidak.</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Allah berkata:
„Bagaimana kalau mereka melihat neraka Ku. Malaikat berkata: „Mereka
beristighfar pada Mu.</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> Allah berkata: “Sudah kuampuni mereka, sudah kuberi permintaan
mereka, dan sudah kulindungi mereka dari apa apa yg mereka minta perlindungan
darinya.</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> Malaikat berkata:
“Wahai Allah, diantara mereka ada si fulan hamba pendosa, ia hanya lewat lalu
ikut duduk bersama mereka, Allah berkata: „Baginya pengampunanku, dan mereka
(ahlu dzikir) adalah kaum yg tidak ada yg dihinakan siapa siapa yg duduk
bersama mereka.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dzikir bersama, atau istighasah selain merupakan
doa bersama dalam rangka memohon pertolongan menghadapi permasalahan yang besar
dan jalan yang ditempuh semakin sulit, juga merupakan tandingan untuk panggung
panggung</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">maksiat yang dari hari ke hari kian marak saja,
menyeret pemuda dan pemudi untuk larut, sehingga sangat mungkin akan melupakan
Allah. NU menganggap istighasah atau dzikir berjamaah merupakan suatu perbuatan
yang mulia karena</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berusaha menggemakan nama Allah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">F. Penentuan Awal
Bulan Qomariyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Satu pertanyaan yang seringkali muncul di kalangan
umat Islam adalah, mengapa sering terjadi perbedaan awal Ramadhan, dan jatuhnya
Hari Raya, baik Idul Fitri/Idul Adha? Jawaban singkatnya, karena terdapat
perbedaan metode dalam penentuan awal bulan. Selain Departemen Agama—yang kini
telah berubah nama menjadi Kementerian Agama—dua ormas terbesar di Indonesia,
yakni NU dan Muhammadiyah selalu andil dalam menentukan awal Ramadhan, dan
jatuhnya Idda‘in (dua hari raya). Namun keduanya memiliki metode yang berbeda
dalam penetapan awal Ramadhan dan jatuhnya Idda‘in. NU menggunakan metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Sedangkan Muhammadiyah lebih
cenderung menggunakan metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Astronomi, meski tidak meninggalkan sepenuhnya metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Nadhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam menentukan kepastian awal bulan Qamariyah,
khususnya awal Ramadan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah, NU mendasarkan pada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, bukan pada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">; sesuai dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">nash </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">aqwalul „ulama</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang dipegangi, demikian keterangan dalam situs
resmi NU. Namun, seiring perjalanan waktu NU yang semula mendasarkan pada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">maju menjadi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">plus </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan seterusnya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berkualitas plus </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">akurat, kemudian ditambah lagi
menerima kriteria </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">imkanur rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Jadi NU mendasarkan kepada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berkualitas dengan dukungan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang akurat sekaligus menerima kriteria imkanur </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. NU telah melakukan
redefinisi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menurut bahasa, Al-Qur‘an, As- Sunnah dan menurut sains sebagai
landasan dan pijakan kebijakannya dalam penentuan awal Ramadhan, dan jatuhnya
hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Menurut Ghazalie Masroeri, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah Nahdlatul</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ulama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam bahasa Arab adalah sepatah kata </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">isim </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang terbentuk dari 3 huruf asal
yaitu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ha-lam-lam</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, sama dengan terbentuknya kata fi‘il dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> artinya bulan sabit yang
tampak. Dalam konteks </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mempunyai arti:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">هَلَّ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">لهِلاَلُ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">هَلَّ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">لهِلاَل</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">artinya bulan sabit tampak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">هَلَّ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">لرَّجُلُ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">artinya seorang laki-laki melihat/memandang bulan sabit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">هَلَّ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">لقَوْمُ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">لهِلاَلَ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span>
</span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">artinya orang banyak teriak ketika melihat bulan sabit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">هَلَّ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">لشَّهْرُ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span lang="AR-SA" style="color: black; font-family: "Times New Roman\,Bold";"><span dir="LTR"></span> </span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">artinya bulan (baru) dimulai dengan tampaknya bulan sabit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jadi menurut bahasa Arab, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu adalah bulan sabit yang
tampak pada awal bulan. Firman Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Mereka bertanya
kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda
waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">orang yang bertakwa.
dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bertakwalah kepada
Allah agar kamu beruntung. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Al-Baqarah:189)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Al-Qur‘an surat
Al-Baqarah ayat 189 di atas mengemukakan pertanyaan para</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Shahabat kepada Nabi tentang penciptaan dan hikmah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ahillah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(jamak dari </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">). Atas perintah Allah SWT
kemudian Rasulullah SAW menjawab bahwa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ahillah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> itu sebagai kalender bagi ibadah dan aktifitas manusia termasuk
haji. Pertanyaan itu muncul karena sebelumnya para sahabat telah melihat
penampakan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau dengan kata lain </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">telah tampak terlihat oleh para sahabat. Para
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mufasir </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">telah
mendefinisikan, bahwa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu mesti tampak terlihat. Ash- Shabuni dalam tafsirnya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Shafwatut Tafasir juz I </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mengemukakan tafsir ayat
tersebut sebagai berikut: ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Mereka bertanya
kepadamu hai Muhammad tentang hilal mengapa ia</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tampak lembut semisal
benang selanjutnya membesar dan terus membulat kemudian</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">menyusut dan melembut
sehingga kembali seperti keadaan semula</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam pada itu Sayyid Quthub dalam tafsirnya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Fii Zhilalil Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">an </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">juz I menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut: ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Maka mereka bertanya tentang ahillah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(hilal) … bagaimana
keadaan ahillah (hilal)? Mengapa keadaan qamar (bulan) menampakkan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal lalu membesar
sehingga bulat menjadi purnama selanjutnya berangsur menyusut</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sehingga kembali
menjadi hilal lagi dan kemudian menghilang tidak tampak untuk</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">selanjutnya
menampakkan diri menjadi hilal dari (bulan) baru?</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jadi, berdasarkan ayat tersebut didapat pengertian,
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau bulan sabit
itu pasti tampak terlihat. Masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">juga sudah diterangkan dalam hadist Nabi Saw. Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud dari sahabat Nabi SAW bernama Rib‘i
bin Hirasy yang mengatakan adanya perbedaan di kalangan para sahabat mengenai
akhir Ramadhan kemudian ada laporan hasil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">; </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">perukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">melaporkan dengan ungkapan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">-</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Demi Allah sungguh
telah tampak hilal kemarin sore</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadits tersebut menyatakan bahwa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu pasti tampak terlihat.
Demikian pula dalam hadits-hadits yang lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara itu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau bulan sabit dalam istilah astronomi disebut </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">crescent, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yakni bagian dari bulan yang
menampakkan cahayanya terlihat dari bumi ketika</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sesaat setelah matahari terbenam pada hari telah
terjadinya ijtima‘ atau konjungsi. Dari tinjauan bahasa, Al-Qur‘an, As-Sunnah
dan tinjauan sains sebagaimana diutarakan di atas, Ghazalie Masroeri
menyimpulkan bahwa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(bulan sabit) itu pasti tampak cahayanya terlihat dari bumi di
awal bulan, bukan sekedar pemikiran atau dugaan adanya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Oleh karena itu kalau tidak
tampak tidak disebut </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sehubungan dengan kriteria </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu mesti tampak, maka
Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin melakukan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yakni dengan melihat,
mengamati</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">secara langsung (observasi) terhadap </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Lebih jauh, alasan NU dalam penggunaan metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah bahwa dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ad-dinul Islam</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, harus mendasarkan pada asas </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">abbudiy </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(ketaatan). Untuk mewujudkan
kesempurnaan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">abbudiy </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tersebut perlu didukung dengan
menggunakan asas </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">aqquliy </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(penalaran).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam konteks ini, asas </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">abbudiy </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dilaksanakan dengan mengamalkan perintah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyatul hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam buku Antologi NU diterangkan, kebijakan ulama
salaf (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">jumhur </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ulama) berpendapat
bahwa penetapan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">isbat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) awal Ramadhan dan Syawal hanya boleh dengan cara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Jika </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak bisa berhasil karena
terhalang oleh mendung misalnya, maka digunakan cara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">istikmal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yakni menyempurnakan
hitungan menjadi 30 hari. Jadi, dalam konteks ini </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">istikmal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bukanlah metode tersendiri,
tetapi metode lanjutan ketika </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak efektif. Prosedur tersebut sebagaimana hadis Rasulullah Saw:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Berpuasalah kalian
karena melihat bulan, dan berbukalah (tidak berpuasa lagi) karena melihatnya.
Apabila kalian tidak melihatnya karena mendung, sempurnakanlah hitungan bulan
Sya</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ban sampai tiga puluh
hari (</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">HR</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bukhari dan Muslim).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pendapat NU berkaitan dengan masalah yang sedang
kita bicarakan ini, merupakan metode penetapan puasa dan Idul Fitri yang
diikuti oleh semua Imam Madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Hambali dan Syafi‘i).
Hanya saja kalangan Imam Syafi‘i masih mengakomodasikan metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan memperbolehkannya sebagai
dasar bagi para ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu sendiri dan mereka mempercayai kebenarannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Rais Amm PBNU Sahal Mahfudh pernah berpendapat
bahwa kedudukan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">merupakan metode pendamping. Yakni sekadar digunakan untuk memperkirakan
(secara teoritik) apakah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dapat dilakukan atau tidak. Dipakainya metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam NU hanya sebagai </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">penyerasian NU dengan
pendekatan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang diputuskan dalam musyawarah ulama‘ ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, ahli astronomi, dan ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. NU beranggapan bahwa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">penyerasian NU mempunyai
tingkat akurasi yang sangat tinggi, lebih dari 90% sesuai dengan hasil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyatul hilal bil fi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">li</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Kemudian Kementerian Agama pun membuat semacam
sistem penyerasian untuk mengatasi perbedaan yang terdapat dalam berbagai
metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adapun tahap-tahap penentuan awal bulan Qamariah,
khususnya awal bulan Ramadlan, awal bulan Syawal, dan awal bulan Dzulhijjah,
perspektif NU, sebagaimana ditulis KH. A. Ghazalie Masroeri adalah melalui
empat tahap, yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1. Tahap pembuatan hitungan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2. Penyelenggaraan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyatul hilal</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3. Berpartisipasi dalam sidang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">itsbat</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">4. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ikhbar</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ilmu falak telah berkembang di kalangan NU sejak
abad 19. Lembagalembaga pendidikan NU, seperti pesantren dan madrasah
memberikan pendidikan ilmu falak/</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Dari pendidikan itu lahirlah ulama-ulama ahli falak/</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU tersebar di seluruh Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) didirikan
dari tingkat pusat sampai daerah sebagai wadah berhimpunnya ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, astronom, dan ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">penyelenggarakan diklat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">juga digelar dari tingkat
dasar sampai</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tingkat mahir yang bertujuan untuk menangani
masalah-masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kefalakiyahan </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan pemanfaatannya. Setiap menjelang awal tahun Hijriyah, LFNU
menyelenggarakan musyawarah ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, astronom, dan ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">untuk merumuskan hitungan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kalender tahun-tahun berikutnya. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hisab
jama</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">iy</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">/kolektif/penyerasian, diumumkan melalui almanak setiap tahun dan
digunakan untuk penyelenggaraan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyatul hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sesungguhnya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">/observasi terhadap benda-benda langit khususnya bulan dan
matahari telah dilakukan ribuan tahun sebelum masehi. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">demi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, observasi demi observasi
dilakukan kemudian dicatat dan dirumuskan, lahirlah ilmu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">/ilmu astronomi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">/observasi, demikian KH A Ghazalie Masroeri</span><b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">, </span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah ibu yang melahirkan ilmu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan astronomi. Tanpa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">/observasi tak akan ada ilmu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan astronomi. </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang diterima di Indonesia
ialah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Nasional, yakni
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang diselenggarakan
di dalam negeri dan berlaku satu wilayah hukum. Perbedaan hasil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">di Indonesia
dengan Negara lain seperti Saudi
Arabia tidaklah menjadi masalah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dengan panduan dan dukungan ilmu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, maka </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">diselenggarakan di titik-titik
strategis yang telah ditetapkan (sekitar 55 tempat) di seluruh Indonesia
di bawah koordinasi LFNU di pusat dan di daerah. Pelaksana </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">terdiri dari para ulama‘ ahli
fiqh, ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, dan bekerja sama dengan ormas Islam dan instansi terkait.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">diselenggarakan dengan menggunakan alat sesuai dengan kemajuan teknologi
dan yang tidak bertentangan dengan syar‘i. Jadi, bukan dengan mata telanjang,
melainkan sudah dibantu dengan alat yang canggih. Setelah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dilakukan, kemudian hasilnya
dilaporkan kepada PBNU. Dari laporan-laporan itu sesungguhnya NU sudah dapat
mengambil keputusan tentang penentuan awal bulan, tetapi tidak segera diumumkan
melainkan dilaporkan lebih dulu ke sidang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">itsbat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, dengan tujuan agar keputusan itu berlaku bagi umat Islam di seluruh
Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hal tersebut mengikuti apa yang sudah dilakukan
para Sahabat Nabi. Ketika para Sahabat berhasil melihat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, tidak serta-merta mereka
menetapkannya dan mengumumkan kepada masyarakat mendahului penetapan Rasulullah
SAW. Hasil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Selanjutnya beliau sebagai Rasul
Allah maupun sebagai kepala negara menetapkannya. Sebagaimana tersebut dalam
hadits:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Abdullah bin Umar
ia berkata: orang-orang berusaha melihat hilal (melakukan rukyatulhilal) lalu
saya memberitahu kepada Rasulullah SAW bahwa sesungguhnya saya telah melihat
hilal, maka beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang agar supaya berpuasa</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">. </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR Abu Dawud, Daruquthni, dan Ibnu Hibban)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Setelah setelah dikeluarkan itsbat, maka NU
mengeluarkan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ikhbar </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pemberitahuan) tentang sikap NU mengenai penentuan awal bulan
Ramadhan, awal bulan Syawal, dan awal bulan Dzulhijjah atas dasar </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ul </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang didukung dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> yang akurat sesuai dengan
kriteria </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">imkanur rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ikhbar </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ini adalah hak PBNU untuk menetapkan hasil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang dikeluarkan setelah
itsbat, dan merupakan bimbingan terhadap warga NU, yang secara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">jam</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">iyyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (kelembagaan) harus dilaksanakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara itu, dalam masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">matla' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(pemberlakuan wilayah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), apakah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berlaku untuk </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">lokal, nasional, ataukah
internasional. NU menetapkan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">nasional </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wilayatul hukmi </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Indonesia</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Hasil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">di suatu tempat hanya berlaku bagi suatu negara kekuasaan hakim
(pemerintah) yang menetapkan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">itsbat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) hasil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Matla' </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berlaku hanya untuk wilayah hukum suatu negara tertentu dan tidak berlaku
bagi negara lain. Artinya, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berlaku untuk seluruh kawasan Nusantara berlandaskan satu kesatuan
hukum negara sehingga kesepakatan dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">keputusan pemerintah tentang awal Hijriyah
khususnya awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah berlaku untuk seluruh negara
kesatuan RI. NU menolak adanya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">internasional yang berkiblat pada hasil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Arab Saudi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jika NU lebih mengutamakan
penggunaan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dari pada hisab, maka Muhammadiyah cenderung menggunakan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, meskipun tidak melupakan metode
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Munir Mulkhan
menulis, bahwa Muhammadiyah tetap menggunakan metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Namun demikian berdasarkan
perkembangan iptek dan pola kehidpan masyarakat maka pelaksanaan ru‘yat
dilakukan dengan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menggunakan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar tanggal 1–7
Mei 1932, salah satu butir keputusannya: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“As-Shaumu
wal fithru bir ru</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yati wala mani</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">a bil hisab”</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (Berpuasa dan berbuka
[berhari raya] dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan tidak ada halangan dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">‖</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">). Sementara itu dalam Muktamar Tarjih XXVI di Padang tahun 2003 tentang
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan Rukyat
diambil kesimoulan bahwa:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">a). </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mempunyai fungsi dan kedudukan yang sama dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagai pedoman penetapan awal
bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">b). </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagaimana tersebut pada poin satu yang digunakan oleh Majelis Tarjih
dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah ialah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hisab Hakiki </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dengan kriteria </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wujudul hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">c). Matlak yang digunakan adalah matlak yang
didasarkan pada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wilayatul hukmi </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Indonesia).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">d). Apabila garis batas </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wujudul hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pada awal bulan Qamariyah
tersebut membelah wilayah Indonesia
maka kewenangan menetapkan awal bulan tersebut diserahkan kepada Kebijakan
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Selain hal tersebut di atas Tarjih dalam HPT
menjelaskan sebagaimanana uraian berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berpuasa dan ‗Ied Fitrah itu dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan tidak berhalangan dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Dalil-dalil yang digunakan
sebagai dasar adalah sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Firman Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Yunus: 5)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga Firman Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Tidaklah mungkin
bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mendahului siang. Dan
masing-masing beredar pada garis edarnya" </span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Yaasiin :40).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Matahari dan
bulan (beredar) menurut perhitungan" </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S.
Ar-Rahmaan: 5).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadis Nabi Muhammad Saw:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Berpuasalah karena
melihat tanggal dan berbukalah karena melihatnya. Maka</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bilamana tidak
terlihat olehmu, maka sempurnakanlah bilangan sya</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ban tiga puluh hari. (</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">HR</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bukhari).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga hadis lain yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Dari Kuraib
(diriwayatkan bahwa) sesunggguhnya Ummu Fadhl binti al-Harits mengutusnya
menemui Mu'awiyah di negeri Syam. Ia berkata: Saya tiba di negeri Syam dan
melaksanakan keinginannya. Dan masuklah bulan Ramadhan sementara saya berada di
negeri Syam. Saya melihat hilal pada malam hari Jum'at, selanjutnya saya
kembali ke Madinah pada akhir bulan Ramadaan. Lalu Abdullah bin Abbas r.a. bertanya
kepada saya dan menyebut tentang hilal. Ia bertanya: Kapan kalian melihat hilal?
Saya menjawab : Kami melihat hilal pada malam hari Jum'at. Ia bertanya lagi: Apakah
kamu sendiri yang melihatnya ? maka Jawab Kuraib, benar, dan orang yang lain
juga melihatnya. Karenanya Mu'awiyah dan orang-orang disana berpuasa. Lalu Abdullah
ibn Abbas berkata: Tetapi kami melihat hilal pada malam hari Sabtu, karenanya
kami akan terus berpuasa hingga 30 hari (istikmal) atau kami melihat hilal sendiri.
Saya (Kuraib) bertanya: Apakah kamu (Abdullah bin Abbas) tidak cukup mengikuti
rukyatnya Mu'awiyah (di Syam) dan puasanya. Abdullah bin Abbas menjawab: Tidak,
demikianlah yang Rasulullah saw. perintahkan kepada kami" </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(H.R.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muslim).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selanjutnya, Tarjih Muhammadiyah menyatakan apabila
Ahli </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menetapkan
bahwa bulan tampak (tanggal) atau sudah wujud tetapi tidak kelihatan,</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">padahal kenyataannya ada orang yang melihat pada
mu‘tabar, maka Majlis Tarjih</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">memutuskan bahwa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyatlah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tabar</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hal ini di dasarkan hadis yang artinya: ―Menukil
hadis dari Abu Hurairah r.a. yang berkata bahwa Rasulullah bersabda: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Berpuasalah karena kamu melihat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tanggal dan berbukalah (berlebaranlah) karena kamu melihat
tanggal, bila kamu tertutup</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">oleh mendung, maka sempunakanlah bilangan bulan Sya</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ban 30 hari </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Bukhari dan Muslim)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ismail Thaib, dalam Majalah Suara Muhammadiyah
pernah menulis bahwa Putusan Muktamar Muhammadiyah di Makassar sebagaimana
disebutkan di muka, yakni </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“As-Shaumu wal fithru
bir ru</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yati wala mani</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">a bil hisab”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berpuasa dan berbuka [berhari raya] dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan tidak ada halangan dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) merupakan putusan yang
bijaksana. Namun demikian, tidak dipungkiri bahwa selama ini Muhammadiyah
cenderung mengedepankan metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dari pada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Ismail secara rinci mencoba menjelaskan kembali masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagai metode yang digunakan
oleh Muhammadiyah dalam penentuan awal Ramadhan, dan jatuhnya Idul Fitri dan
Idul Adha, secara lebih mendalam dilihat dari sudut pandang syariat Islam.
Menurutnya, perintah Nabi Saw dalam sabdanya yang artinya: ―Berpuasalah kamu
karena melihat bulan dan berbukalah (berhari raya) kamu karena melihat bulan. mesti
ditafsirkan tidak sempit. Bahwa perintah Nabi itu dan Hadits-hadits lain yang
semakna dengan itu masih bersifat lepas (mutlak) belum dikaitkan dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">illat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Oleh karenanya, demikian
Ismail, apabila ada nash (Hadits) lain yang memautkan perintah itu dengan suatu
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">illat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, maka ketika
itu persoalannya menjadi lain, menjadi berbeda dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">illat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu ada pengaruhnya dalam pemahaman
Hadits tersebut dan hukum berjalan sesuai dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">illat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">itu dalam penjabaran (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tathbiq</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) atau operasionalnya. Penggunaan
metode </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">oleh
Muhammadiyah didasarkan pada alasan, salah satunya adalah Hadits Nabi
sebagaimana tersebut di atas, bukanlah satu satunya hadits dalam masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, tetapi masih ada lagi hadits
lain yang lebih jelas menjelaskan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">illat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">-nya, yaitu hadits riwayat Muslim dan lain-lainnya, di mana Nabi bersabda
yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Sesungguhnya kita
ummat yang ummi (buta aksara) tidak bisa menulis dan tidak bisa menghitung (hisab),
bulan itu begini dan begini”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadits di atas menurut Ismail, dianggap pokok dalam
masalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, karena seakan-akan
Rasulullah mengatakan bahwa berpegang kepada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">rukyat
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">lantaran kebanyakan umat Islam di masa beliau buta aksara, belum
mengenal ilmu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Di dalam sebuah buku tentang </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Pedoman Hisab Muhammadiyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, disebutkan bahwa
dalam konteks ke-Indonesiaan penggunaan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">lebih memungkinkan dan lebih praktis karena dapat menentukan
tanggal jauh sebelumnya dan dapat menentukan masa depan secara lebih pasti,
sehingga persiapan-persiapan dapat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dilakukan secara lebih tepat perhitungan dan jauh
sebelumnya. Perhatian dan orientasi ke depan adalah salah satu prinsip ajaran
Islam dan sekaligus cermin sikap modern. Selain itu penggunaan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hisab </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ini juga mencerminkan
kepercayaan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah kepada ilmu pengetahuan, yang juga
merupakan prinsip ajaran</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Islam dan sekaligus ciri kemodernan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara itu, bila garis batas </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wujudul hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">membelah dua wilayah kesatuan Republik
Indonesia
yang "besarnya hampir sama", maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan
menggunakan kriteria </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wujudul hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">nasional dalam menentukan awal bulan Qamariah, khususnya awal
Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Kriteria </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wujudul
hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">nasional merupakan teori di mana awal bulan Qamariah
dimulai apabila setelah terjadi </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ijtimak </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">conjunction</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) matahari tenggelam terlebih dahulu dibandingkan bulan (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">moonset after sunset</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">); pada saat itu posisi bulan di
atas ufuk di seluruh wilayah Indonesia.
Artinya pada saat matahari terbenam (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sunset</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) secara filosofis </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sudah ada di seluruh wilayah Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Namun jika garis batas </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wujudul hilal </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">membelah dua wilayah kesatuan Republik
Indonesia
dan sebagian besar sudah wujud maka diberlakukan konsep </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">matla</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagaimana yang tertuang dalam putusan Munas
Tarjih di Makassar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">G. Tawasul</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tawasul adalah berdoa kepada Allah dengan melalui </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wasilah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(perantara). Dalam arti lain
tawasul merupakan sesuatu yang dijadikan perantara untuk mendekatkan diri
(tawajjuh) kepada Allah swt guna mencapai sesuatu yang diarapkan dari-Nya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bagi warga NU berdoa dengan cara bertawasul
(melalui perantara) bukan lagi hal yang dianggap aneh. Sementara kaum
Muhammadiyah tidak sependapat dengan cara berdoa dengan bertawasul.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berdoa dengan wasilah itu sendiri ada beberapa
macam, antara lain bertawasul dengan amal sholih, dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">asma</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ul husna</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, orang sholih yang masih hidup, dan bertawasul dengan Nabi dan
wali yang sudah meninggal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bagi warga NU bertawasul dengan hal-hal di atas,
termasuk dengan Nabi dan wali yang sudah meninggal hukumnya adalah sunnah.
Sementara bagi Muhammadiyah, bertawasul yang dibolehkan hanyalah tawasul dengan
dengan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">asma‘ul husna, orang sholih yang masih hidup,
sementara tawasul dengan orang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang sudah meninggal tidak boleh dilakukan, bahasa
ekstrimnya adalah haram,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">karena bisa mengarah kepada perbuatan syirik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah tidak secara khusus membahas masalah
tawasul dalam HPT. Dalam HPT hanya terdapat tuntunan cara berdoa, dan tuntunan
ziarah kubur yang bisa dijadikan rujukan, bagaimana Muhammadiyah menolak berdoa
dengan menggunakan wasilah orang sholih yang sudah meninggal. Sementara itu,
dalam sebuah situs resmi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bontang, terdapat pula
artikel tanya jawab masalah agama yang mengupas pendapat yang tidak membenarkan
tawasul.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Lebih jauh tentang tawasul, marilah kita simak
pendapat serta dasar-dasar mensunahkan dan melarang bertawasul dari NU dan
Muhammadiyah. Mungkin</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">lebih tepat jika mulai dari pendapat yang
mensunnahkan, baru setelah itu menuju ke pendapat yang menolak dan melarang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Nahdhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH. A. Nuril Huda, yang pernah menjabat sebagai </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ketua PP Lembaga Dakwah</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Nahdlatul Ulama
(LDNU), </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam sebuah artikelnya menulis bahwa tawassul
adalah mendekatkan diri kepada Allah atau berdo‘a kepada Allah dengan
mempergunakan wasilah, atau mendekatkan diri dengan bantuan perantara. Pernyataan
demikan dapat dilihat dalam surat
Al-Maidah ayat 35, Allah berfirman :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
(al-Maidah: 35)</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam buku Antologi NU diterangkan bahwa,
bertawasul dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1. Melalui tindakan (iman dan amal sholeh). Ulama
madzhab Hambali menyebtukan bahwa bertawasul dengan iman, ketaatan dan amal
saleh, merupakan salah satu bentuk bertawasul dengan shiratal mustaqim, yaitu mendekatkan
diri kepada Allah swt dengan apa yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2. Melalui doa. Antara lain dengan menyebut amal
saleh yang pernah dilakukan. Tuuannya berwasilah dalam berdoa agar doa yang disampaiakan
itu diterima oleh Allah swt. Juhur ulama menyepakati cara tersebut sebagaimana
hadist diriwayatkan bukhari dan Muslim tentang tiga orang yangt erkurung di
dalam goa. Untuk bisa keluar dari goa mereka berdoa sambil bertawasul dengan
amal yang pernah diperbuatnya,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3. Malaui dzat, sifat-sifat dan nama-nama Allah
swt. (asmaul Husna). Sebagaimana firman Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hanya milik Allah
asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu
dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Al-A‘raf: 180)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">4. Dengan syafaat Nabi Muhamamd saw di akhirat
nanti. Ulama ahlussunah waljamaah berpenapat bahwa semua kaum muslimin akan
mendapat syafaat dari rasulullah. Termasuk mereka yang di dunia melakukan dosa besar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">5. Melalui panggilan. Tawasul dalam bentuk ini
dilakukan dengan cara memanggil orang yang paling dicintai. Menurut Sayid
Muhammadi Malik </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">al-Maliki, bertawasul seperti ini hukumnya boleh.
Berdsarkan beberapa riwayat, antara lain: ―Mujahid meriwayatkan bahwa dia
melihat seseorang sakit kakinya di dekat Ibnu Abbas. Lantas Abbas berkata:
―Sebutlah nama seseorang yang engkau cintai. Orang sakit tersebut lantas
menyebut nama Muhamamd saw. Dengan segera tampak rasa sakit dan lemah kakinya sembuh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam keterangan lain, disebutkan bahwa bertawasul
juga bisa dilakukan dengan orang yang sudah meninggal. Orang yang sudah
meninggal yang dijadikan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">wasilah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">biasanya adalah para Nabi, wali, dan orang-orang yang dipercaya kesalehannya.
Kaum NU sering melakukan tawasul dengan berziarah ke makammakam para wali.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalil dibolehkannya bertawasul dengan orang yang
sudah meninggal adalah firman Allah surat
an-Nisa ayat 64:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10pt;">:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan kami tidak
mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah.
Sesungguhnya Jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon
ampun kepada Allah, dan rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka
mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang..</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(QS.An-Nisa‘ :64).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana tersebut dalam Risalah Amaliyah
Nahdhiyin (PCNU Kota Malang),
bahwa ayat di atas adalah bersifat umum (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">'amm</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) mencakup pengertian</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ketika beliau masih hidup dan ketika sesudah wafat
dan berpindahnya ke alam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">barzah. Imam Ibnu Al-Qoyyim dalam kitab </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Zadul Ma'ad </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">menyebutkan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Dari Abu Sa'id
al-Khudry, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: "Seseorang dari rumahnya
hendak sholat dan membaca do'a: Kecuali Allah menugaskan 70.000 malaikat agar memohonkan
ampun untuk orang tersebut, dan Allah menatap orang itu hingga selesai sholat”.
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Ibnu Majjah).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari Imam al-Baihaqi, Ibnu As-Sunni dan al-Hafidz
Abu Nu'aim meriwayatkan bahwa do'a Rasulullah ketika hendak keluar menunaikan
shalat adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Para</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> ulama; berkata, "Ini adalah tawasul yang jelas dengan semua
hamba beriman yang hidup atau yang telah mati. Rasulullah mengajarkan kepada
sahabat dan memerintahkan mebaca do'a ini. Dan semua orang salaf dan sekarang
selalu berdo'a dengan do'a ini ketika hendak pergi sholat." Abu Nu'aimah
dalam kitab al-Ma'rifah, at-Tabrani dan Ibnu Majjah mentakhrij hadits:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Anas bin Malik
ra, ia berkata, “ketika Fatimah binti Asad ibunda Ali bin Abi Thalib ra
meninggal, maka sesunnguhnya Nabi SAW berbaring diatas kuburannya dan bersabda:
“Allah adalah Dzat yang Menghidupkan dan mematikan. Dia adalahMaha Hidup, tidak
mati. Ampunilah ibuku Fatimah binti Asad, ajarilah hujjah (jawaban) pertanyaan kubur
dan lapangkanlah kuburannya dengan hak Nabi-Mu dan nabi-nabi serta para rasul sebelumku,
sesungguhnya Engkau Maha Penyayang.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Maka hendaklah diperhatikan sabda beliau yang
berbunyi: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Dengan hak para nabi sebelumku”.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dalam hadis lain juga
disebutkan: Ketika Nabi Adam terpeleset melakukan kesalahan, maka berkata, “Hai
Tuhanku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad, Engkau pasti mengampuni
kesalahanku. Allah berfirman: “Bagaimana kamu mengetahui Muhammad, padahal
belum Aku ciptakan?” Nabi Adam berkata: “Hai Tuhanku, karena Engkau ketika
menciptakanku dengan tangan kekuasaan-MU, aku mengangkat kepalaku kemudian aku
melihat ke atas tiang-tiang arsy tertulis La ilaaha illa Allah. Kemudian aku
mengerti, sesungguhnya Engkau tidak menyandarkan ke nama-MU, kecuali makhluk
yang paling Engkau cintai.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kemudian Allah
berfirman: “benar engkau hai Adam.Muhammad adalah makhluk</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yang paing Aku cintai.
Apabila kamu memohon kepada-Ku dengan hak Muhammad, maka Aku mengampunimu, dan
andaikata tidak karenaMuhammad maka Aku tidak menciptakanmu.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. al-Hakim, at-Thobroni dan al-Baihaqi).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari hadis di atas dapat diambil pelajaran bahwa
Nabi Adam a.s adalah orang yang mula-mula tawasul dengan Nabi Muhammad SAW.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pertanyaan yang sering diajukan adalah, Jika
tawasul dengan orang-orang yang telah mati itu boleh, mengapa kholifah Umar din
al-Khottob tawasul dengan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">al-Abbas, tidak dengan Nabi SAW. Diketahui Sahabat
Umar bin Khattab r.a memang pernah bertawasul kepada Abbas Ibnu Abdil Murhalib
ketika berdoa memohon hujan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Anas bin Malik
r.a, beliau berkata, “Apabila terjadi kemarau sahabat Umar Ibn Khaththab
bertawasul kepada Abbas Ibnu Abdil Murhalib kemudian berdoa, “Ya Allah, kami
pernah berdoa dan bertawasul kepada-Mu dengan Nabi saw, maka engkau turunkan
hujan. Dan sekarang kami bertawasul dengabn paman Nabi kami, maka turunkanlah
hujan. Anas berkata, “Maka turunlah hujan kepada</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kami.”</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Bukhari)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berkaitan dengan hadis di atas, para ulama‘ telah
menjelaskan: ―Adapun tawasul Umar bin al-Khottob dengan al-Abbas ra bukanlah
dalil larangan tawasul dengan orang yang telah meninggal dunia. Tawasul Umar
bin al-Khottob dengan al- Abbas tidak dengan Nabi SAW itu untuk menjelaskan
kepada orang-orang bahwa tawasul dengan selain itu boleh, tidak berdosa.
Tentang mengapa dengan al-Abbas bukan dengan sahabat-sahabat lain, adalah untuk
memperlihatkan kemuliaan ahli bait Rasulullah SAW.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bertawasul kepada orang yang sudah meninggal juga
pernah dilakukan pada masa Sahabat. Dalam Risalah Amaliyah Nahdhiyin disebutkan
bahwa para sahabat selalu dan terbiasa bertawasul dengan rasulullah SAW setelah
beliau wafat. Seperti yang diriwayatkan Imam al-Baihaqi dan Ibnu abi Syaibah
dengan sanad yang shohih:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Sesungguhnya
orang-orang pada masa kholifah Umaar banal-Khottob ra tertimpa paceklik karena
kekurangan hujan. Kemudian Bilal bin al-Harits ra datang ke kuburan Rasulullah
SAW dan berkata: “Ya rasulullah, mintakanlah hujjah untuk umatmu karena mereka
telah binasa.” Kemudian ketika Bilal tidur didatangi oleh Rasulullah SAW dan berkata:
datanglah kepada Umar dan sampaikan salamku kepadanya dan beritahukan kepada mereka,
bahwa mereka akan dituruni hujan. Bilal lalu datang kepada kholifah Umar dan menyampaikan
berita tersebut. Umar menangis dan orang-orang dituruni hujan.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Karena itu, demikian KH. A Nuril Huda, berdo‘a
dengan memakai wasilah orang-orang yang dekat dengan Allah di atas tidak
disalahkan, artinya telah disepakati kebolehannya. Bertawassul dengan
orang-orang yang dekat kepada Allah, senyatanya tetap memohon kepada Allah SWT
karena Allah-lah tempat meminta dan harus diyakini bahwa sesungguhnya: ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tidak ada yang bisa mencegah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">terhadap apa yang
Engkau (Allah) berikan, dan tidak ada yang bisa memberi sesuatu apabila Engkau
(Allah) mencegahnya</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH A Nuril Huda, dalam tulisannya menguatkan
pendapatnya tentang bolehnya bertawasul dengan orang yang sudah mati. Sebab
ketika seseorang mati maka yang rusak dan hancur adalah badannya atau jasadnya
saja, sedang rohnya tetap hidup dan tidak mati. Orang yang sudah mati ada di
alam barzakh yang mana mereka telah putus segala amal perbuatan mereka untuk
diri mereka sendiri. Dalam kitab Shahih Muslim, terdapat sebuah hadist yang
artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Apabila manusia telah
mati maka terputuslah darinya amalnya, kecuali tiga; kecuali dari shadaqah
jariyah, atau ilmu yang bermanfa</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at atau anak shaleh yang mendo</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">akan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">.</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hadits semacam ini juga termaktub dalam Sunan
Tirmidzi juz III, dalam Sunan Abu Dawud juz III dan dalam Sunanu Nasa‘i juz VI.
Hadits di atas menjadi dasar untuk menguatkan pendapat NU tentang bolehnya
tawasul, sebab apabila</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">manusia telah meninggal dunia itu putus segala
amalnya untuk dirinya sendiri,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tetapi untuk orang lain, misalnya ahli kubur
mendo‘akan orang yang di dunia tidak ada keterangan yang melarang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ketika melintasi kubur kita disunnahkan untuk
mengucapkan salam kepada ahli kubur, sebagaimana pernah dilakukan oleh
Rasulullah. Menurut Nuri, ahli kubur juga akan menjawab salam yang kita
ucapkan. Dengan demikian, lanjutnya, mendo‘akan orang tua, kemudian orang tua
di alam barzah mendo‘akan kepada yang berdo‘a agar selamat, hal ini tidak ada
larangan dalam agama. Baik orang yang berdo‘a maupun ahli kubur seluruhnya
memohon kepada Allah. Perlu diingat bahwa bagi yang berdo‘a di dunia, itu tidak
meminta kepada ahli kubur, karena diyakini bahwa mereka tidak dapat berbuat
apa-apa dan tidak bisa memberikan apa-apa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Perlu diketahui juga, bahwa dalam NU ada tradisi
yang disebut </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mahallul qiyam</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yakni, saatnya berdiri ketika dibacakan shalawat: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Wahai Nabi salam
kepadamu, Wahai Rasul salam kepadamu </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berkaitan dengan tawasul KH
Musthofa Agil Siradj, pernah mengatakan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bahwa dalam kalimat</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;">‖</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Wahai
Nabi salam kepadamu, Wahai Rasul salam kepadamu</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">; yang</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">diucapkan, seakan-akan Nabi hadir pada saat itu. Inilah urgensi
dari ajaran </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tawashul </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kepada Nabi, atau memanjatkan doa dengan perantaraan Rasulullah
saw.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pada saat membaca doa tahiyat akhir dalam setiap
shalat, kita juga selalu Mengucapkan</span><span style="color: black;"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Salam kepada Engkau wahai Nabi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><span style="color: black;">KH Musthofa Agil Siradj menjelaskan bahwa redaksi dari doa
tersebut</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><span style="color: black;">diharuskan
memakai kata ganti ( <span dir="RTL" lang="AR-SA">مَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> )atau kata ganti orang kedua atau </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dlamir</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mukhatab</span></i><span style="color: black;">, yang berarti kamu
atau anda. Kita tidak menyebut nabi dengan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dlamir</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ghaib ( </span></i><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">هُ</span><span dir="LTR"></span><span style="color: black;"><span dir="LTR"></span> ) atau dia, atau beliau. Kita
menyebut Nabi dengan engkau. Ini artinya</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><span style="color: black;">bahwa pada saat kita berdoa seakan-akan Nabi Muhammad SAW
hadir di hadapan</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><span style="color: black;">kita.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Maka pada setiap doa, setelah kita berucap </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Alhamdulillah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> segala puji bagi </span><span style="color: black;">Allah, kita teruskan dengan membaca berbagai shalawat. Baru
setelah itu kita</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><span style="color: black;">sampai pada inti
dari doa kita. Ini artinya saat berdoa, saat menyembah Allah harus</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><span style="color: black;">ada makhluk Allah bernama
Muhammad SAW, demikian pendapat KH Musthofa</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><span style="color: black;">Agil Siradj.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Adapun praktek pelaksanaan
tawassul dengan dzat-dzat yang mulia, seperti Nabi SAW, para Nabi dan
hamba-hamba Allah itu ada tiga macam, yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">1. Memohon (berdoa) kepada Allah
SWT.dengan meminta bantuan mereka.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Contoh: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Ya Allah, saya memohon kepada-Mu melalui Nabi-Mu Muhammad atau
dengan hak beliau atas Kamu atau supaya saya menghadap kepada-Mu dengan Nabi
SAW untuk…”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">2. </span></i><span style="color: black;">Meminta kepada orang yang dijadikan wasilah agar ia memohon
kepada Allah untuknya agar terpenuhi hajat-hajatnya seperti:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Ya Rasulullah,
mohonkanlah kepada Allah SWT agar Dia menurunkan hujan atau……”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">3. Meminta sesuatu yang
dibutuhkan kepada orang yang dijadikan wasilah, dan meyakininya hanya sebagai sebab
Allah memenuhi permintaannya karena pertolongan orang yng dijadikan wasilah dan
karena doanya pula. Cara ketiga ini sebenarnya sama dengan cara kedua.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Tiga macam cara </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tawasul </span></i><span style="color: black;">ini semua memiliki
dasar hukum yang jelas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Dalil </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tawasul </span></i><span style="color: black;">dengan cara yang pertama
adalah hadits-hadits Nabi SAW antara lain:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Dari autsman bin
Hunaif ra.sesungguhnya seorang laki-laki tuna netra datang kepada Nabi SAW dan
berkata: “Ya Rasululah, berdo</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">alah kepada Allah agar</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">menyembuhkan saya.”
Beliau bersabda: “jika engkau mau, berdoalah. Dan jika engkau mau bersabarlah
(dengan kebutaan) karena hal itu (sabar) lebih baik untuk kamu.” Laki-laki itu
berkata: “berdo</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">alah untuk saya,
karena mataku benar-benar memberatkan merepotkan)ku.” Kemudian Nabi SAW
memerintahkan si laki-laki itu agar berwudlu, shalat dua raka</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at, lalu berdoa seperti doa dalam hadits yang arti doa itu adalah:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu melalui
Nabi-Mu Muhammad, nabi pembawa rahmat. Ya Muhammad, sesungguhnya aku melalui
kamu menghadap kepada Tuhanku dalam urusan hajatku ini, agar hajat itu
dikabulkan kepadaku. Ya Allah, tolonglah beliau dalam urusanku.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Si laki-laki itu
melakukan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW kemudian pulang dalam keadaan
dapat melihat.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Hadist tersebut, bagi kalanggan
yang membolehkan tawasul, dianggap jelas bahwa di sana Nabi SAW tidak berdoa sendiri untuk
kesembuhan mata si tuna netra, tetapi beliau mengajarkan kepadanya cara berdoa
dan menghadap kepada Allah melalui kedudukan diri beliau dan memohon kepada
Allah agar meminta bantuan dengan beliau. Dalam hal ini, ada dalil yang jelas
tentang kesunahan tawasul dan meminta bantuan dengan dzat Nabi Muhammad SAW.
Ajaran tawasul dalam doa yang disebutkan pada hadits tersebut tidak khusus
untuk laki-laki tuna netra itu saja, tetapi umum untuk umatnya seluruhnya, baik
semasa beliau masih hidup atau sesudah wafat. Pemahaman rawi dalam menghadapi
hadits itu dapat dijadikan hujjah sebagaimana diuraikan dalam ilmu ushul. Dengankan
dalil tawasul dengan cara kedua antara lain hadist </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dari Anas ra.ia</span></i><span style="color: black;"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">berkata:</span></i><span style="color: black;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ketika Nabi SAW
berkhutbah pada hari Jum</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at, tiba-tiba ada seorang laki-laki masuk dari pintu masjid dan
langsung menghadap kepada Nabi SAW seraya berteriak: “Hai Rasulullah, harta
benda telah binasa dan jalan-jalan telah putus, maka berdoalah kepada Allah
supaya menghujani kami. Rasulullah SAW lalu mengangkat tangan dan berdo</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">a” Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami tiga kali. Anas berkata:
“Demi Allah kami melihat awan di langit dan kami hari itu dituruni hujan begitu
juga hari berikutnya. Kemudian si laki-laki itu atau orang lainnya datang dan
berkata: “Ya Rasulullah rumah-rumah ambruk dan jalan-jalan terputus. “Kemudian
Beliau berdoa: “ Allah, turunkanlah hujan disekitar kita bukan diatas kita,”
kemudian awan terbelah dan kami keluar berjalan di bawah sinar matahari.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Di dalam hadits tersebut ada
petunjuk atau dalil, bahwa setiap orang disamping boleh berdoa (memohon) kepada
Allah secara langsung, boleh juga boleh juga mengunakan perantara orang-orang
yang dicintai Allah yang dijadikan oleh- Nya sebagai sebab terpenuhinya hajat
hamba-hambanya. Disamping itu, karena manusia ketika melihat dirinya masih
berlepotan dosa yang membuatnya jauh dari Allah yang tentu saja merasa layak
ditolak permohonannya. Sebab itu, ia menghadap kepada Allah melaui orang-orang
yang dicintai-Nya, ia memohon kepada Allah dengan kedudukan dan kemuliaan para
kekasih-Nya, agar Allah mengabulkan hajatnya karena hamba-hamba-Nya yang
dicintai-Nya yang mereka itu tidak tahu apa-</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">apa. kecuali
ta‘at kepada</span><span style="color: black;">-Nya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Sedangkan dalil dati cara
tawasul yang ketiga antara lain hadis dari </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rabi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ahbin Malik al-Aslami ra.ia berkata Nabi SAW bersabda kepadaku:
“Mintalah apa saja yang kamu inginkan.” Saya berkata: “Saya memohon kepada- Mu
dapat bersamamu di surga.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Beliau bersabda:
“Selain itu?” Saya berkata: “Hanya itu.” kemudian beliau bersabda: “Bantulah
saya untuk memenuhi keinginanmu dengan memperbanyak sujud.” (HR. Imam Muslim).</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Jadi, menurut kalangan NU,
tawasul dengan orang mati tidak jadi masalah, malah justru dianjurkan,
lebih-lebih tawasul kepada Nabi Muhammad saw. NU berpendapat bahwa tidak ada
unsur-unsur syirik dalam bertawassul, karena pada saat bertawassul dengan orang-orang
yang dekat kepada Allah SWT seperti para Nabi, para Rasul dan para shalihin,
pada hakekatnya kita tidak bertawassul dengan dzat mereka, tetapi bertawassul
dengan amal perbuatan mereka yang shaleh. Karena memang, tidak mungkin kita
bertawassul dengan orang-orang yang ahli </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ma‘siat, pendosa yang
menjauhkan diri dari Allah, dan juga tidak bertawassul</span><span style="color: black;"> dengan pohon, batu, gunung dan lain-lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Sebagaimana telah penulis
sebutkan di awal bab ini, bahwa dalam HPT Muhammadiyah tidak terdapat keterangan
yang rinci mengenai masalah tawasul.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Namun demikian, penulis
mengambil kesimpulan bahwa Muhammadiyah tidak sependapat dengan berdoa dengan
cara bertawasul (melalui wasilah atau perantara). Hal ini bisa dilihat dari apa
yang terjadi di dalam warga Muhammadiyah, yang tidak memiliki tradisi
bertawasul sebagaimana di NU, seperti pembacaan kitab barzanji, haul,
sholawatan berjamaah, atau pun tradisi ziarah Walisanga. Lebih jelas lagi,
ketika penulis mendapati sebuah artikel di situs</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Bontang. Sebuah artikel yang menolak cara berdoa dengan bertawasul, khususnya
tawasul kepada orang yang sudah meninggal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Tuntunan cara berdoa,
sebagaimana dimuat dalam kitab HPT Muhammadiyah hanya menyebutkan bahwa doa itu
diawali dengan memuji Allah, shalawat Nabi lalu menyampaikan isi doa, kemudian
diakhiri dengan membaca hamdalah. Hal ini didasarkan pada hadis riwayat Abu
dawud,, at- Tirmidzy, al Hakim, Ibnu Hibban, dan al0 Baihaqy serta surat Yunus ayat 9-10. Nukilah
hadis dan ayat tersebut di atas ialah sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Allah berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi
petunjuk oleh Tuhan mereka Karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-
sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan. 10. Do'a, mereka di dalamnya
ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam".
dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin". </span></i><span style="color: black;">(Q.S</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black;">Yunus: 9-10)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Rasulullah saw bersabda, yanga
artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Apabila berdoa salah seorang
di antaramu, mulailah dengan memuji Allah, kemudian membaca shalawat Nabi saw
kemudian barulah memohon apa yang dikehendaki </span></i><span style="color: black;">(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzy, al Hakim, Ibnu Hibban, dan al-</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black;">Baihaqy)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Selain dari pada keterangan
tentang cara berdoa, penulis juga mendapati penolakan Muhammadiyah terdapap
cara doa dengan bertawasul. Dalam kitab HPT Muhammmadiyah menjelaskan masalah
ziarah kubur, tarjih menyatakan: dan janganlah mengerjakan di situ sesuatu yang
tiada diiszinkan oleh Allah dan Rasul- Nya, seperti: meminta-minta pada mayat
dan membuatnya perantaraan hubungan </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kepada Allah.</span><span style="color: black;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Hal tersebut di dasarkan pada
firman Allah surat
Yunus ayat 106, sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan janganlah kamu
menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka
Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim".</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Juga firman Allah surat az-zumar ayat
tentang tindakan orang musyrik Mekah, ketika menyembah kepada berhala-berhala,
mereka mengatakan bahwa berhala itu untuk mendekatkan kepada-Nya
sedekat-dekatnya. Sebagaimana firman Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ingatlah, Hanya
kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa
yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang pendusta dan sangat ingkar.(Q.S Az-Zumar: 3)</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Jelaslah sekarang, bahwa
Muhammadiyah tidak menyepakati adanya tawasul kepada orang yang sudah meninggal
(mayat). Salah satu dalil aqli yang digunakan adalah, bahwa orang yang sudah
meninggal sudah tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak bisa mendengar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Lalu bagaimana dengan tawassul
kepada Nabi Saw?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Dalam kumpulan Fatwa dan
Berbagai Artikel dari Syaikh Ibnu Baz, sebagaimana terdapat di situs Pimpinan
Daerah Muhammadiyah Bontang, disebutkan bahwa bertawasul kepada Nabi saw bila
hal itu dilakukan dengan cara mengikuti beliau, mencintai, taat terhadap
perintah dan meninggalkan laranganlarangan beliau serta ikhlas semata karena
Allah di dalam beribadah, maka inilah yang disyariatkan oleh Islam dan inilah
dien Allah yang dengannya para Nabi diutus, yang merupakan kewajiban bagi
setiap mukallaf (orang yang dibebani dengan syariat) serta merupakan sarana
dalam mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Sementara itu menjadikan Nabi
sebagai perantara doa kita, yakni bertawassul dengan cara meminta kepada
beliau, beristighatsah kepadanya, memohon pertolongan kepadanya untuk mengatasi
musuh-musuh dan memohon kesembuhan kepadanya, menurut Saikh Ibnu Baz adalah
termasuk syirik yang paling besar. Dari pendapat tersebut didapati pengertian
bahwa berdoa dengan cara bertawasul kepada Nabi adalah haram. Demikian pula
berdaa dengan cara bertawasul kepada selain Nabi Muhammad saw, seperti
Nabi-Nabi yang lain, para wali, jin, malaikat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Lebih jauh Saikh Ibnu Baz
menegaskan bahwa disamping tawasul dengan cara di atas, juga tidak dibenarkan
bertawasul dengan melalui jah (kedudukan) Nabi </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">saw, hak atau
sosok beliau, sebagai contoh ucapan seseorang, ―Aku memohon</span><span style="color: black;"> kepadamu, Ya Allah, melaui nabi-Mu, atau melalui jah
nabi-Mu, hak nabi-Mu, atau jah para nabi, atau hak para nabi, atau jah para
wali dan orang-</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">orang shalih, dan</span><span style="color: black;"> semisalnya</span><b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">.</span></b><span style="color: black;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Dasar pengharaman itu ialah
karena, menurutnya, Allah swt tidak pernah mensyariatkan hal itu sementara
masalah ibadah bersifat tauqifiyah (bersumber kepada dalil-penj) sehingga tidak
boleh melakukan salah satu darinya kecuali bila terdapat dalil yang
melegitimasinya dari syariat yang suci ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black;">Bertawasul itu boleh, demikian
Saikh Ibnu Baz, bila kepada orang-orang yang masih hidup, seperti ucapan anda
kepada saudara anda, bapak anda atau orang </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang dianggap
baik, ―Berdoalah kpada Allah untukku agar mrnyembuhkan</span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">penyakitku!, atau ―agar memulihkan penglihatanku‘.
―menganugrahiku</span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">keturunan, dan
semisalnya. Kebolehan akan hal ini adalah berdasarkan ijma‘</span><span style="color: black;"> (Kesepakatan) Para ulama.
Rujukan tentang tawasul yang dibolehkan dan diharamkan yang digunakan oleh
Saikh Ibnu Baz, antara lain kitab Syaikul Islam, Abu Al-Abbas Ibnu Taimiyyah </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">rahimahullah yang berjudul ―al</span><span style="color: black;">-</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Qa‘idah al</span><span style="color: black;">-Jalilah Fi at-Tawassul
wa al-</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">wasilah.</span><span style="color: black;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">H. Tahlil</span></b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua"; font-size: 10pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam bahasa Arab, Tahlil berarti menyebut kalimah
―syahadah</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yaitu ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">La ilaha illa Allah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> ( </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="color: black;">ا</span><span dir="LTR"></span><span lang="AR-SA" style="color: black;"><span dir="LTR"></span> <span dir="RTL">اله</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">). Dalam konteks Indonesia,
tahlil menjadi sebuah istilah</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">untuk menyebut suatu rangkaian kegiatan doa yang diselenggarakan
dalam rangka</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kegiatan tahlil sering juga disebut dengan istilah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tahlilan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Tahlilan, sudah menjadi
amaliah warga NU sejak dulu hingga sekarang. Sementara kalangan Muhammadiyah
tidak membenarkan diselenggarakannya tahlilan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bacaan-bacaan doa serta urutan dalam acara tahlil
juga sudah tersusun sedemikian rupa, dan dihafal oleh warga NU. Begitu pula
tentang bagaimana tradisi pelaksanaannya, di mana keluarga sedang tertimpa
musibah kematian (shohibul mushibah) memberikan sedekah makanan bagi tamu yang
diundang untuk turut serta mendoakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU menganggap bahwa acara tahlilan tidak
bertentangan dengan syariat Islam, melainkan justru sesuai dengan apa yang
telah disunnahkan oleh Rasulullah saw. Sementara Muhammadiyah menganggap bahwa
acara tahlilan merupakan sesuatu hal yang baru, tidak pernah dikerjakan dan
diperintahkan rasulullah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(bid‘ah).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU membenarkan bahwa bacaan doa, kiriman pahala
dari membaca ayatayat al-Qur‘an, dan shodaqah, bisa dikirimkan kepada orang
yang sudah meninggal, sementara Muhammadiyah berpendapat bahwa membaca
al-Qur‘an, dan bacaan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">lain, serta bersodaqah yang dikirimkan kepada orang
yang sudah meninggal pahala tersebut tidak akan sampai.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Perbedaan pendapat seputar tahlil ini terjadi,
dikarenakan terjadinya penafsiran yang berbeda terhadap ayat al-Qur‘an dan
hadis yang berkaitan dengan masalah tersebut. Selain juga karena dalil yang
digunakan serta metode pengistimbathan hukumnya yang berbeda. Untuk lebih
jelasnya, baiknya langsung kita pahami bersama dasar-dasar penolakan dan
penerimaan tahlil dari NU dan Muhammadiyah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana sudah dikenal, bahwa ajaran agama
Muhammadiyah cenderung ingin memurnikan syariat Islam (tajdid). Islam yang
menyebar luas di Indonesia,
khususnya di jawa, tidak dipungkiri merupakan perjuangan dari para pendakwah
Islam pertama, di antaranya adalah Wali Sanga. Dalam menyebarkan agama Islam,
Walisanga menggunakan pendekatan kultural, yang mana tidak membuang keseluruhan
tradisi dan budaya Hindu dan Budha, dua ajaran yang menjadi mayoritas pada masa
itu, melainkan memasukkan ajaran-ajaran Islam ke dalam tradisi dan kepercayaan
Hindu Budha. Salah satu tradisi agama Hindu, yaitu ketika ada orang yang
meninggal adalah kembalinya ruh orang yang meninggal itu ke rumahnya pada hari
pertama, ketiga, ketujuh, empat puluh, seratus, dan seterusnya. Dari tradisi
itulah kemudian muncul tradisi yang kemudian dikenal dengan tahlil.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana sudah pernah dibahas dalam Majalah
Suara Muhammadiyah dan dimuat dalam buku Tanya Jawab Agama II yang diterbitkan
Muhammadiyah, tahlilan tidak ada sumbernya dalam ajaran Islam. Tradisi
selamatan kematian 7 hari, 40 hari, 100 hari maupun 1000 hari untuk orang yang
meninggal dunia, sesungguhnya merupakan tradisi agama Hindu dan tidak ada
sumbernya dari ajaran Islam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah menganggap bahwa keberadaan tahlil
pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari tradisi tarekat. Ini bisa diketahui
dari terdapatnya gerak-gerak tertentu disertai pengaturan nafas untuk
melafalkan bacaan tahlil sebagai bagian</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dari metode mendekatkan diri pada Allah. Dari
tradisi tarekat inilah kemudian berkembang model-model tahlil atau tahlilan di
kalangan umat Islam Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam tanya jawab masalah Agama di Suara
Muhammadiyah disebutkan macam-macam tahlil atau tahlilan. Di lingkungan Keraton
terdapat tahlil rutin, yaitu tahlil yang diselenggarakan setiap malam Jum'at
dan Selasa Legi; tahlil hajatan, yaitu tahlil yang diselenggarakan jika keraton
mempunyai hajat-hajat tertentu seperti tahlil pada saat penobatan raja,
labuhan, hajat perkawinan, kelahiran dan lainnya. Di masyarakat umum juga
berkembang bentuk-bentuk tahlil dan salah satunya adalah tahlil untuk orang
yang meninggal dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah yang notabenenya mengaku masuk dalam
kalangan para pendukung gerakan Islam pembaharu (tajdid) yang berorientasi
kepada pemurnian ajaran Islam, sepakat memandang tahlilan orang yang meninggal
dunia sebagai bid'ah yang harus ditinggalkan karena tidak ada tuntunannya dari
Rasulullah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Esensi pokok tahlilan orang yang meninggal dunia
sebagai perbuatan bid'ah bukan terletak pada membaca kalimat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">la ilaha illallah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, melainkan pada hal pokok</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang menyertai tahlil, yaitu;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1. Mengirimkan bacaan ayat-ayat al-Qur'an kepada
jenazah atau hadiah pahala kepada orang yang meninggal,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2. Bacaan tahlil yang memakai pola tertentu dan
dikaitkan dengan peristiwa tertentu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berikut akan kami berikan argumentasi penolakan
Muhammadiyah terhadap tahlil:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Argumentasi Pertama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">: Bahwa mengirim hadiah pahala untuk orang yang sudah meninggal
dunia tidak ada tuntunannya dari ayat-ayat al-Qur'an maupun hadis Rasul.
Muhammadiyah berpendapat bahwa ketika dalam suatu masalah tidak ada tuntunannya,
maka yang harus dipegangi adalah sabda Rasulullah saw, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Barangsiapa yang
mengerjakan suatu perbuatan (agama) yang tidak ada perintahku untuk melakukannya,
maka perbuatan itu tertolak.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">[HR. Muslim dan Ahmad]</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam situs pdmbontang.com memuat sebuah artikel
yang berjudul</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―Meninggalkan Tahlilan, siapa takut?, sebuah
artikel yang bersumber dari MTAonline.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa Nabi
Muhammad saw ketika masih hidup pernah mendapat musibah kematian atas orang
yang dicintainya, yaitu Khodijah. Tetapi Nabi saw tidak pernah memperingati
kematian istrinya dalam bentuk apapun apalagi dengan ritual tahlilan. Semasa
Nabi hidup juga pernah ada banyak sahabatnya dan juga pamannya yang meninggal,
di antaranya Hamzah, sisinga padang
pasir yang meninggal dalam perang Uhud. Beliau juga tidak pernah memperingati
kematian pamannya dan para sahabatnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Demikian pula setelah Rasulullah saw wafat,
tahlilan atau peringatan hari kematian belum ada pada masa khulafaur Rasyidin.
Pada masa Abu Bakar tidak pernah memperingati kematian Rasulullah Muhammad saw.
Setelah Abu Bakar</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">wafat Umar bin Khaththab sebagai kholifah juga
tidak pernah memperingati kematian Rasululah Muhammad saw dan Abu Bakar ra.
Singkatnya semua Khulafaur Rasyidin tidak pernah memperingati kematian
Rasulullah saw.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalil aqli atas sejarah tersebut adalah, kalau
Rasulullah saw tidak pernah memperingati kematian, para sahabat semuanya tidak
pernah ada yang memperingati kematian, berarti peringatan kematian adalah bukan
termasuk ajaran Islam, sebab yang menjadi panutan umat Islam adalah Rasulullah
saw dan para sahabatnya, bukan?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, berkaitan dalam masalah tahlil,
Muhammadiyah menolaknya dengan dasar dari hadist Rasulullah saw, yang artinya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya
Rasulullah saw bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Apabila manusia telah
mati, maka putuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat baginya, dan anak saleh yang mendoakannya.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">[HR.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Muslim]</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Berkaitan dengan hadis tersebut, yang juga
digunakan oleh Ulama atau kalangan yang membolehkan tahlilan, Muhammadiyah
memandang bahwa hadist itu berbicara tentang mendoakan, bukan mengirim pahala
doa dan bacaan ayat-ayat Al Qur'an. Mendoakan orang tua yang sudah meninggal
yang beragama Islam memang dituntunkan oleh Islam, tetapi mengirim pahala doa
dan bacaan, menurut kepercayaan Muhammadiyah, tidak ada tuntunannya sama
sekali.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Argumentasi kedua</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">: selain dasar sebagaimana sudah disebutkan, Muhammadiyah juga
mendasarkan argumentasinya pada al-Qur‘an surat
an-Najm ayat 39, ath-Thur 21, al-Baqarah 286, al-An‘am 164, yang mana dalam
ayat-ayat tersebut diterangkan bahwa manusia hanya akan mendapatkan apa yang
telah dikerjakannya sendiri. Berikut adalah petikan ayat-ayatnya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">diusahakannya </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. an-Najm: 39)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan orang-oranng yang
beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dalam keimanan, kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">[QS. ath-Thur (52): 21]</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. al-Baqarah: 286)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Katakanlah:
"Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tuhan bagi segala
sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang
lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya
kepadamu apa yang kamu perselisihkan." </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">[QS. al-An‘am
(6):</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">164]</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut, kalangan yang
menolak tahlilan mengutip pendapat madzhab Syafii yang dikutip Imam Nawawi
dalam Syarah Muslimnya, di sana
dikatakan bahwa bacaan qur'an (yang pahalanya dikirimkan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">kepada mayit) tidak dapat sampai, sebagaimana
disebutkan dalam dalam al-Qur‘an surat
an-Najm ayat 39 di atas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, juga dikuatkan dengan pendapat Imam Al
Haitami dalam Al Fatawa Al Kubra Al Fiqhiyah yang mengatakan: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Mayit tidak boleh dibacakan apapun,</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">berdasarkan keterangan
yang mutlak dari ulama mutaqaddimin, bahwa bacaan (yang</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">pahalanya dikirimkan
kepada mayit) tidak dapat sampai kepadanya." Sedang dalam Al Um</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Imam Syafi'i menjelaskan
bahwa Rasulullah saw memberitakan sebagaimana diberitakan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Allah, bahwa dosa
seseorang akan menimpa dirinya sendiri, seperti halnya amalnya adalah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">untuk dirinya sendiri,
bukan untuk orang lain dan tidak dapat dikirimkan kepada orang lain.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(Al Umm juz 7, hal
269).</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dasar selanjutnya adalah, perbuatan Nabi yang tidak
menyukai ma'tam, yaitu berkumpul (di rumah keluarga mayit), meskipun di situ
tidak ada tangisan, karena hal itu malah akan menimbulkan kesedihan baru (Al
Umm, juz I, hal 248).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga perkataan Imam Nawawi yang mengatakan bahwa
penyediaan hidangan makanan oleh keluarga si mayit dan berkumpulnya orang
banyak di situ tidak ada nashnya sama sekali (Al Majmu' Syarah Muhadzab, juz 5
hal 286).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana sudah menjadi keputusan Tarjih
Muhammadiyah dalam masalah ini, bahwa ketika ada yang meninggal yang seharusnya
membuat makanan adalah tetangga atau kerabat dekat untuk keluarga si mayit.
Dasarnya adalah hadis dari Abdullah bin Ja'far, ia berkata, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Setelah datang berita kematian Ja'far, Rasulullah
bersabda: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"Buatlah makanan untuk keluarga
Ja'far, karena telah datang kepada mereka sesuatu yang menyusahkan mereka”.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(H.R Tirmidzi dengan sanad hasan).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Demikianlah pendapat Muhammadiyah dalam masalah
tahlil. Penolakannya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">terhadap tradisi tahlilan talah terang memiliki
dasar. Lalu, bagaimana pendapat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">NU? Dalil-dalil apa yang digunakan oleh Ulama NU
sehingga sampai sekarang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">masih mempertahankan tahlilan? Mari kita kaji
bersama-sama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Nahdhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Di atas, kita telah tahu pengertian tahlil secara bahasa
maupun istilah. Bahwa tahlil, secara bahasa berarti pengucapan kalimat </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">la ilaha illallah. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sedang tahlil secara istilah, sebagaimana
ditulis KH M. Irfan Ms, salah seorang tokoh NU, ialah mengesakan Allah dan
tidak ada pengabdian yang tulus kecuali hanya kepada Allah, tidak hanya mengkui
Allah sebagai Tuhan tetapi juga untuk mengabdi, sebagimana dalam pentafsiran
kalimah thayyibah. Pada perkembangannya, tahlil diitilahkan sebagai rangkaian
kegiatan doa yang diselenggarakan dalam rangka mendoakan keluarga yang sudah
meninggal dunia. Sebenarnya tahlil bisa dilakukan sendiri-sendiri, namun
kebiasaannya tahlil dilakukan dengan cara berjamaah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam buku Antologi NU diterangkan, sebelum doa
dilakukan, dibacakan terlebih dahulu kalimah-kalimah syahadad, hamdalah,
takbir, shalawat, tasbih,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">beberapa ayat suci al-Qur‘an dan tidak ketinggalan
hailallah (membaca laa ilaaha illahllaah) secara bersama-sama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Biasanya acara tahlil dilaksanakan sejak malam
pertama orang meninggal sampai tujuh harinya. Lalu dilanjutkan lagi apda hari
ke -40, hari ke-100, dan hari ke-1000. Selanjtunya dilakukan setiap tahun
dengan nama khol atau haul, yang waktunya tepat pada hari kematiannya. Setelah
pembacaan doa biasanya tuan rumah menghidangkan makanan dan minuman kepada para
jamaah. Kadang masih ditambah dengan berkat (buah tangan berbentuk makanan
matang). Pada perkembangannya di beberapa daerah ada yang mengganti </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">berkat, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bukan lagi dengan makanan
matang, tetapi dengan bahan-bahan makanan, seperti mie, beras, gula, the,
telur, dan lain-lain. Semua itu diberikan sebagai sedekah, yang pahalanya
dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal dunia tersebut. Sekaligus sebagai
manifestasi rasa dinta yang mendalam baginya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam menjelaskan masalah tahlil, H.M.Cholil Nafis,
tokoh pembesar NU, menjelaskan pula sejarah tahlil, sebelum memberikan
dasar-dasar dibolehkannya tahlil. Menurutnya, berkumpulnya orang-orang untuk
tahlilan pada mulanya ditradisikan oleh Wali Songo (sembilan pejuang Islam di
tanah Jawa). Seperti yang telah kita ketahui, di antara yang paling berjasa
menyebarkan ajaran Islam di Indonesia
adalah Wali Songo. Keberhasilan dakwah Wali Songo ini tidak lepas dari cara
dakwahnya yang mengedepankan metode kultural atau budaya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Wali Songo tidak secara frontal menentang tradisi
Hindu yang telah mengakar kuat di masyarakat, namun membiarkan tradisi itu
berjalan, hanya saja isinya diganti dengan nilai Islam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam tradisi lama, bila ada orang meninggal, maka
sanak famili dan tetangga berkumpul di rumah duka. Mereka bukannya mendoakan
mayit tetapi begadang dengan bermain judi atau mabuk-mabukan. Wali Songo tidak
serta merta membubarkan tradisi tersebut, tetapi masyarakat dibiarkan tetap
berkumpul namun acaranya diganti dengan mendoakan pada mayit. Jadi istilah
tahlil seperti pengertian di atas tidak dikenal sebelum Wali Songo.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Warga NU sampai sekarang tetap mempertahankan
tahlil, salah satu tradisi yang dimunculkan pertama kali oleh Walisanga. KH
Sahal Mahfud, ulama NU dari Jawa Tengah, berpendapat bahwa acara tahlilan yang
sudah mentradisi hendaknya terus dilestarikan sebagai salah satu budaya yang
bernilai islami dalam rangka melaksanakan ibadah sosial sekaligus meningkatkan
dzikir kepada Allah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kalau kita tinjau apa yang disampaikan KH Sahal
Mahfud, terdapat dua hikmah dilakukannya tahlil, yaitu, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">pertama, hamblumminannas</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, dalam rangka melaksanakan
ibadah sosial</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">; </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kedua, hablumminallah,
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dengan meningkatkan dzikir kepada Allah. Mari kita lihat
perspektif Ulama NU tentang dua hikmah tahlil tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Pertama, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bahwa dalam tahlil terdapat aspek ibadah sosial, khususnya tahlil yang
dilakukan secara berjamaah. Dalam tahlil, sesama muslil akan berkumpul sehingga
tercipta hubungan silaturrahmi di antara mereka. Selain itu, dibagikannya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">berkat, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sedekah berupa makanan atau bahan makanan, juga merupakan bagian
dari ibadah sosial.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam sebuah hadis dijelaskan, yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Amr bin Abasah,
ia berkata, saya mendatangi Rasulullah SAW kemudian saya bertanya, “Wahai
Rasul, apakah Islam itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Bertutur kata yang baik dan
menyuguhkan makanan.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> (HR Ahmad)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Menurut NU, sebagaimana disampaiakan H.M.Cholil
Nafis, memberi jamuan yang biasa diadakan ketika ada orang meninggal, hukumnya
boleh (mubah), dan menurut mayoritas ulama bahwa memberi jamuan itu termasuk
ibadah yang terpuji dan dianjurkan. Sebab, jika dilihat dari segi jamuannya
termasuk sedekah yang dianjurkan oleh Islam yang pahalanya dihadiahkan pada
orang telah meninggal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dan lebih dari itu, ada tujuan lain yang ada di
balik jamuan tersebut, yaitu </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ikramud dla`if </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(menghormati tamu), bersabar menghadapi musibah dan tidak
menampakkan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">rasa susah dan gelisah kepada orang lain.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam hadits shahih yang lain disebutkan, yang
artinya:</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Ibnu Abbas,
sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya, "Wahai Rasulullah SAW,</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Sesungguhnya ibuku
telah meninggal dunia, apakah ada manfaatnya jika akan bersedekah untuknya?"
Rasulullah menjawab, "Ya”. Laki-laki itu berkata, “Aku memiliki sebidang kebun,
maka aku mempersaksikan kepadamu bahwa aku akan menyedekahkan kebun tersebut atas
nama ibuku.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR Tirimidzi)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pembolehan sedekah untuk mayit juga dikuatkan
dengan pendapat Ibnu Qayyim al-Jawziyah yang dengan tegas mengatakan bahwa
sebaik-baik amal yang dihadiahkan kepada mayit adalah memerdekakan budak,
sedekah, istigfar, doa dan haji. Adapun pahala membaca Al-Qur'an secara
sukarela dan pahalanya diberikan kepada mayit, juga akan sampai kepada mayit
tersebut. Sebagaimana pahala puasa dan haji.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Namun demikian, karena memberikan jamuan untuk tamu
berupa </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">berkat </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">adalah hukumnya
boleh, maka kemampuan ekonomi tetap harus tetap menjadi</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pertimbangan utama. Tradisi NU dalam memberi jamuan
makan untuk tamu</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidaklah sesuatu yang wajib. Orang yang tidak mampu secara
ekonomi, semestinya</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak memaksakan diri untuk memberikan jamuan dalam acara
tahlilan, apalagi</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sampai berhutang ke sana
ke mari atau sampai mengambil harta anak yatim dan</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">ahli waris yang lain, demikian dikatakan KH. Cholil
Nafis.</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Semua jamuan dan doa dalam tahlilan pahalanya
dihadiahkan kepada mayit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Warga NU percaya bahwa bersedekah untuk mayit,
pahalanya akan sampai kepada mayit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam buku Risalah Amaliyah Nahdhiyin disebutkan
dikutip sebuah hadis di mana Rasulullah pahala sedekah untuk mayit akan sampai.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Aisyah ra.bahwa
seorang laki-laki berkata kepada rasulullah SAW.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Sesungguhnya ibuku
telah meninggal, dan aku melihatnya seolah-olah dia berkata, bersedekahlah.
Apakah baginya pahala jika aku bersedekah untuknya?”. Rasulullah SAW. Bersabda,”ya”.
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Muttafaqu alaih)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Perintah Rasulullah yang senada itu juga dapat
ditemukan dalam haditshadits</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang lain. Bahkan beliau menyebut amalan sedekah
sebagai amalan yang tidak akan pernah putus meskipun oranng yang bersedekah itu
telah meninggal dunia. Pahala sedekah tidak saja dapat mengalir ketika yang
bersangkutan masih hidup, tetapi juga ketika jasad sudah ditiggalkan oleh
rohnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari Abi Hurairah ra.bahwa rasulullah SAW.bersabda:
</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">'Tatkala manusia</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">meninggal maka
putuslah semua amalnya, kecuali tiga perkara. Yaitu amal Jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakannya.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Muslim).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalil lain adalah hadits yang dikemukakan oleh Dr.
Ahmad as-Syarbashi, guru besar pada Universitas al-Azhar, dalam kitabnya, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Yas`aluunaka fid Diini wal</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hayaah, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sebagaimana dikutip KH. Chilil Nafis, yang artinya sebagai
berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">―Sungguh para ahli fiqh telah berargumentasi atas
kiriman pahala ibadah itu dapat sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia,
dengan hadist bahwa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">sesungguhnya ada salah seorang sahabat bertanya
kepada Rasulullah saw, seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami
bersedekah untuk keluarga kami yang sudah mati, kami melakukan haji untuk
mereka dan kami berdoa bagi mereka;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">apakah hal tersebut pahalanya dapat sampai kepada
mereka? Rasulullah saw bersabda: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ya! Sungguh pahala
dari ibadah itu benar-benar akan sampai kepada mereka dan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sesungguhnya mereka
itu benar-benar bergembira dengan kiriman pahala tersebut,</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sebagaimana salah
seorang dari kamu sekalian bergembira dengan hadiah apabila hadiah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tersebut dikirimkan
kepadanya!"</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jadi, menurut NU, doa dan sedekah yang pahalanya
diberikan kepada mayit akan diterima oleh Allah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Argumentasi selanjutnya adalah, bahwa tahlil
merupakan sarana hablumminallah, sebab doa-doa atau bacaan-bacaan dalam tahlil
merupakan bacaan-bacaan dzikrullah yang mana apa yang dibaca tersebut sesuati
dengan sunnah Nabi Muhamamd saw.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bahwa ummat Islam diperintahkan, tidak hanya berdoa
untuk orang yang masih hidup, tetapi juga untuk orang yang sudah meninggal. Allah
swt berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Orang-orang yang
datang sesudah mereka(Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu
daripada kami.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(QS. Al-Hasyr: 10)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam ayat lain, Allah berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Maka Ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(QS. Muhammad: 19)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH M. Irfan Ms pernah mengatakan bahwa tahlil
dengan serangkaian bacaannya yang lebih akrab disebut dengan tahlilan tidak
hanya berfungsi hanya untuk mendoakan sanak kerabat yang telah meninggal, akan
tetapi lebih dari pada itu tahlil dengan serentetan bacaannya mulai dari surat Al-ikhlas, Shalawat,
Istighfar, kalimat thayyibah dan seterusnya memiliki makna dan filosofi
kehidupan manusia baik yang bertalian dengan i‘tiqad Ahlus Sunnah wal jamaah,
maupun gambaran prilaku manusia jika ingin memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari susunan bacaannya tahlilan terdiri dari dua
unsur, yaitu syarat dan rukun. Bacaan-bacaan yang termasuk syarat tahlil
adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1. Surat
al-Ikhlas</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2. Surat
al-Falaq</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3. Surat
an-Nas</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">4. Surat
al-Baqarah ayat 1 sampai ayat </span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">5</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">5. Surat
al-Baqarah ayat </span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">163</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">6. Surat
al-Baqarah ayat </span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">255</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">7. Surat
al-Baqarah ayat dari ayat 284 sampai ayat </span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">286</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">8. Surat
al-Ahzab ayat </span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">33</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">9. Surat
al-Ahzab ayat 56</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">10. Dan sela-sela bacaan antara Shalawat,
Istighfar, Tahlil da Tasbih</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adapun bacaan yang dimaksud dengan rukun tahlil ialah
bacaan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">1. Surat
al-Baqarah ayat 286 </span><span style="color: black;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">2. Surat
al-Hud ayat </span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">73</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">3. Shalawat Nabi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">4. Istighfar</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">5. Kalimat Thayyibah </span><span style="color: black;"> “ALLAH”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">6. Tasbih</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ayat-ayat serta bacaan-bacaan dzikir di atas
memiliki keutamaannya masingmasing sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis
Nabi saw. Seperti, misalnya sebuah hadis yang mengatakan bahwa ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">orang yang menyebut</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“la ilaha illa Allah”
akan dikeluarkan dari neraka</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">." Dalam rangkaian tahlil
biasanya juga membaca surat
Yasin secara berjamaah. Perbuatan ini sesuai dengan apa yang diperintahkan Nabi
SAW dalam beberapa haditsnya yang secara terang-terangan memerintahkan supaya
umat islam membacakan ayat-ayat al-Qur‘an untuk orang yang telah meninggal
dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari Mu‘aqqol ibn Yassar r.a: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">"barang siapa membaca surat
Yasin karena mengharap ridlo Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,
maka bacakanlah surat
yasin bagi orang yang mati diantara kamu.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(H.R.
Al-Baihaqi, dalam Jami‘us Shogir: bab</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Syu‘abul Iman)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Masih banyak hadis-hadis berkaitan dengan keutamaan
surat-surat al-Qur‘an</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">serta bacaan-bacaan dzikir dalam serangkaian bacaan
tahlil yang akan terlalu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">panjang jika semuanya ditulis di sini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Kemudian, tentang dzikir yang dilakukan secara
berjamaah, termasuk dalam acara tahlilan, juga masuk perkara ikhtilaf antara NU
dan Muhammadiyah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Permasalah ini akan kita bahas pada bab tersendiri.
Yang perlu dibahas lebih dalam disini, yang juga menjadi kontroversi Ulama,
adalah membaca surat
al-Fatiah untuk dihadiahkan kepada mayit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam pembacaan tahlil, setelah jamaah bersama-sama
melantunkan shahadat, sebelum dilanjutkan dengan bacaan-bacaan dan doa-doa yang
lain,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">biasanya pemimpin tahlil akan menghadiahi fatihah
yang ditujuakan kepada, Nabi Muhammad saw berserta keluarga, para sahabat,
kepada orang-orang sholih, dan kepada orang yang meninggal. NU berpendapat
bahwa membaca surat
al-Fatihah yang dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal hukumnya adalah
boleh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH A Nuril Huda, mengutip pendapat Ibnu 'Aqil,
salah seorang tokoh besar</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">madzhab Hanbali yang mengatakan: "Disunnahkan
menghadiahkan bacaan Al-</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Qur'an kepada Nabi SAW.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ibnu 'Abidin telah bertaka sebagaimana tersebut
dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Raddul Muhtar 'Alad-</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Durral Mukhtar</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">"Ketika para ulama kita mengatakan boleh bagi
seseorang untuk menghadiahkan pahala amalnya untuk orang lain, maka termasuk di
dalamnya hadiah kepada Rasulullah SAW. Karena beliau lebih berhak mendapatkan
dari pada yang lain. Beliaulah yang telah menyelamatkan kita dari kesesatan.
Berarti hadiah tersebut termasuk salah satu bentuk terima kasih kita kepadanya
dan membalas budi baiknya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bukankah seorang yang kamil (tinggi derajatnya)
memungkinkan untuk bertambah ketinggian derajat dan kesempurnaannya. Dalil
sebagian orang yang melarang bahwa perbuatan ini adalah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">tahshilul hashil </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(percuma)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">karena semua amal umatnya otomatis masuk dalam
tambahan amal Rasulullah, jawabannya adalah bahwa ini bukanlah masalah.
Bukankah Allah </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Subhanahu wa Ta</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ala </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">memberitakan dalam Al-Qur'an bahwa Ia bershalawat terhadap
Nabi SAW kemudian Allah memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi dengan
mengatakan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Ya Allah berikanlah
rahmat kemuliaan buat Muhammd. Wallahu A</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">lam.” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(lihat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Raddul Muhtar 'Alad-Durral
Mukhtar</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, jilid II, hlm. 244)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bolehnya menghadiakan al-Fatikhah juga diperkuat
dengan pendapat Ibnu Hajar al Haytami dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Al-Fatawa
al-Fiqhiyyah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. Juga, Al-Muhaddits Syekh Abdullah al-Ghumari
dalam kitabnya </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ar-Raddul Muhkam
al-Matin</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, yang mengatakan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">"Menurut saya boleh saja seseorang
menghadiahkan bacaan Al-Qu'an atau yang lain kepada baginda Nabi SAW, meskipun
beliau selalu mendapatkan pahala semua kebaikan yang dilakukan oleh umatnya,
karena memang tidak ada yang melarang hal tersebut. Bahwa para sahabat tidak
melakukannya, hal ini tidak menunjukkan bahwa itu dilarang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jika hadiah bacaan Al-Qur'an termasuk al-Fatihah
diperbolehkan untuk Nabi, maka, menurut Ulama NU, menghadiahkan al-Fatihah
untuk para wali dan orangorang saleh yang jelas-jelas membutuhkan tambahnya
ketinggian derajat dan kemuliaan juga dihukumi boleh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain hadiah al-Fatihal, hal yang juga menjadi
tradisi NU, dan tidak terdapat di Muhammadiyah adalah tradisi Haul. Masalah
haul, barangkali tepat untuk sekalian kita angkat di sini, sebab dalam acara
haul yang ditradisikan oleh NU</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dipastikan ada pembacaan tahlil. Haul adalah
peringatan kematian yang dialukan setahun sekali, biasanya diadakan untuk
memperingati kematian para keluarga yang telah meninggal dunia atau para tokoh.
Tradisi haul diadakan berdasarkan hadits Rasulullah SAW. Diriwayatkan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rasulullah berziarah
ke makam Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dalam perang Uhud dan makam
keluarga Baqi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">. Beliau mengucap
salam dan mendoakan mereka atas amalamal yang telah mereka kerjakan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. (HR. Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Al-Wakidi
disebutkan bahwa:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rasulullah SAW
mengunjungi makam para pahlawan perang Uhud setiap tahun.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Jika telah sampai di
Syi</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ib (tempat makam
mereka), Rasulullah agak keras berucap: Assalâmu</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">alaikum bimâ shabartum fani</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ma uqbâ ad-dâr. (Semoga kalian selalu mendapat kesejahteraan ats
kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh akhirat adalah tempat yang paling
nikmat). Abu Bakar, Umar dan Utsman juga malakukan hal yang serupa. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Dalam Najh al-Balâghah).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Para</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> ulama menyatakan, peringatan haul tidak dilarang oleh agama,
bahkan dianjurkan. Ibnu Hajar dalam Fatâwa al-Kubrâ Juz II, sebagaimana dikutip
A. Khoirul Anam dalam artikelnya, menjelaskan, para Sahabat dan Ulama tidak ada</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang melarang peringatan haul sepanjang tidak ada
yang meratapi mayyit atau ahli kubur sambil menangis. Peringatan haul yang
diadakan secara bersama-sama menjadi penting bagi umat Islam untuk bersilaturrahim
satu sama-lain; berdoa sembari memantapkan diri untuk menyontoh segala teladan
dari para pendahulu;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">juga menjadi forum penting untuk menyampaikan
nasihat-nasihat keagamaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Demikianlah pendapat NU mengenai tahlil, yang
intinya tahlil tidak bertentangan dengan syariat. Karena dengan seseorang
mengikuti tahlilan, baik sendiri-sendiri, berjamaah, dalam acara haul atau
tidak, maka mereka menjadi berdzikir dengan mengalunkan kalimah syahadah, juga
membaca ayat suci al- Qur‘an serta bacaan
dzikir yang lain, yang semua itu tidak lain sebagai cara istighatsah kepada
Allah agar doanya diterima untuk mayit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">I. Hukum (Me)Rokok</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pada abad ke XI Hijriah atau 15 masehi rokok baru
mulai dikenal dalam dunia Islam, tepatnya pada masa dinasti Ustmaniyah yang
berpusat di Turki.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Setelah diketahui adanya sebagian orang Islam yang
mulai terpengaruh dan mengikuti kebiasaan merokok, maka dipandang perlu oleh
para Ulama pada masa itu pun seketika berijtihad, berusaha menetapkan hukum
tentang merokok, yang kemudian keluarlah fatwa bahwa hukum merokok adalah
makruh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hingga lima
abad setelah itu, merokok masih menjadi bahan perdebatan di kalangan Ulama.
Kontroversi seputar penetapan hukum merokok tak bisa dihindarkan, termasuk
dikalangan Ulama NU dan Muhamamdiyah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Pada tahun 2005 Muhammadiyah lewat Majelis Tarjih
dan Tajdid-nya telah menerbitkan fatwa hukum merokok, yang intinya adalah
merokok hukumnya mubah. Namun, fatwa tersebut kemudian direvisi atau dianggap
tidak berlaku lagi semenjak dikeluarkannya fatwa hasil dari Kesepakatan dalam
Halaqah Tarjih tentang Fikih Pengendalian Tembakau yang diselenggarakan Maret
2010 M yang isinya mengatakan bahwa merokok adalah haram.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara NU melalui Bahstul Masail-nya menyatakan
bahwa hukum merokok itu relatif, bisa mubah, makruh, dan bisa haram, tergantung
tergantung dengan apa yang diakibatkannya mengingat hukum itu berporos pada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">'illah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang mendasarinya. Lebih
jelasnya mengenai fatwa hukum merokok dari NU dan Muhammadiyah, marilah kita
jabarkan satu persatu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">1. Muhammadiyah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hukum Islam (fiqh), sebagaimanya kita ketahui
bersama, dapat berubah tergantung dengan situasi dan kondisi di mana hukum itu
diterapkan. Demikian halnya dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah
tentang hukum merokok. Bahwa pada tahun 2005 Majelis Tarjih dan Tajdid
memfatwakan mubah dikarenakan belum cukupnya data-data dan informasi yang
diterima oleh para perumus fatwa. Dan setelah dilakukan kembali beberapa kajian
dengan mengundang para ahli kesehatan, demografi dan sosiolog maka Majlis Tarjih
dan Tajdid merubah fatwa bahwa merokok mubah menjadi haram. Dengan dikeluarkan
fatwa baru ini, maka fatwa sebelumnya tentang merokok adalah mubah dinyatakan
tidak berlaku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam amar fatwa haram rokok yang dikeluarkan
Muhammadiyah disebutkan bahwa: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Wajib hukumnya
mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan
lingkungan yang kondusif</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bagi terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang merupakan hak
setiap orang dan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">merupakan bagian dari
tujuan syariah (maqâshid asy-syarî</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ah).</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Adapun dalil atau dasar diharamkannya rokok,
adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Pertama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, bahwa merokok termasuk kategori perbuatan melakukan </span><i><span style="font-family: "Book Antiqua\,Italic";">khabâ</span></i><i><span style="font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="font-family: "Book Antiqua\,Italic";">its</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">yang dilarang dalam Islam, sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur‘an:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(yaitu) orang-orang
yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di
dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggubelenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(al-A‘raf: 157)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kedua</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, Agama Islam (syariah) melarang menjatuhkan diri ke dalam
kebinasaan </span><span style="font-family: "Book Antiqua";">dan perbuatan bunuh diri. <span style="color: black;">Pendekatan
yang digunakan oleh Majlis tarjih dan tajdid Muhammadiyah</span> <span style="color: black;">dalam menetapkan hukum merokok adalah dengan melihat akibat
yang nampak</span> <span style="color: black;">ditimbulkan oleh kebiasaan
tersebut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam tanya jawab, berkaitan dengan fatwa haram
merokok dari Muhammadiyah, sebagaimana dimuat dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Muhammadiyah Online</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, bahwa rokok ditengarai
sebagai produk berbahaya dan adiktif serta mengandung 4000 zat kimia, di antara
zat kimia tersebut berdasarkan penelitian terbaru, menyebutkan bahwa terdapat
200-an racun yang berbahaya yang dalam sebatang rokok. Sementara itu Badan
Kesehatan Dunia WHO menyebutkan bahwa di Amerika, sekitar 346 ribu orang
meninggal tiap tahun dikarenakan rokok. Dan tidak kurang dari 90% dari 660 orang
yang terkena penyakit kanker di salah satu rumah sakit Sanghai Cina adalah disebabkan
rokok.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa 20
batang rokok per-hari akan menyebabkan berkurangnya 15% hemoglobin, yakni zat
asasi pembentuk</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">darah merah. Racun utama pada rokok adalah tar,
nikotin dan karbon monoksida.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat
lengket dan menempel pada paruparu. Nikotin adalah zat adiktif yang
mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen dan mampu
memicu kanker paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida adalah zat yang
mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap
rokok mengalami resiko14 kali lebih bersar terkena kanker paru-paru, mulut, dan
tenggorokan dari pada mereka yang tidak menghisapnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Penghisap rokok, berdasarkan penelitian, juga punya
kemungkinan 4 kali lebih besar untuk terkena kanker esophagus dari mereka yang
tidak menghisapnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Penghisap rokok juga beresiko 2 kali lebih besar
terkena serangan jantung dari pada mereka yang tidak menghisapnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi
penderita </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">pneumonia </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dan gagal jantung serta tekanan darah tinggi. Menggunakan rokok
dengan kadar nikotin</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">rendah tidak akan membantu, karena untuk mengikuti
kebutuhan akan zat adiktif itu, perokok cenderung menyedot asap rokok secara
lebih keras, lebih dalam, dan lebih lama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Apa yang penulis deretkan di atas dijadikan dasar
utama Muhammadiyah dalam menetapkan fatwa haramnya merokok, yang intinya adalah
karena ―merokok memiliki madharat yang sangat besar.</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> Karena madharatnya dianggap
sangat besar,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">maka merokok merupakan perbuatan yang mengandung
unsur menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan bahkan merupakan perbuatan bunuh
diri secara perlahan sehingga itu bertentangan dengan larangan Alquran:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada
manusia dalam Al kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh
semua (mahluk) yang dapat mela'nati. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Albaqarah: 159)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Artinya:</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Annisa: 29)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Merokok juga bertentangan dengan prinsip syariah
dalam hadis Nabi saw:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“tidak ada perbuatan
membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ketiga</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, merokok tergolong perbuatan mubazir, dan ini jelas dilarang
dalam Islam. selain merugikan kesehatan, merokok juga meningkatkan angka
kemiskinan, demikian menurut Muhammadiyah. Dari data yang diperoleh keluarga
termiskin justru mempunyai prevalensi merokok lebih tinggi daripada kelompok
pendapatan terkaya. Angka-angka SUSENAS 2006 mencatat bahwa pengeluaran
keluarga termiskin untuk membeli rokok mencapai 11,9%, sementara keluarga
terkaya pengeluaran rokoknya hanya 6,8%. Fakta ini memperlihatkan bahwa rokok
pada keluarga miskin perokok menggeser kebutuhan makanan bergizi esensial bagi pertumbuhan
balita.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dengan demikian berarti merokok melakukan perbuatan
mubazir (pemborosan) yang dilarang dalam al-Qur‘an:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan dan janganlah kamu menghamburhamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan
itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(QS. Al-Israa‘:
26-27)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Keempat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">, merokok tidak hanya berdampak buruk bagi diri si perokok, tetapi
juga bagi anggota keluarga, dan orang-orang disekitar si perokok. Dan Islam
telah melarang menimbulkan mudarat atau bahaya pada diri sendiri dan pada
orang, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tidak ada bahaya
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR. Ibn Majjah,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Ahmad, dan Malik).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kelima, </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Perbuatan merokok oleh Muhammadiyah juga dikategorikan sebagai</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">perbuatan yang melemahkan sehingga bertentangan
dengan hadis Nabi saw yang melarang setiap perkara yang memabukkan dan
melemahkan, sebagaimana hadis riwayat Ibn Majah, Ahmad, dan Malik yang artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dari Ummi Salamah
bahwa Rasulullah saw melarang setiap yang memabukkan dan setiap yang
melemahkan. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(HR Ahmad dan Abu Dawud)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Merokok bertentangan dengan unsur-unsur tujuan
syariah (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">maqâshid asysyarî</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ah</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">) yaitu (1) perlindungan agama (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hifzh
ad-dîn</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), (2) perlindungan jiwa/raga</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hifzh an-nafs</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), (2) perlindungan akal (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hifzh al-aql</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), (4) perlindungan keluarga (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hifzh
an-nasl</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">), dan (5) perlindungan harta (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">hifzh al-mâl</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">).</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Bahwa Agama Islam (syariah) mempunyai tujuan
(maqa‘id asy-syari‘ah)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia.
Perlindungan terhadap agama dilakukan dengan peningkatan ketakwaan melalui
pembinaan hubungan vertikal kepada Allah SWT dan hubungan horizontal kepada
sesama dan kepada alam lingkungan dengan mematuhi berbagai norma dan petunjuk
syariah tentang bagaimana berbuat baik terhadap Allah, manusia dan alam
lingkungan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Perlindungan terhadap jiwa/raga diwujudkan melalui
upaya mempertahankan suatu standar hidup yang sehat secara jasmani dan rohani
serta menghindarkan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">semua faktor yang dapat membahayakan dan merusak manusia
secara fisik dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">psikis, termasuk menghindari perbuatan yang
berakibat bunuh diri walaupun secara perlahan dan perbuatan menjatuhkan diri
kepada kebinasaan yang dilarang di dalam al- Quran. Perlindungan terhadap akal
dilakukan dengan upaya antara lain membangun manusia yang cerdas termasuk
mengupayakan pendidikan yang terbaik dan menghindari segala hal yang
bertentangan dengan upaya pencerdasan manusia. Perlindungan terhadap keluarga
diwujudkan antara lain melalui upaya penciptaan suasana hidup keluarga yang
sakinah dan penciptaan kehidupan yang sehat termasuk dan terutama bagi
anak-anak yang merupakan tunas bangsa dan umat. Perlindungan terhadap harta
diwujudkan antara lain melalui pemeliharaan dan pengembangan harta kekayaan
materiil yang penting dalam rangka menunjang kehidupan ekonomi yang sejahtera
dan oleh karena itu dilarang berbuat mubazir dan menghamburkan harta untuk
hal-hal yang tidak berguna dan bahkan merusak diri manusia sendiri. Namun
demikian, perlu juga disebutkan bahwa fatwa haram merokok dari Muhammadiyah
tersebut ditetapkan dengan mengingat prinsip </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at-tadriij</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(berangsur), </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">at-taisiir
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(kemudahan), dan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">„adam al-kharaj </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(tidak mempersulit). Artinya,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">mereka yang telah terlanjur menjadi perokok wajib
melakukan upaya dan berusaha sesuai dengan kemampuannya untuk berhenti dari
kebiasaan merokok dengan mengingat al-Qur‘an:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Dan orang-orang yang
bersungguh-sungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik,” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(QS. Al-Ankabut: 69),</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Juga berdasarkan firman Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Allah tidak akan
membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya; ia akan mendapat hasil
yang ia usahakan dan memikul akibat perbuatan yang ia lakukan. (</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">QS. Al-Baqarah: 286)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Selain itu, upaya yang dilakukan oleh para perokok
untuk berusaha menghentikan kebiasaan merokok fatwa tersebut juga
merkomendasikan kepada</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">pusat-pusat kesehatan di lingkungan Muhammadiyah
untuk mengupayakan adanya fasilitas dalam memberikan terapi guna membantu orang
yang berupaya</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">berhenti merokok.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara bagi mereka yang belum atau tidak merokok
wajib menghindarkan diri dan keluarganya dari percobaan merokok, sesuai dengan firman
Allah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api... </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. At-Tamrin: 6)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold";">2. Nahdhatul Ulama</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Hukum merokok menurut sebagian besar ulama NU
makruh. NU menyadari bahwa kebiasaan merokok baru dikenal di dunia Islam
semenjak awal abad XI</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">hijriyah dan sejak itu hukum rokok atau merokok
telah dibahas oleh para ulama di berbagai negeri, baik secara kolektif maupun
pribadi. Di sebabkan tidak ada dalil dari al-Qur‘an maupun hadis yang secara
khusus menjelaskan masalah hukum merokok, maka perbedaan mengenai hukum merokok
pun tidak dapat dihindarkan. Hukum merokok berkutat pada perbedaan haram, mubah
dan makruh. Membaca artikel yang ditulis KH Arwani Faishal di situs resmi NU
berjudul </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Bahstul Masail tentang Hukum Merokok </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak didapatkan keterangan yang secara tegas mengatakan bahwa
merokok hukumnya ini atau itu; mubah, haram, atau makruh. KH Arwani, wakil
ketua lembaga Bahstuhl Masail ini mencoba memandang dari bebagai perspektif
tentang fatwa-fatwa seputar hukum rokok, tidak secara tegas memilih pendapat
mana yang paling kuat. Ia menyatakan bahwa pengharaman rokok pasti akan
mendapat penolakan dari orang-orang yang tidak sepaham. Ia menulis: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Seandainya muncul fatwa, bahwa</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">korupsi itu hukumnya
haram berat karena termasuk tindak sariqah (pencurian), maka semua orang akan
sependapat termasuk koruptor itu sendiri. Akan tetapi persoalannya akan lain ketika
merokok itu dihukumi haram. Akan muncul pro dari pihak tertentu dan muncul pula
kontra serta penolakan dari pihak-pihak yang tidak sepaham. Dalam tinjauan fiqh
terdapat beberapa kemungkinan pendapat dengan berbagai argumen yang bertolak
belakang.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Memang terdapat nash al-Qur‘an dan sunnah yang
melarang manusia untuk berbuat kerusakan, kemudharatan dan kemafsadatan. Namun
begitu dalil tersebut memiliki sifat yang umum sehingga sangat niscaya Ulama menafsirkannya
berbedabeda. Dalam surat
al-Baqarah Allah berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan belanjakanlah
(harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri
ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik. </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Al-Baqarah: 195)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dalam hadis juga disebutkan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata; Rasulullah SAW.
bersabda: </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tidak boleh berbuat</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">kemudaratan (pada diri
sendiri), dan tidak boleh berbuat kemudaratan (pada diri orang lain)</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">. (HR. Ibnu Majah)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Para</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"> ulama fiqih, termasuk juga Ulama NU, memang telah sepakat bahwa segala
sesuatu yang membawa kepada kemadharatan adalah haram. Namun demikian, jika
muncul pertanyaan apakah merokok membawa kemadharatan? Apakah merokok tidak
memiliki manfaat? Akan selalu berbeda satu jawaban dengan yang lainnya. Lain
lagi jika seandainya semua sepakat, bahwa merokok</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak membawa mudarat atau membawa mudarat tetapi
relatif kecil, maka semua akan sepakat dengan hukum mubah atau makruh. Demikian
pula seandainya semuanya sepakat, bahwa merokok membawa mudarat besar, maka
akan sepakat pula dengan hukum haram. KH Arwani Faishal selanjutnya membagi
pendapat seputar rokok menjadi tiga macam, yakni:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Pertama</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">; hukum merokok adalah mubah atau boleh karena rokok dipandang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak membawa mudarat. Secara tegas dapat
dinyatakan, bahwa hakikat rokok</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">bukanlah benda yang memabukkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kedua </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">; hukum merokok adalah makruh karena rokok membawa mudarat relatif
kecil yang tidak signifikan untuk dijadikan dasar hukum haram.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ketiga</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">; hukum merokok adalah haram karena rokok secara mutlak dipandang membawa
banyak mudarat. Berdasarkan informasi mengenai hasil penelitian medis, bahwa
rokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dalam, seperti kanker, paru-paru,
jantung dan lainnya setelah sekian lama membiasakannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tiga pendapat di atas dapat berlaku secara general,
dalam arti mubah, makruh dan haram itu bagi siapa pun orangnya. Namun bisa jadi
tiga macam hukum tersebut berlaku secara personal, dengan pengertian setiap
person akan terkena hukum yang berbeda sesuai dengan apa yang diakibatkannya,
baik terkait kondisi personnya atau kwantitas yang dikonsumsinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Tiga macam hukum merokok tersebut, baik bersifat
general maupun personal terangkum dalam paparan panjang 'Abdur Rahman ibn
Muhammad ibn Husain ibn 'Umar Ba'alawiy di dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Bughyatul Mustarsyidin.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Tidak ada hadits
mengenai tembakau dan tidak ada atsar (ucapan dan tindakan) dari seorang pun di
antara para shahabat Nabi SAW. Jelasnya, jika terdapat unsur-unsur yang membawa
mudarat bagi seseorang pada akal atau badannya, maka hukumnya adalah haram
sebagaimana madu itu haram bagi orang yang sedang sakit demam, dan lumpur itu
haram bila membawa mudarat bagi seseorang. Namun kadangkala terdapat
unsur-unsur yang mubah tetapi berubah menjadi sunnah sebagaimana bila sesuatu
yang mubah itu dimaksudkan untuk pengobatan berdasarkan keterangan terpercaya
atau pengalaman dirinya bahwa sesuatu itu dapat menjadi obat untuk penyakit
yang diderita sebagaimana berobat dengan benda najis selain khamr.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Sekiranya terbebas
dari unsur-unsur haram dan mubah, maka hukumnya makruh karena bila terdapat
unsur-unsur yang bertolak belakang dengan unsur-unsur haram itu dapat difahami
makruh hukumnya.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Senada dengan sepotong paparan di atas, apa yang
telah diuraikan oleh Mahmud Syaltut di dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Al-Fatawa
</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(hal.383-384) sebagaimana dikutip KH Arwani Faishal, yang artinya
sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tentang tembakau…
sebagian ulama menghukumi halal karena memandang</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bahwasanya tembakau
tidaklah memabukkan, dan hakikatnya bukanlah benda yang memabukkan, disamping
itu juga tidak membawa mudarat bagi setiap orang yang mengkonsumsi…....Pada
dasarnya semisal tembakau adalah halal, tetapi bisa jadi haram bagi orang yang
memungkinkan terkena mudarat dan dampak negatifnya.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Sedangkan sebagian
ulama' lainnya menghukumi haram atau makruh karena memandang tembakau dapat
mengurangi kesehatan, nafsu makan, dan menyebabkan organ-organ penting terjadi
infeksi serta kurang stabil.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Demikian pula apa yang telah dijelaskan oleh Prof
Dr Wahbah Az-Zuhailiy di dalam </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Al-Fiqh al-Islamiy wa
Adillatuh </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(Cet. III, Jilid 6, hal. 166-167), sebagaimana</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">dikutip KH Arwani Faishal, yang artinya sebagai
berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Masalah kopi dan
rokok; penyusun kitab Al-'Ubab dari madzhab Asy-Syafi'i</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ditanya mengenai kopi,
lalu ia menjawab: (Kopi itu sarana) hukum, setiap sarana itu sesuai dengan
tujuannnya. Jika sarana itu dimaksudkan untuk ibadah maka menjadi ibadah, untuk
yang mubah maka menjadi mubah, untuk yang makruh maka menjadi makruh, atau
haram maka menjadi haram. Hal ini dikuatkan oleh sebagian ulama' dari madzhab
Hanbaliy terkait penetapan tingkatan hukum ini. Syaikh Mar'i ibn Yusuf dari
madzhab Hanbaliy, penyusun kitab Ghayah al-Muntaha mengatakan : Jawaban
tersebut mengarah pada rokok dan kopi itu hukumnya mubah, tetapi bagi orang yang
santun lebih utama meninggalkan keduanya.”</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sebagaimana sudah kita ketahui, banyak di antara
Ulama atau Kiai NU yang merupakan perokok. Dan sebagian besar dari Ulama NU
mengatakan bahwa merokok hukumnya adalah makruh. Perbedaan pendapat NU dan Muhammadiyah
dalam masalah hukum merokok ini dikarenakan penetapan </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">„illah </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau alasan hukum yang
berbeda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jika Muhammadiyah berpendapat bahwa kebiasaan
merokok sangat membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang disekitarnya,
karena racun yang dikandung dalam sebatang rokok sangat banyak dan berbahaya.
Maka, yang dipersoalkan oleh Ulama NU adalah, bahwa informasi (bukan bukti)
mengenai hasil penelitian medis tentang rokok adalah sangat detail sehingga
sekecil apa pun kemadharatan dalam hisapan tembakau menjadi terkesan lebih
besar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">KH Arwani Faishal mengatakan, apabila karakter
penelitian medis semacam itu kurang dicermati, kemudaratan merokok akan
cenderung dipahami jauh lebih</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">besar dari apa yang sebenarnya. Selanjutnya,
kemudaratan yang sebenarnya kecil dan terkesan jauh lebih besar itu (hanya
dalam bayangan) dijadikan dasar untuk menetapkan hukum haram. Padahal,
kemudaratan yang relatif kecil itu seharusnya dijadikan dasar untuk menetapkan
hukum makruh. Demikian halnya dalam menetapkan hukum merokok. NU menganggap rokok
memiliki kemudharatan yang kecil yang belum cukup untuk dijadikan dasar hukum
pengharaman.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Jika merokok haram, lalu bagaimana dengan
makanan-makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya, apakah juga haram? Kita
tahu, banyak makanan dan minuman yang dinyatakan halal, ternyata secara medis
dipandang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">tidak steril untuk dikonsumsi. Mungkinkah setiap
makanan dan minuman yang dinyatakan tidak steril itu kemudian dihukumi haram,
ataukah harus dicermati</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">seberapa besar kemudaratannya, kemudian ditentukan
mubah, makruh ataukah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">haram hukumnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">"Sepertinya tidak dan belum akan ada
perubahan, hukumnya (rokok) tetap makruh," ujar Ketua PB NU Masdar Farid
Mas'udi, menjelang Muktamar NU ke-32 di Makasar 22-27 Maret 2010. Sementara
itu, sebagaimana dilansir NU Online, KH Saefuddin Amsir, ketua pimpinan sidang
Komisi Diniyyah Waqiyyah menyatakan tidak perlunya peninjauan kembali terhadap
hukum merokok karena tidak ada </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic";">illat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">(alasan) baru yang menyebabkan perrubahan hukum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Mengutip kaidah fiqh, ia menyatakan bahwa hukum itu
berubah sesuai dengan perubahan alasan. Demikian juga berlaku pada hukum
merokok.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">Sementara itu menurut sekretaris komisi Bahtsul
Masail Diniyah Waqiiyah H M. Cholil Nafis merokok tetap dihukumkan makruh,
karena hal ini tidak berakibat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua";">atau membahayakan secara langsung, juga tidak
memabukkan apalagi mematikan. Tidak ditinjau ulangnya hukum makruh merokok yang
ditetapkan NU bukan berarti NU menganggap remeh persoalan tentang bahaya rokok.
Tapi, lebih karena selain masyayikh NU sudah memfatwakan seperti itu, juga ada
faktor sosial lain yang melatarbelakangi, demikian Masdar Mas‘udi menjelaskan.
Dan NU tentu saja sepakat dengan menggalakkan kampanye tentang bahaya merokok
di Indonesia.</span></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-68747516372333697002012-11-13T19:28:00.002-08:002012-11-13T19:28:09.535-08:00BAB V. Menyikapi Perbedaan<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Bold";"> </span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s1600/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilmHc0A4YpKa11FfP2v_MdXVzGKnlX3G5IIDDK1MgPbBnbtIGZ6eH5Fl6fauJOCKlImop2iL2WYG1iV156_gVfy8CsBWrdZRozZmXQZWi98BBxp189Hp2Y27fnSpQ1nrl_VxFUzW2tqKnu/s320/NU+dan+MUHAMMADIYAH+SDP.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Bold";"></span></b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Mengawali pembahasan pada bab
ini sebaiknya kita mengingat kembali kisah dimana Rasulullah SAW mengutus Mu‘adz bin Jabal
sebagai gubernur Yaman. Waktu itu Rasulullah bertanya kepada Muadz, </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">“Bagaimana kamu akan memutuskan perkara</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yang dibawa ke
hadapanmu?</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> Muadz menjawab: ―Saya putuskan berdasarkan Kitabullah.
Rasulullah bertanya lagi: ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Apabila kamu tidak
mendapatkannya dalam</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Kitabullah?</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> Muadz menjawab:</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU; mso-bidi-font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Saya putuskan berdasarkan
sunnah Rasul. Rasulullah bertanya lagi: ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Apabila
kamu tidak mendapatkannya dalam Kitabullah maupun</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Sunnah Rasul-Nya?</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> Muadz menjawab: ―Maka saya akan berijtihad (</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">ra</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic"; mso-bidi-font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">yi</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">) dan saya tidak akan ragu sedikit pun. Rasulullah kemudian
meletakkan tangannya ke dada Muadz dan bersabda: ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Rasulullah, sesuatu
yang menyenangkan hati Rasulul-Nya.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> (HR Imam Tirmidzi dan Abu
Dawud)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ijtihad adalah bersungguh-sungguh dalam menggali
hukum agama setelah memperhatikan sekalian ayat Al-Qur‘an dan Hadits Nabi SAW.
Ijtihad yang dilakukan tidak hanya oleh seroang ulama saja, secara otomatis
menghasilkan produk hukum yang berbeda-beda. dan penting ditegaskan bahwa hasil
pengistimbatan hukum islam tak hanya dalam perkara-perkara yang tidak diketemukan
dalam al-Qur‘an dan sunnah Rasulullah Saw, tetapi lebih luas lagi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Sebab kita tahu, masing-masing ulama terkadang
berbeda dalam menggunakan dan memahami istilah-istilah atau kata-kata dalam dua
sumber hukum yang pokok tersebut, belum lagi pandangan yang berbeda tentang
riwayat suatu hadist, nasakhmansukh dan yang pokok adalah metodologi
pengistimbatan hukum itu sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Pemahaman tentang masalah tersebut di atas
merupakan kunci bagaimana kita harus memaklumi perbedaan pandangan fiqh yang
terjadi di masyarakat. Fanatisme terhadap suatu pendapat tertentu boleh-boleh
saja selama ia juga menghargai pendapat yang lain, yang juga memiliki
orang-orang yang fanatik terhadapnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Belajar fiqh sangat kurang jika kita hanya
mempelajari satu pendapat ulama saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Oleh karena itu orang NU tidak keliru jika ia
mempelajari fiqh Muhammadiyah, dan demikian pula sebaliknya. Sebab Belajar fiqh
tidak lengkap tanpa kita mencoba memahami, untuk kemudian menghargai perbedaan
pendapat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Bold";">A. Persatuan Tak Harus
Seragam</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">NU dan Muhamamdiyah sebagai organisasi dakwah,
sosial, dan kemasyarakatan, terbesar di Indonesia sudah sepantasnya tidak
hanya bertugas membantu masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah fiqh,
tetapi lebih jauh dari itu, membantu masyarakat mengenalkan fiqh secara utuh,
tidak sepotong-sepotong.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Dalam arti lain, NU dan Muhammadiyah semestinya—dan
ini sudah dilakukan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">meski tidak kentara—tidak mengenalkan produk fiqh
melainkan bagaimana produk tersebut dihasilkan. Disadari atau tidak, praktek
amaliyah fiqh sangat rentan menimbukan perselisihan. Dan perselisihan tersebut
tak diragukan bisa menyulut emosi negatif yang berbuntut pada perpecahan.
Namun, jika masyarakat secara total telah menyadari bahwa perbedaan pandangan
fiqh merupakan suatu yang niscaya maka perpecahan diantara sesama Ummat Islam
dapat lebih dihindari.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ummat Islam harus bersatu itu jelas. Dan persatuan
bukanlah bermakna sama dalam segala hal. Dalam masalah Aqidah jelas Ummat islam
sama pandangannya, tetapi dalam urusan lain seperti pandangan tak bisa
dipersatukan, ini bukan satu kesalahan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Kita tahu, bahwa Islam sangat membenci perpecahan
dan perselisihan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Pernah suatu ketika Rasulullah bahkan memerintahkan
kepada orang yang sedang membaca Al-Qur‘an agar menghentikan bacaaanya apabila
bacaannya itu akan mengakibatkan perpecahan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Dari Jundab bin Abdillah, Nabi SAW bersabda:</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU; mso-bidi-font-family: PMingLiU;"> </span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bacalah Al-Qur</span></i><i><span style="color: black; font-family: "MS Gothic"; mso-bidi-font-family: "MS Gothic";">‟</span></i><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">an selama</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">bacaan itu dapat
menyatukan hati kalian. Tapi, bila kalian berselisih, hentikanlah bacaan itu</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">. (HR Imam Bukhari dan Muslim)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Keutamaan persatuan ummat Islam banyak disinggung
dalam al-Qur‘an:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">. (Q.S. Ali</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"> </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Imran: 103)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan janganlah kamu
menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">. (Q.S. Ali Imraan ayat 105)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Orang-orang beriman
itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">(perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">supaya kamu mendapat
rahmat.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> (Q.S. Al-Hujuraat ayat 10)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Dan taatlah kepada
Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan
kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Al-Anfaal ayat 46)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Sesungguhnya
orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak
ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka
hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada
mereka apa yang telah mereka perbuat.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">(Q.S. Al-An‘aamayat 159)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Dari ayat-ayat di atas jelaslah kiranya bahwa Allah
sama sekali tidak ridho apabila ummat Muhammad bercerai berai, berselisih, dan
terpecah-belah. Perlu</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">diingat ada banyak kalangan yang menghendaki Ummat
Islam hancur dan pecah. Cara mereka menghancurkan ummat Islam bukan hanya
melalui serangan fisik tetapi juga dilakukan dengan cara mengadu domba antar
sesama ummat Islam itu sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">NU dan Muhammadiyah tentu harus lebih hati-hati
dengan segala isu, termasuk isu-isu seputar perbedaan pandangan fiqih, jangan
sampai perbedaanperbedaan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">masalah fiqh tersebut merusak persatuan Ummat
Islam. Dalam hadis lain dinyatakan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Penyakit umat-umat
sebelum kalian telah berjangkit kepada kalian, yaitu kedengkian dan permusuhan.
Permusuhan adalah pencukur. Aku tidak mengatakan pencukur rambut, tapi pencukur
agama. Demi Dzat, yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, kalian tidak akan
masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sehingga
kalian saling mencintai.</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(HR Imam
Tirmidzi)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Harus diakui bahwa penyebab utama dari perpecahan
adalah perbedaan, termasuk perbedaan fiqh. Selama kita masih tidak bisa
menghargai pendapat orang lain, maka selama itu pula perbedaan akan menjadi suatu
masalah yang mengancam persatuan ummat. Sikap toleransi haruslah senantiasai
kita rawat dan lestarikan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Di Indonesia memang sudah ada wadah untuk
menyatukan ummat Islam dari berbagai macam organisasi kemasyarakatan yang ada,
yaitu Majlis Ulama Indonesia
(MUI). MUI bukan sekadar lembaga fatwa yang tugasnya menyatakan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">halal dan haramnya sesuatu, tetapi semestinya
ditempatnya sebagai wadah pemersatu Ummat dengan program-programnya yang
konkrit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Bold";">B. Membentuk Sikap
Positif</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Pendidikan, di mana di Indonesia sekolah dan pesantren
menjadi tempat penyelenggaraan yang paling umum, mempunyai peran utama dalam
membentuk sikap dan mental sebuah bangsa. Mental dan sikap yang positif sangat
ditentukan oleh bagaimana pendidikan dijalankan. Salah satu sikap yang
seharusnya, karena tidak semua sekolah melakukan, adalah adalah sikap toleransi
dan penghormatan atas perbedaan pendapat. Untuk membentuk sikap tersebut,
mula-mula yang mesti dijalankan adalah mengenalkan perbedaan itu sendiri. Bahwa
Pendidikan agama Islam menjadi satu mata pelajaran pokok di setiap jenjang
pendidikan namun pengenalan akan perbedaan-perbedaan pandangan fiqh dalam Islam
masih jarang sekali ditekankan. Pengajaran fiqh di sekolah maupun Pesantren
hingga kini masih sering sebatas doktrin, dengan hanya mengajarkan atau
mengenalkan satu pendapat saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Lebih-lebih jika instansi pendidikan tersebut
merupakan instansi yang berada di</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">bawah naungan suatu Lembaga atau Organisasi
kegamaan tertentu. Kita tahu, NU dan Muhammadiyah memiliki basis masa yang
besar dan telah mendidikan banyak lembaga Pendidikan, baik yang formal maupun
non formal. Mereka yang belajar di lembaga pendidikan tersebut sangat penting
untuk dikenalkan dengan fiqh ikhtilaf. Tidak dimilikinya wawasan
perbedaan-perbedaan dalam fiqh Islam akan membuat pola pikir generasi muda
menjadi sempit, mengira bahwa apa yang ajaran fiqh yang diamalkannya adalah
yang paling ―benar</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU; mso-bidi-font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">yang lain adalah salah. Hal ini jelas bisa
menimbulkan prasangka buruk dan pada akhirnya akan mengurangi keharmonisan
hubungan sesama Ummat Islam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Dengan ummat lain agama saja Allah jelas-jelas
telah menyuruh kita ummat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">muslim untuk bersikap toleransi, lebih-lebih dengan
sesama muslim. Batasan saling memahami dan saling mengerti adalah ketika suatu
pendapat telah didasarkan pada hujjah yang disertai dengan dalil-dalil yang
bisa diterima, ditelaah berdasarkan ilmu syar‘i, dan tidak bertentangan dengan
nash yang sudah jelas. Sudahlah, tak perlu lagi kita menyalahkan ubudiyah NU
atau</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Muhammadiyah. Toh dari semua ubudiyah yang mereka kerjakan
didasarkan pada dalil dan hujjah yang bisa ditelaah dan dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Perbedaan adalah rahmat, sunnatullah, karenanya kita mesti
senantiasa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">membangun sikap positif di tengah perbedaan, hanya
dengan itulah kita bisa rukun. Salah satu cara untuk membangun sikap positif
itu adalah dengan mempelajari dan menelaah perbedaan-perbedaan itu sendiri. NU
dan Muhammadiyah memiliki metode yang berbeda dalam memandang masalah madzhab,
hukum bermadzhab, dan ini sangat mempengaruhi istimbath hukum yang mereka
keluarkan. Selain juga metode pengistimbathan hukum, sumber dan dalil yang
digunakan, sudut pandang yang digunakan juga terkadang berbeda sehingga tidak
mustahil muncul ikhtilaf di antara keduanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Bukankah para ulama juga sudah menyatakan: ―Barang
siapa tidak mengetahui ikhtilaf ulama‘, maka dia belum bisa disebut ulama</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU; mso-bidi-font-family: PMingLiU;">.</span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> Bahkan ada yang lebih tajam mengatakan, ―barang siapa tidak
mengetahui ikhtilaf para fuqoha‘, maka hidungnya belum pernah mencium bau fiqih.
Membangun sikap positif juga bisa kita kuatkan dengan mengingat beberapa sabda
Rasulullah dan pendapat para Ulama fuqoha. Dalam masalah shalat misalnya,
Rasulullah telah bersabda:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Nabi saw. bersabda, ―Bershalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku bersahalat!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Coba digaris bawahi kata ―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sebagaimana kalian melihat” </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">dari hadist di
atas. Yang disuruh Nabi bukanlah shalat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagaimana
Nabi bershalat</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU; mso-bidi-font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">melainkan sebagaimana kalian
melihat</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU; mso-bidi-font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Nabi bershalat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Dari hadist di atas, diambil pengertian bahwa,
sudut pandang (penglihatan)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">yang berbeda mengenai shalat akan menghasilkan
hukum yang berbeda pula. Jelas ini suatu yang tidak aneh dan perlu
dipermasalahkan apalagi diperselisihkan. Pada fuqoha sekaliber Imam Abu Hanifah
dan Imam Syafi'i juga tak lupa menasehati kita untuk menjadikan sunnah sebagai
madzhabnya. Imam Abu Hanifah pernah menyatakan, ―Apabila telah shahih sebuah
hadits maka hadits tersebut menjadi madzhabku. Senada dengan pernyataan Imam
Syafi‘i: ―terkadang di antara para imam ada yang menyelisihi sunnah yang belum
atau tidak sampai kepada mereka, maka mereka memerintahkan kepada kita untuk
berpegang teguh dengan sunnah dan menjadikan sunah tersebut termasuk madzhab
mereka semuanya</span><span style="color: black; font-family: PMingLiU; mso-bidi-font-family: PMingLiU;">. </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Di Indonesia sendiri ada teladan dari
tokoh Muhammadiyah tentang sikap positifnya dalam menghadapi perbedaan. Buya
Hamka, seorang tokoh Muhammadiyah ini suatu ketika menerima tamu, K.H Abdullah
Syafi‘i pendiri dan pemimpin Perguruan Asy-Syafi''iyah yang notabene memiliki
pandangan fiqh yang berbeda. Ketika di hari Jumat, KH. Abdullah Syafi''i
mengunjungi Buya masjid Al- Azhar Kebayoran Jakarta Selatan, Buya meminta KH.
Abdullah Syafi''i yang naik menjadi khatib Jumat menggantikan dirinya yang
waktu itu sebenarnya pas mendapat tugas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Demikianlah seharusnya kita dan para Ulama
menyikapi perbedaan, bukan dengan menonjol-nonjolkan dan lantang berteriak,
‗pendapatku yang paling benar, yang lain neraka‘ melainkan menyikapinya dengan
cara yang arif dan selalu berpikir positif.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">C.</span></b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> </span><b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Bold";">Menghindari Fanatisme Buta dalam Bertaqlid</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Taklid sering diartikan dengan mengikuti pendapat
dari ulama mujtahid. Orang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">yang taklid adalah orang yang tidak berijtihad atau
mengistimbathkan hukum sendiri, melainkan mengikuti hasil ijtihad yang sudah
dilakukan ulama terdahulu. Orang taklid bukan berarti ia tidak mempelajari
dalil dan hujjah dari produk hukum yang ia taklidi (ikuti), tetapi terkadang ia
telah mempelajarinya dan setuju dengan pendapat tersebut sehingga ia ikuti.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Menurut menurut KH Nuril Huda</span><b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Bold"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Bold";">, </span></b><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Ketua PP LDNU, taklid </span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">bagi orang awam taqlid atau mengikuti ulama mujtahid yang telah
memahami agama secara mendalam hukumnya wajib, sebab tidak semua orang
mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk mempelajari agama secara mendalam.
Pendapat ini didasarkan pada dua ayat al-Qur‘an:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Tidak pantas orang
beriman pergi ke medan
perang semua, hendaknya ada</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">sekelompok dari tiap
golongan dari mereka ditinggal untuk memperdalam agama</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">dan memberikan
peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali kepadanya, mudah-mudahan
mereka itu takut.</span></i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> (QS At-Taubah: 122)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Dalam ayat ini, masih menurut Nuril Huda, jelas
Allah SWT menyuruh kita</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">untuk mengikuti orang yang telah memperdalam agama.
Dalam ayat lain secara</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">lebih tegas Allah SWT berfirman:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">―</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";">Maka hendaknya kamu
bertanya kepada orang-orang yang ahli Ilmu Pengetahuan jika kamu tidak
mengerti.</span></i><span style="color: black; font-family: PMingLiU; mso-bidi-font-family: PMingLiU;"> </span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(An-Nahl: 43)</span><i><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua\,Italic"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Italic";"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">NU sendiri jelas, menyarankan kepada kaum mislimin,
khususnya yang awam, untuk bertaklid madzhab empat (Hanafi, Hambali, Maliki,
Syafi'i), yang mana mereka telah dimaklumi oleh seluruh Ahli Ilmu, tentang
keahlian dan kemampuan mereka dalam Ilmu Fiqih. Meski NU mewajibkan taklid bagi
orang awam, bukan berarti NU menyuruhnya. Bagi mereka yang memiliki kesempatan
dan kemampuan tentu wajib mengetahui seluk beluk dalil yang dipergunakan oleh
para fuqaha'.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Mengkaji seluk-beluk dalil dan hujjah para fuqoha
adalah cara agar kita tidak terjebak pada fanatisme buta. Sikap fanatik
terhadap suatu paham keagamaan atau organisasi kemasyarakatan seperti NU dan
Muhammadiyah sebenarnya sah-sah saja. Tetapi jika fanatiknya tidak disertai
dengan ilmu, sangat rentan menyebabkan si fanatis tersebut menganggap
golongannya yang paling benar (truth claim) dan yang lain sesat (wrong), lebih
ekstrimnya kafir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Tersebut di dalam majalah Suara Muhammadiyah,
sebagaimana dikutip di situs resmi Muhammadiyah:<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Oleh karena kita chawatir, adanja
pernjeknjokan dan perselisihan dalam kalangan Muhammadijah tentang masalah
agama itu, maka</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">perlulah kita mendirikan Madjlis Tardjih untuk
menimbang dan memilih dari segala masalah jang diperselisihkan itu jang masuk
dalam kalangan Muhammadijah manakah jang kita anggap kuat dan berdalil benar
dari Al qur‘an dan hadits.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Perlu diingat bahwa fungsi didirikannya Majlis
Tarjih adalah untuk memberikan bimbingan keagamaan dan pemikiran di kalangan
umat Islam Indonesia
pada umumnya dan warga persyarikatan Muhammadiyah khususnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Jadi sumbangan yang diberikan Majlis tarjih
bukanlah produk hukum yang sudah jadi, lebih penting dari itu adalah bagaimana
proses pengambilan suatu hukum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Apabila kita mengetahui bagaimana metode, dalil,
sebuah produk hukum itu maka saat itulah kita akan bisa keluar dari fanatisme
buta. bisa jadi kita menggunakan produk hukum Muhammadiyah, tetapi kita bukan
warga Muhammadiyah, hanya setuju dengan ijtihad atau pengistimbathan hukum yang
dilakukan oleh Muhammadiyah, tentu setelah mengetahui prosesnya. Nasehat dari
Imam Abu Hanifah berikut ini barangkali bisa menjadi bahan renungan kita
bersama:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">―Tidak halal bagi seseorang untuk mengambil/memakai
pendapat kami selama dia tidak mengetahui dari dalil mana kami mengambil
pendapat tersebut. dalam riwayat lain, haram bagi orang yang tidak mengetahui dalilku,
dia berfatwa dengan pendapatku. Dan dalam riawyat lain,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">sesungguhnya kami adalah manusia biasa, kami
berpendapat pada hari ini, dan kami ruju‘ (membatalkan) pendapat tersebut pada
pagi harinya. Dan dalam riwayat lain, Celaka engkau wahai Ya‘qub (Abu Yusuf),
janganlah engakau catat semua apa-apa yang kamu dengar dariku, maka
sesungguhnya aku berpendapat pada hari ini denga suatu pendapat dan aku
tinggalkan pendapat itu besok, besok aku berpendapat dengan suatu pendapat dan
aku tinggalkan pendapat tersebut hari berikutnya. Beliau juga pernah berkata:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">―Bila saya telah berkata dengan satu pendapat yang
telah menyalahi kitab</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Allah ta‘ala dan sunah Nabi Shallallaahu alaihi wa
Salam , maka tinggalkanlah pendapatku.Terakhir, marilah kita kaji dan pelajari
lagi hukum Islam yang selama ini kita jadikan pegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Tak perlulah kita takut, untuk meninggalkan kepercayaan terhadap
suatu pendapat fuqoha yang sudah kita praktekkan selama bertahun-tahun, jika
suatu ketika kita menemukan atau meyakini pendapat kita yang lebih kuat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b><span style="color: #339966; font-family: "Book Antiqua\,Bold"; font-size: 13.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua\,Bold";">Tentang Penulis:</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">M. Yusuf Amin Nugroho, tinggal di Wonosobo.
Tulisannya tersebar di media cetak dan elektronik. Beberapa bukunya, fiksi dan
non-fiksi sudah diterbitkan dalam bentuk cetak. Jika ada Penerbit atau siapa
pun yang berminat mempublikasikan e-book ini dalam bentuk cetak, tentu saya
senang sekali, silahkan menghubungi email penulis. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span style="color: blue; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"><a href="mailto:jusufan@gmail.com">jusufan@gmail.com</a></span><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="mso-layout-grid-align: none; text-autospace: none;">
<b><span style="color: #339966; font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri;">FIQH
AL-IKHTILAF NU-MUHAMMADIYAH / M. Yusuf Amin Nugroho</span></b></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-78728964757597534492012-10-31T18:11:00.001-07:002012-10-31T18:11:30.937-07:00Membaca Dan Mengenal 25 Nabi Dan Rasul<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFXAgxSdv2bU5DFxDkeyUXbS0_0JjJiA9bkIuu1bfUPWOt-WaPXV05A6-BjaiL6WOA25P_86xcu0ln8t7VguLAnmzaYzZWWRrvMhO2vprNVOePUbDqj-0Q6NAxHf1_7n1GyfrFczci8QJj/s1600/membaca+dan+mengenal+25+Nabi+Dan+Rasul.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFXAgxSdv2bU5DFxDkeyUXbS0_0JjJiA9bkIuu1bfUPWOt-WaPXV05A6-BjaiL6WOA25P_86xcu0ln8t7VguLAnmzaYzZWWRrvMhO2vprNVOePUbDqj-0Q6NAxHf1_7n1GyfrFczci8QJj/s320/membaca+dan+mengenal+25+Nabi+Dan+Rasul.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/1-kisah-nabi-adam-as.html"><span style="font-size: large;">1- Kisah Nabi Adam. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/2-kisah-nabi-idris-as.html"><span style="font-size: large;">2- Kisah Nabi Idris. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/%20http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/3-kisah-nabi-nuh-as.html"><span style="font-size: large;">3- Kisah Nabi Nuh. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/%20http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/4-kisah-nabi-hud-as.html"><span style="font-size: large;">4- Kisah Nabi Hud. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/5-kisah-nabi-soleh-as.html"><span style="font-size: large;">5- Kisah Nabi Soleh. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/6-kisah-nabi-ibrahim-as.html"><span style="font-size: large;">6- Kisah Nabi Ibrahim. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/7-kisah-nabi-luth-as.html"><span style="font-size: large;">7- Kisah Nabi Luth. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/8-kisah-nabi-ismail-as.html"><span style="font-size: large;">8- Kisah Nabi Isma'il. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/9-kisah-nabi-ishak-as.html"><span style="font-size: large;">9- Kisah Nabi Ishak. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/10-kisah-nabi-yaqub-as.html"><span style="font-size: large;">10- Kisah Nabi Ya'qub. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/11-kisah-nabi-yusuf-as.html"><span style="font-size: large;">11- Kisah Nabi Yusuf. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/%20http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/12-kisah-nabi-ayub-as.html"><span style="font-size: large;">12- Kisah Nabi Ayub. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/13-kisah-nabi-syuaib-as.html"><span style="font-size: large;">13- Kisah Nabi Syuaib. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/14-kisah-nabi-musa-dan-nabi-harun-as.html"><span style="font-size: large;">14- Kisah Nabi Musa. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/%20http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/15-kisah-nabi-harun-dan-nabi-musa-as.html"><span style="font-size: large;">15- Kisah Nabi Harun. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/%20http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/16-kisah-nabi-zulkifli-as.html"><span style="font-size: large;">16- Kisah Nabi Zulkifli. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/17-kisah-nabi-daud-as.html"><span style="font-size: large;">17- Kisah Nabi Daud. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/18-kisah-nabi-sulaiman-as.html"><span style="font-size: large;">18- Kisah Nabi Sulaiman. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/19-kisah-nabi-ilyas-as.html"><span style="font-size: large;">19- Kisah Nabi Ilyas. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/20-kisah-nabi-ilyasa-as.html"><span style="font-size: large;">20- Kisah Nabi Ilyasa. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/21-kisah-nabi-yunus-as.html"><span style="font-size: large;">21- Kisah Nabi Yunus. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/%20http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/22-kisah-nabi-zakaria-as.html"><span style="font-size: large;">22- Kisah Nabi Zakaria. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/kisah-nabi-yahya-as.html"><span style="font-size: large;">23- Kisah Nabi Yahya. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/24-kisah-nabi-isa-as.html"><span style="font-size: large;"><br /></span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.blogger.com/%20http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/24-kisah-nabi-isa-as.html"><span style="font-size: large;">24- Kisah Nabi Isa. As</span></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://salimi-ibra.blogspot.com/2012/10/25-kisah-nabi-muhammad-saw.html"><span style="font-size: large;">25- Kisah Nabi Muhammad. S.A.W</span></a></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-10275273815133348202012-10-23T12:25:00.000-07:002012-10-26T11:01:00.221-07:00Kisah Wanita Yang Selalu Berbicara Dengan Bahasa Al-Qur’an<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvO5IsSDVgVRj4uG3uDorcC3qrqrSlZ_pZBYNyMkR8-BjENiDVwEDSEaTh-F436azX-WPf0Isd-ASsKwnOHNBUhGUJb8hg-dhhWBSU3caMjo5-RXnvanh0jmRNiyuaLkIa1EYkUXCRvcr2/s1600/kisah+wanita+yang+selalu+bicara+dengan+bahasa+Al-Qur%27an.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvO5IsSDVgVRj4uG3uDorcC3qrqrSlZ_pZBYNyMkR8-BjENiDVwEDSEaTh-F436azX-WPf0Isd-ASsKwnOHNBUhGUJb8hg-dhhWBSU3caMjo5-RXnvanh0jmRNiyuaLkIa1EYkUXCRvcr2/s320/kisah+wanita+yang+selalu+bicara+dengan+bahasa+Al-Qur%27an.jpg" width="228" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Semoga Catatan ini bisa menjadi
bahan Renungan Buat Kita Tentang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Pentingnya menjaga Lidah Kita
karena kelak semua yang keluar dari mulut kita akan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
dimintai pertangungjawaban
Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Saya berangkat menunaikan Haji ke
Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Rasulullah sallAllahu ‘alayhi
wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat
sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang
sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah
dialog dengannya beberapa saat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Dalam dialog tersebut wanita tua
itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Mubarak, dijawab dengan menggunakan
ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup
memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan
kepadanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Assalamu’alaikum
warahma wabarakaatuh.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Salaamun qoulan min
robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (artinya : “Salam</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
sebagai ucapan dari Tuhan Maha
Kasih”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Semoga Allah
merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wa man
yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 ) (“Barang siapa
disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Dengan jawaban ini, maka tahulah
saya, bahwa ia tersesat jalan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Kemana anda hendak
pergi?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Subhanalladzi asra
bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
(QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci
Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke
masjid aqsa”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Dengan jawaban ini saya jadi
mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
menuju ke masjidil Aqsa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Sudah berapa lama
anda berada di sini?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Tsalatsa layaalin
sawiyya” (QS. Maryam : 10) (“Selama tiga malam dalam</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
keadaan sehat”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Apa yang anda makan
selama dalam perjalanan?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa
yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ : 79) (“Dialah pemberi aku</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
makan dan minum”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Dengan apa anda
melakukan wudhu?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Fa in lam tajidu
maa-an fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah :6)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
(“Bila tidak ada air bertayamum
dengan tanah yang bersih”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdulah : “Saya mempunyai sedikit
makanan, apakah anda mau menikmatinya?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Tsumma atimmus
shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187) (“Kemudian</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
sempurnakanlah puasamu sampai
malam”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Sekarang bukan bulan
Ramadhan, mengapa anda berpuasa?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wa man tathawwa’a
khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Baqarah:158) (“Barang siapa
melakukan sunnah lebih baik”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Bukankah
diperbolehkan berbuka ketika musafir?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wa an tashuumuu
khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
184) (“Dan jika kamu puasa itu
lebih utama, jika kamu mengetahui”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Mengapa anda tidak
menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Maa yalfidhu min
qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang
diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Anda termasuk jenis
manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wa la taqfu ma
laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
ulaaika kaana ‘anhu mas’ula.”
(QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena
pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Saya telah berbuat
salah, maafkan saya.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Laa tastriiba
‘alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak
ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Bolehkah saya
mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena
anda akan menjumpai kafilah yang di depan.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wa maa taf’alu min
khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa mengerjakan suatu
kebaikan, Allah mengetahuinya”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Lalu wanita tua ini berpaling
dari untaku, sambil berkata :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Qul lil mu’miniina
yaghdudhu min abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
(“Katakanlah pada orang-orang
mukminin tundukkan pandangan mereka”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Maka saya pun memejamkan
pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
untaku. Tetapi tiba-tiba
terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita
itu berucap lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wa maa ashobakum
min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum.” (QS. Asy-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Syura’ 30) (“Apa saja yang
menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Sabarlah sebentar,
saya akan mengikatnya terlebih dahulu.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Fa fahhamnaaha
sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79) (“Maka kami telah memberi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
pemahaman pada nabi Sulaiman”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Selesai mengikat unta itu saya
pun mempersilahkan wanita tua itu naik.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Silahkan naik
sekarang.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Subhaanalladzi
sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa
munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci Tuhan yang telah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
menundukkan semua ini pada kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan
kami”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Saya pun segera memegang tali
unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Waqshid fi masyika
waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah
suaramu”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Lalu jalannya unta itu saya
perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Faqraa-u maa
tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (“Bacalah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
apa-apa yang mudah dari
Al-Qur’an”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Sungguh anda telah
diberi kebaikan yang banyak.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru
illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (“Dan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
tidaklah mengingat Allah itu
kecuali orang yang berilmu”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Dalam perjalanan itu saya
bertanya kepadanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Apakah anda mempunyai
suami?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy
ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
(“Jangan kamu menanyakan sesuatu,
jika itu akan menyusahkanmu”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Ketika berjumpa dengan kafilah di
depan kami, saya bertanya kepadanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Adakah orang anda
berada dalam kafilah itu?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Al-maalu wal
banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
harta dan anak-anak adalah
perhiasan hidup di dunia”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Baru saya mengerti bahwa ia juga
mempunyai anak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Bagaimana keadaan
mereka dalam perjalanan ini?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wa alaamatin wabin
najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
tanda bintang-bintang mereka
mengetahui petunjuk”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Dari jawaban ini dapat saya
fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian
bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Adakah orang yang
akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Wattakhodzallahu
ibrohima khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (“Kami jadikan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
ibrahim itu sebagai yang
dikasihi”) “Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
(“Dan Allah berkata-kata kepada
Musa”) “Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam 12) (“Wahai Yahya
pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Lalu saya memanggil nama-nama, ya
Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
anak-anak muda yang bernama
tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul.
Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita
itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi
warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum
bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah seorang dari kamu
pergi ke kota
dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia
membawa makanan itu untukmu”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Maka salah seorang dari tiga anak
ini pergi untuk membeli makanan, lalu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
menghidangkan di hadapanku, lalu
perempuan tua itu berkata :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Wanita tua : “Kuluu wasyrobuu
hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Haqqah : 24) (“Makan dan minumlah
kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang
telah lalu”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Abdullah : “Makanlah kalian
semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
sebelum kalian mengatakan padaku
siapakah perempuan ini sebenarnya.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Ketiga anak muda ini secara
serempak berkata :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
“Beliau adalah orang tua kami.
Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
mempergunakan ayat-ayat
Al-Qur’an, hanya karena khawatir salah bicara.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Maha suci zat yang maha kuasa
terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
saya pun berucap :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
“Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’
Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-Hadid : 21)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
(“Karunia Allah yang diberikan
kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
pemberi karunia yang besar”)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
[Disarikan oleh: DHB Wicaksono,
dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Muhammad Syatha, hal. 161-168]
dari Situs Al-Muhajir</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Sumber :
http://virouz007.wordpress.com/</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Dan siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
ayat dari Tuhannya lalu dia
berpaling daripadanya dan melupakan apa yang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
dikerjakan oleh kedua tangannya
Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
atas hati mereka, (sehingga
mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
sumbatan di telinga mereka; dan
kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
niscaya mereka tidak akan
mendapat petunjuk selama-lamanya. (QS. 18:57)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-51779291686639982462012-10-20T11:41:00.003-07:002012-10-26T19:08:50.858-07:00Selamat Jalan Khonsaa<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJfwS80WJ6Vb40SgLy54KBa4AQPygKx7xin_L1Fn4_ZJCdwJOIQw4XqyljuPWBN4WEXEYXBLxx1QrKKdDc4WUXJKQALgR51fh50i37So8R5VlVXAr42IbT07oz4LaisW_ghlybrZN_75Ie/s1600/Selamat+jalan+khonsaa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJfwS80WJ6Vb40SgLy54KBa4AQPygKx7xin_L1Fn4_ZJCdwJOIQw4XqyljuPWBN4WEXEYXBLxx1QrKKdDc4WUXJKQALgR51fh50i37So8R5VlVXAr42IbT07oz4LaisW_ghlybrZN_75Ie/s320/Selamat+jalan+khonsaa.jpg" width="320" /></a>Semoga Alloh memberikan kekuatan
dan ketabahan menjalani ujian ini, semoga kisah ini bisa menjadi ibrah/hikmah
bagimu dan ibu-ibu lain yang mendapat ujian serupa</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“sebuah curahan hati seorang ibu
yang baru saja kehilangan putri pertamanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seorang ibu yang tiada mengenal
lelah untuk mengkampanyekan ASI sebagai makanan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
terbaik bagi buah hatinya.. Elona
Melo T.A” Selasa, 17 Juli 2001, jam 10.10wib engkau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
hadir di tengah kehidupan kami
nak. Sempurnalah rasanya mama menjadi seorang wanita</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan kelahiranmu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Engkau kami beri nama Khonsaa’ Al
Anshoriyah. Khonsaa’ adalah nama seorang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sahabat Rosul wanita yg merelakan
ke3 anaknya mati syahid di peperangan, hingga akhirnya beliau pun ikut syahid. Al Anshoriyah, kami pilihkan
menjadi nama belakangmu dg harapan engkau termasuk ke dalam golongan
orang-orang yg gemar menolong layaknya kaum anshor.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dari balita, engkau sudah menjadi
tempat mamamu curhat, entah engkau paham atau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tidak setiap ada kegundahan
engkau bantu meringankannya dengan jalan mendengarkan nak. Itulah sebabnya
engkau menjadi salah satu Sahabat Terbaik mama. Kau tenangkan mama, kau hapus
air mata mama setiap mama menangis karena rindu dengan almarhum opamu. Dengan
lembut kau bisikan di telinga mama “jangan sedih ma”.. lalu engkaupun memeluk mama.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagai anak pertama, engkau
menjadi sekolah sekaligus guru bagi mama.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagaimana naluri keibuan mama
terasah dengan keberadaanmu. Engkau mengajarkan pada mama bahwa kesabaran tidak
berbatas, walau sebagai manusia sering sabar itu hilang. Engkau ajarkan pada
mama, bahwa kasih sayang, kehangatan dan kejujuran akan berakhir dengan
ketiganya pula. Kau ajarkan bahwa, ibu adalah guru pertama sekaligus terbaik
bagi anak-anaknya. Itu sebabnya papamu meminta mama untuk tetap di rumah
menemani engkau dan adik-adikmu..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika adik-adikmu lahir, di usia
yg masih sangat muda, engkau berubah menjadi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sosok kakak yang begitu dewasa,
banyak mengalah, walau kami orangtuamu tahu hal itu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
berat engkau lakukan. Kami sering
memberimu tanggung jawab “titip ade-ademu ya mba” setiap mama dan papamu pergi,
walau di rumah ada yang lain. Kau tunaikan amanah kami dengan memberi laporan
singkat jelas dan padat apa yg terjadi saat mereka ditinggal. Apabila ada
mainan atau bukumu yg dirusak oleh adikmu, yang kau lakukan hanya menangis dan
mengadu pada mama, dengan harapan mama akan memperbaikinya..itu sering kita bersama.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Engkau buat kami bangga dengan
keistiqomahanmu untuk mengenakan jilbab di usia</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
6 tahun, walau engkau hanya
seorang diri yg melakukannya di kelasmu. Kau butikan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kecerdasanmu dg hasil IQmu yg
sangat jauh di atas rata-rata dan prestasimu sebagai juara</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kelas. Ternyata, kebanggaan ini
juga dirasakan oleh eyang mama dan eyang papa, oma dan bude pakde juga om kamu nak. Mama sering tidak
segan-segan berkata bahwa “mama banggamu nak”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Al Anshoriyah, engkau betul-betul
anak yg gemar menolong. Terbukti dari cerita</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
guru-gurumu bahwa engkau tidak
segan-segan menolong temanmu yg kesulitan dalam</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
belajar, walau resikonya ditegur
oleh gurumu. Bahkan suatu waktu, nilaimu dikurangi karena dengan ikhlasnya soal
ujian temanmu kau kerjakan dari awal hingga selesai. Ingat</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
nak..betapa marahnya mama ketika
tahu kejadian itu, namun di sisi lain mama melihat sikap rela berkorbanmu yg
begitu tinggi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat kita pindah, dari Jakarta ke Bandung,
engkau terlihat sedih karena harus</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
meninggalkan sahabatmu, namun
sekaligus gembira setelah mendengarkan cerita mama</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bahwa kelak kamu akan mendapat
teman-teman baru dengan bahasa yg tidak biasa, Bahasa Sunda. Ingat Khonsaa’
ketika tanpa engkau sadari caramu dan adikmu berbicara mulai</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
berubah dan menjadi bahan
becandaan sepupumu di jakarta…?
Itu membuktikan betapa</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dirimu mudah bergaul nak. Mama
juga bangga padamu ketika seorang wali murid</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menceritakan bahwa menurut
anaknya, kamu adalah “the coolest girl in the class” karena</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
wawasanmu yg luas. Dari masalah
gadget, pelajaran, poppin (satu bentuk tarian), music,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
buku-buku..begitu banyak yg kau
ketahui nak. Engkau memang canggih nak..!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saat teman-teman seusiamu masih
belum kenal dunia komputer dan online, kamu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sudah begitu akrab dengan
keduanya. Niatmu punya Facebook dan akrab dengan dunia</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
online engkau ceritakan dalam
rangka “jangan mau jadi gaptek”. Engkau buat blog pribadi saat usiamu masih 7
tahun. Padahal, yg engkau lakukan hanya mengamati papamu yg sedang asyik dengan
pekerjaannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sering sekali engkau cerita ke
mama hasil browsingmu ke beberapa web hanya untuk</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
membedakan “akar tunggal dan akar
serabut”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kau buktikan, bahwa dunia online
seharusnya memang digunakan untuk hal-hal yang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bermanfaat..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebagai mama, banyak sekali
kesalahan yg mama perbuat padamu nak, bahkan tidak</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
terhitung.. Kemarahan yang kadang
melampau batas, ketidaksabaran yang sebenarnya masih sangat bisa ditahan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika mama menangis menyesal
bila memarahimu dan adikmu, yang kau ucapkan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
hanya “nggak apa-apa ma”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ingatnak,ketikamamamenyusuiadik-adikmuengkauberadadidekatmamasambilengkau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bertanya“akudulunyusujuganggama”.Seketikaitujugamamatidakmampumenahantangis,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sembariberucap“itusalahsatukebodohanmamanak,maafkanmamakrnmamatdkmenyusuiu”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mamaceritakanalasannyabahwalukaygadatdkmampumamatahan.Lagi-lagiengkaumenghibur
mamadgberucap“nggakpapama,yangpentingsudahusaha”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Salah satu kesalahan mama
terbesar padamu ialah tanggal 13 Desember 2009. Hanya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
karena keletihan yang sebenarnya
masih bisa mama tahan, mama tidak menemanimu dan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
adikmu yg pagi itu semangat
sekali ingin berenang, dan memang itulah tujuan kita menginap di hotel. Mama
lebih milih berada di kamar hotel dan membiarkanmu beserta papa dan kedua adikmu
ke kolam renang yg ketika itu memang ramai. Mba Rahmi dan Mba Siti, yang selama
ini membantu mama mengurus rumah juga ikut menemani kalian. Padahal engkau pun
belum terlalu mahir berenang nak, mama tahu ketakutanmu pada air yang kau coba
hilangkan sedikit demi sedikit. 30 menit
kemudian papamu kembali ke kamar hotel dan, tidak lama telpon pun berdering
memberitahu bahwa engkau tenggelam…!!!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagai tersambar petir, mama dan
papa langsung menjerit dan lari menuju kolam,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
namun engkau sudah dibawa ke
rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sekelebat terlintas rasa marah
dan was-was silih berganti..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Mana pool guard yang seharusnya
menjaga kolam renang”.. hanya itu kalimat yang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mama ucapkan seraya berlari ke
arah kolam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mama seorang guru renang nak,
papamu mahir berenang. Mama bahkan sering</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bercerita padamu
kejadian-kejadian saat mama menolong beberapa orang yang hampir</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tenggelam…</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tapi..Dimana mama, saat anak mama
tenggelam,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mana guru renang yang mahir
berenang 4 gaya,
dengan murid tak terhitung jumlahnya..??.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mana guru renang yg berkali-kali
menolong orang yang bisa saja nyawanya melayang di</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kolam renang…??</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mana….??</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Allohu akbar..dalam perjalanan
menuju rumah sakit di kepala mama yang ada hanya rasa</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sesal.. Inikah teguran atas
kesombonganku ya Alloh?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebegitu sombongkah aku hingga
Engkau mengujiku seberat ini?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dan…hari itu Alloh menunjukkan
kuasaNya..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mama menemuimu di ruang UGD
ketika engkau telah terbujur kaku nak. Seketika itu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dunia terasa gelap, aliran darah
seakan terhenti..melihat sesosok tubuh tertutup kain putih…</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ya Alloh..Ya Robbi..Ya Rohman..Ya
Rohim, inilah saatnya Engkau ambil titipanmu yg pernah Kau tanamkan dalam
rahimku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dunia seakan berhenti
berputar..rasanya tidak percaya hingga mama lihat tanda lahir</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
di lengan kirimu, bekas luka
kecil cacar di hidungmu, tahi lalat di telingamu dan sekujur</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
badanmu yg mama hafal bentuknya
satu persatu karena kamu anak mama.. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mama segera memeluk jasadmu nak,
tanpa berpikir lagi apakah engkau dengar atau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tidak, hanya kata maaf yg mampu
mama ucapkan di telingamu. Dada ini terasa sesak</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menahan sebuah beban yg terasa
seperti sebuah gunung yang sangat besar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sambil memandikan jenazahmu, mama
bisikkan di telingamu bahwa, mama buktikan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kalau mama kuat menerima
kepergianmu. Demi mengharap ridho Alloh Azza Wajalla, mama tahan air mata dan
rasa marah yang sebenarnya lebih mudah bila diledakkan saat itu juga.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Demi meyakini akan syahidnya
seseorang yang wafat karena tenggelam, mama tahan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
emosi mama nak..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Demi meyakini, bahwa engkau akan
menjadi hijab api neraka bagi orang tuamu yang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kotor ini, mama tahan dorongan
ingin menjerit sekeras-kerasnya. Engkau penuhi janjimu nak..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Al Anshoriyah, Engkau gemar
menolong saat masih hidup. Dan, engkau tolong kami</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan kepergianmu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Banyak sekali janji mama padamu
nak, hadiah sepeda BMX bila engkau juara kelas</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
lagi, jalan-jalan ke dufan dan
menaiki semua wahana karena kini engkau sudah tinggi, latihan renang intensif
selama liburan nanti…, bermain hujan bertiga adikmu, menyambangi
sahabat-sahabat dan guru-gurumu di Jakarta..namun,
semua itu tinggal janji…</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Engkau tunaikan janjimu…tapi pada
siapa mama tunaikan janji-janji mama nak..?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Cita-cita kami orang tuamu ingin
merawat dan mendidikmu hingga dewasa,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
digantikan dengan sebuah
cita-cita mulia yg tak mampu kami ucapkan, mengharapkan kita semua bisa bertemu
maut dengan kesyahidan. Kau tunaikan itu semua nak..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Maafkan mamamu nak, yang tidak
berada di dekatmu saat-saat terakhir hidupmu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Walau pedih, mama bersyukur
karena telah dipercaya oleh Alloh menerima amanah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
seorang gadis kecil yang sangat
special di mata setiap orang yang mengenalnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Janji mama terakhir kalinya
padamu anakku, mama akan kuat melepasmu walau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
berat. Mama akan merawat kedua
adikmu, mama akan menjadi ibu yang jauh lebih baik dari sebelumnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bantu mama agar kuat nak, walau
air mata penyesalan, kesedihan, kerinduan ingin</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
memelukmu tak mampu mama bendung.
Rasa sesal tidak menjadi ibu yang sempurna begitu hebatnya mama rasakan hingga
saat ini. Semoga Alloh Sang Ilahi Robbi, memaafkan semua kesalahan mama padamu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Mama sangat mencintaimu anakku..</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Mama sangat
merindukanmu..sahabatku..</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Mama bangga padamu..guruku..</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Mama akan kuat, demi janji
mama padamu..syahidahku!</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ketahuilah bahwa pertolongan
menyertai kesabaran, sesungguhnya ada kelapangan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bersama kesusahan dan
sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
****************************************************</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber: http://virouz007.wordpress.com/</div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-38687663588390340732012-10-20T11:12:00.000-07:002012-10-26T19:15:32.274-07:00Kisah Pohon Apel<div style="text-align: left;">
<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5bKXl3-8mQAODC2WrB9BxosG7BqGDPGdVK6LaJ2xLcx3dITFawoo_xEaLMqDZhBn_QlSW1O156Waqw9e7HN4QPmdwB9PcDeIjWEz0XSuVtgvuzpq6ffKqeltCY19Gjh7QjfQWPBLBlXJ1/s1600/kisah+pohon+apel.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5bKXl3-8mQAODC2WrB9BxosG7BqGDPGdVK6LaJ2xLcx3dITFawoo_xEaLMqDZhBn_QlSW1O156Waqw9e7HN4QPmdwB9PcDeIjWEz0XSuVtgvuzpq6ffKqeltCY19Gjh7QjfQWPBLBlXJ1/s320/kisah+pohon+apel.jpg" width="283" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
Sebagian dari kita mungkin sudah pernah membaca cerita ini
tapi apa salahnya saya</div>
<div class="MsoNormal">
muat kembali di pages ini buat saudara-saudara kita yang
belum pernah membaca cerita ini dan sebagai bahan review buat yang sudah pernah
membaca. Semoga bermanfaat………</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat
besar.Seorang kanak-</div>
<div class="MsoNormal">
kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel
ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel
sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu
pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat
permainannya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut. Masa berlalu…
anak lelaki itu sudah</div>
<div class="MsoNormal">
besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan
masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu
hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.</div>
<div class="MsoNormal">
“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain
dengan engkau,” jawab remaja itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah
remaja itu dengan nada yang sedih.</div>
<div class="MsoNormal">
Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah
apel-apel yang ada padaku.</div>
<div class="MsoNormal">
Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat
membeli permainan yang</div>
<div class="MsoNormal">
kauinginkan.”</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu
dan pergi dari situ.</div>
<div class="MsoNormal">
Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa
sedih.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Masa berlalu…</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon
apel itu merasa gembira.</div>
<div class="MsoNormal">
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.</div>
<div class="MsoNormal">
“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk
mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk
keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh
memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon
apel itu memberikan cadangan.</div>
<div class="MsoNormal">
Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan
pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira
tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon
apel itu. Dia sebenarnya</div>
<div class="MsoNormal">
adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon
apel itu. Dia telah matang dan dewasa.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.</div>
<div class="MsoNormal">
“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka
bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk
belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Bolehkah kau menolongku?” Tanya
lelaki itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau.
Tetapi kau boleh memotong</div>
<div class="MsoNormal">
batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat
belayar dengan gembira,” kata</div>
<div class="MsoNormal">
pohon apel itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon
apel itu. Dia kemudian</div>
<div class="MsoNormal">
pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi
selepas itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin
di mamah usia, datang</div>
<div class="MsoNormal">
menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah
bermain di sekitar pohon apel itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan
kepada kau. Aku sudah</div>
<div class="MsoNormal">
memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat
rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang
hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Aku tidak mahu apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk
memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku
tidak mahu batang pohonmu kerana aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku
merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu.
Lalu lelaki tua itu duduk</div>
<div class="MsoNormal">
beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat.
Mereka berdua menangis kegembiraan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di
dalam cerita itu adalah</div>
<div class="MsoNormal">
kedua-dua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka
bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan
mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali
meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan.</div>
<div class="MsoNormal">
Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa
saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa
anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu
hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita
menghargai mereka semasa</div>
<div class="MsoNormal">
menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
***</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Allah SWT berfirman :</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu</div>
<div class="MsoNormal">
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan</div>
<div class="MsoNormal">
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah
tiga puluh bulan,</div>
<div class="MsoNormal">
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdo’a:</div>
<div class="MsoNormal">
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau
yang telah Engkau</div>
<div class="MsoNormal">
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang</div>
<div class="MsoNormal">
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan)</div>
<div class="MsoNormal">
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau
dan sesungguhnya</div>
<div class="MsoNormal">
aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Q.S 46:15]</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Belum ada kata terlambat untuk kembali berbakti kepada kedua
orang tua kita biarpun</div>
<div class="MsoNormal">
mereka sudah tidak ada di dunia fana ini….MARI</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sumber:
http://virouz007.wordpress.com/</div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-85314609416651773062012-10-20T11:04:00.002-07:002012-10-26T19:18:09.260-07:00Foto 4 x 6 di Saku Bajumu Nak…<div style="text-align: left;">
<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfC-HUeJb9zTBE0cyMFi_xIFtTOcru4Asql85h0lSG5anx6uIs2Mptdz2_EubrDj6w06t_kjXj8UAg7bwqeRUHl9T_-7_tS-o0QHFsDQJSKZ1Q7XUsk4amH07rT5A7huL_KWtfpXKlJlJ4/s1600/photo+4x6+di+saku+bajumu+nak.....jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfC-HUeJb9zTBE0cyMFi_xIFtTOcru4Asql85h0lSG5anx6uIs2Mptdz2_EubrDj6w06t_kjXj8UAg7bwqeRUHl9T_-7_tS-o0QHFsDQJSKZ1Q7XUsk4amH07rT5A7huL_KWtfpXKlJlJ4/s320/photo+4x6+di+saku+bajumu+nak.....jpeg" width="214" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seperti hari-hari kemarin,Tetap
saja ada perasaan sedih yang menghantui relung hati</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hamzah. Ayah berumur 29 tahun itu
terlihat sering murung. Sedihnya Hamzah, bukan karena persoalan besar, bukan
juga permasalahan ekonomi keluarga. Namun, kesedihannya karena satu pertanyaan
yang dilontarkan pemateri ketika mengikuti acara Smart Parenting.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Bagaimana caranya untuk
mengetahui kalo anak berumur 1-5 tahun menyayangi orang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tuannya” ? Ya, pertanyaan itulah
yang manjadi beban pikiran dirinya saat ini. Meskipun juga Hamzah mengakui kalo
dirinya bukanlah ayah yang baik. Marah adalah hal yang wajar terjadi. Namun,
marah ketika terlihat oleh anak berusia 2 tahun adalah perkara yang berbahaya
untuk perkembangan emosionalnya. Dan Hamzah mengakui hal itu. Mulai hari itu ia
bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anaknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mulai saat itu, setiap hari
Hamzah pulang kantor dengan tergesa-gesa. Sebab hanya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
satu tujuannya. Bagaimana
mendapatkan jawaban dari Ridwan anaknya ! Bermain dan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bercengkerama dengan anaknya
lebih lama adalah solusi yang tepat untuk mendapatkan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
jawaban kata ”Iya”. Hari itu
Hamzah membeli bola berukuran besar. Lebih besar dari ukuran tubuh Ridwan.
Mereka bermain lebih lama. Hamzah rela menjadi penjaga gawang yang berpura-pura
jatuh ketika menangkap bola. Dan itu terjadi berulang-ulang hingga</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mengundang tawa Ridwan. Hingga
mereka letih bermain. Hamzah mengajak Ridwan duduk sebentar. Hamzah mengambikan
segelas air minum yang akan diminum berdua. Pikiran Hamzah, Ini saat yang tepat
menanyakannya. ”Nak, Ridwan sayang sama abi ga ?” Kali ini Ridwan menatap wajah
Hamzah. Hamzah menanti…..tiba-tiba Ridwan berkata ”Abi, ayo main bola lagi !….
Hamzah terdiam, mungkin pertanyaan itu ditanyakan ketika suasana tidak tepat pikirnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Malam harinya, Hamzah membacakan
buku ”Akhlaq Islami” kepada anaknya. Kali</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
ini Hamzah membacanya dengan
sabar dan lebih lama dari biasanya. Malam itu 9 buku</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dibacanya sampai habis. Hingga
ketika anaknya terlihat mengantuk, Hamzah berinisiatif</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
untuk menyeka punggung Ridwan.
Ketika usapan demi usapan dilakukannya, terbesit</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
keingginan untuk menanyakan
kepada anaknya ”Nak, Ridwan sayang ka sama abi?”…</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ridwan terdiam, ternyata Ridwan
keburu tidur sebelum ditanya. Hmm….biarlah, mungkin ia letih bermain tadi
siang. Sambil mengusap punggung, dipandanginya wajah anaknya. Hamzah berkata di
telingga anaknya. ”Nak, maafkan abi jika ternyata abi bukanlah ayah yang baik
untukmu. Hingga engkau sulit mengatakan kata ”Iya”. Tapi biarlah, abi akan
berusaha menjadi ayah yang baik”.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Malam pun berlalu, tanpa jawaban
yang diimpikannya….</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sepulang shalat subuh, dompetnya
berserakan! Ridwan ternyata telah bangun ketika</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hamzah ke masjid. Foto dan tanda
pengenal berceceran kemana-mana. Dengan sabar</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hamzah mengambilnya dan memperbaikinya
kembali. Hamzah berkata ke anaknya”Jangan dibuka dompet abi ya, disini banyak
tanda pengenal yang penting. Nanti kalo hilang bagaimana ? ” Ridwan mengangguk
tanda setuju. ”Oke! Ayo kita toss dulu” kata Hamzah. Dan Ridwan pun mengangkat
dan membuka jarinya untuk toss dan tersenyum.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Ok ummi, ayo berangkat” kata
Hamzah. Waktu menunjukkan pukul 06.50.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
eh,ternyata Ridwan tak mau ganti
baju. Bajunya yang dipake tidur tidak mau digantinya. Baju bermotif mobil traktor dengan saku di depan
itu terlihat kumal. Tapi Ridwan tetap tak mau ganti baju. Bahkan sampai
menangis ketika bajunya mau dilepas. Karena takut terlambat ke kantor, maka
biarlah Ridwan tidak mandi dan tak mau ganti baju.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sore itu, Hamzah pulang tak lagi
tergesa-gesa. Toh Ridwan tak menunjukkan itikad</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mengucapkan kata-kata ”Iya” untuk
dirinya. Maka kali ini Hamzah melakukan aktifitas</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
seperti biasa. Menjemput Ridwan
di rumah nenek yang ternyata memakai baju yang sama</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan baju tadi pagi. Kata nenek
”Ridwan ngak mau ganti baju, dia jingkar ( Menangis</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
hebat ) kalo bajunya mau dilepas”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Malam itu Hamzah tak ingin
bermain bola bersama anaknya. Hamzah menggiring</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ridwan untuk tidur lebih awal.
Maka diiringilah tidur Ridwan dengan tilawah.Setelah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
terlelap tidur. Hamzah meminta
istrinya untuk mengganti baju Ridwan yang kumal karena besok pagi giliran
Hamzah yang mencuci baju.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sepulang shalat subuh, Ridwan
belum bangun. Tumpukan baju satu persatu dicucinya. Hingga tiba pada baju
bermotif traktor Ridwan. Baju yang dipake seharian. Ketika mencuci, Hamzah
menemukan foto 4×6 dirinya di saku baju Ridwan…Dan hal itulah yang membuat
Ridwan tersenyum dan berkata dalam hati ”Tak usahlah engkau berkata ”Iya” Nak.
Abi sudah tahu jawabannya”……</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Anak-anak Belajar Dari
Kehidupannya</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>jika anak dibesarkan dengan
celaan, ia belajar memaki</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan dengan
permusuhan ia belajar berkelahi</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan dengan
cemoohan ia belajar rendah diri</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan dengan
hinaan ia belajar menyesali diri</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan toleransi
ia belajar menahan diri</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan dorongan
ia belajar percaya diri</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan pujian ia
belajar menghargai</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan
sebaik-baik perlakuan ia belajar keadilan</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan rasa aman
ia belajar menaruh kepercayaan</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan dukungan
ia belajar menyenangi dirinya</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Jika anak dibesarkan kasih
sayang dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>kehidupannya (dorothy law
nolie)</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Bukan termasuk umatku orang yang
tidak menghormati yang tua dan tidak</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menyayangi yang kecil ,” kata Rasulullah
saw.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ibnu Abbas r.a. berkata, bahwa
Rasulullah Saw. bersabda: “Ajarlah, permudahlah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dan jangan persulit!
Gembirakanlah dan jangan takut-takuti! Jika salah seorang dari kalian marah
hendaklah berdiam diri!” (H.R. Ahmad dan Bukhari)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rasulullah Saw bersabda:
’Barangsiapa yang mendapat ujian atau menderita karena</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mengurus anak-anaknya, kemudian
ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
akan menjadi penghalang baginya
dari siksa neraka. (HR Bukhari, Muslim, dan At</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Turmudzi).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber: http://virouz007.wordpress.com/</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-46326908520925921382012-10-20T10:33:00.002-07:002012-10-26T19:28:07.260-07:00Penantian Puluhan Tahun Seorang Gadis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1qj6IqmjKM0Ee4ttfjZg3ZoTWM_98a2P1W8nO4PTyqvdFgFBfr8lqhmJbMcf3xZRkZ-iM66rK65IXlgGOwgYdfShB60GMC7EGg-N_jvFeCcYe-U9yhMXaD7EMx6g4lyn1Y6lIepiNqFOY/s1600/penantian+puluhan+tahun+seorang+gadis.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1qj6IqmjKM0Ee4ttfjZg3ZoTWM_98a2P1W8nO4PTyqvdFgFBfr8lqhmJbMcf3xZRkZ-iM66rK65IXlgGOwgYdfShB60GMC7EGg-N_jvFeCcYe-U9yhMXaD7EMx6g4lyn1Y6lIepiNqFOY/s1600/penantian+puluhan+tahun+seorang+gadis.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Semoga catatan ini bisa memberi
hikmah bagi kita para Akhwat yang sampai</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
detik ini belum dipertemukan
dengan jodohnya”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sholat jum’at baru saja usai
ditunaikan. Pak Yunus seperti biasa masih berada dalam</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
masjid bersama beberapa bapak
yang lain. Tiba-tiba, baru saja selesai berdzikir, Pak Daud menghampiri Pak
Yunus: menepuk pundak Pak Yunus lantas berjabat tangan. Ya, Pak Yunus dan Pak
Daud sudah berteman sejak lama semenjak dipertemukan dalam satu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
pengajian.“Gimana kabarnya Pak?”,
sapa Pak Daud</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Alhamdulillah baik.
Bapak sendiri gimana?”,
balas Pak Yunus</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Alhamdulillah.. (terdiam
sebentar). Ngomong-ngomong,, masih sendirian aja nih Pak?”,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pak Daud melempar pertanyaan
gurauan yang selama ini sering diajukannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pak Yunus hanya tersenyum seperti
biasanya jika ditanya hal itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Semenjak istri Pak Yunus meninggal dunia
beberapa tahun lalu, Pak Yunus menjalani hari- harinya tanpa pendamping.
Usianya yang sudah kepala 6 pula yang sepertinya menjadi salah satu keputusan
untuk tak ingin menikah lagi. Ketiga anaknya yang telah berkeluarga membuat Pak
Yunus semakin kesepian. Ya, sebagai seorang laki-laki, terkadang perasaan
membutuhkan seorang pendamping di hari tua, juga dialami oleh Pak Yunus. Banyak
teman di sekitar Pak Yunus yang menyarankan untuk menikah lagi, termasuk Pak
Daud.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
1 Syawal 1430 H</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Hei,, saudara-saudara,, Tasya
mau nikah 2011 nanti..”, Mira, menantu Pak Daud,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tiba-tiba berteriak di ruang
tengah saat kumpul keluarga besar Pak Daud. Spontan, saudara- saudara yang lain
langsung bertanya ke yang bersangkutan, Tasya, anak bungsu Pak Daud.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Bener Sya?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Bener ka Tasya?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tasya hanya menanggapi
pertanyaan-pertanyaan itu dengan senyuman, sambil berkata:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Itu hanya rencana pribadi. Belum
tahu rencana ALLAH nantinya..”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di sisi lain, Tante Yeni hanya
terdiam, dan tersenyum yang cukup dipaksakan. Tante</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yeni adalah adik perempuan Pak
Daud yang belum juga bersuami di usianya yang menjelang kepala 5.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tasya menangkap semburat yang
tidak mengenakkan ketika melihat wajah tante</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yeni.Tasya sadar dan merasakan
apa yang tante Yeni rasakan: keponakannya sudah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
merencanakan akan menikah,,
sementara dirinya??. Mungkin hal itulah yang ada di pikiran tante Yeni, pikir
Tasya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tante Yeni memang belum menikah
hingga saat ini, yang mungkin seharusnya sudah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
saatnya mempunyai anak atau
bahkan menimang cucu. Tapi, ya itulah jodoh. Tante Yeni bisa dibilang belum
menemukan jodohnya hingga saat ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Apakah karena masalah kecantikan?
Ooohh,, tentu tidak! Tante Yeni cukup cantik</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan kulit putihnya. Apakah
karena agamanya? Oooohh,, jangan salah,, tante Yeni adalah wanita yang sangat
menjaga qiyamullail. Apakah karena hartanya? Ooohh,, tentu saja tante Yeni cukup
mandiri untuk menghidupi dirinya walaupun tanpa pekerjaan tetap, yang penting
tetap berpenghasilan. Apakah karena keturunannya? Ooohh,, tante Yeni adalah
keturunan terhormat, dari bapak yang seorang kepala sekolah. Lantas,, apa yang
membuatnya hingga saat ini belum juga menikah??</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ya, itulah misteri jodoh. Kita
tak kan
pernah tahu kapan datangnya, dan kita takkan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
pernah tahu dengan siapa kita
berjodoh. Kita hanya bisa menanti, berusaha, berdo’a dan terus memperbaiki
diri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Seperti jum’at biasanya, beberapa
bapak masih berdzikir di dalam masjid usai sholat</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
jum’at, termasuk Pak Yunus dan
Pak Daud. Pak Yunus menghampiri Pak Daud yang sedang berada di pojok masjid.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Assalamu’alaikum. Pak..”, sapa
Pak Yunus sambil menjabat tangan Pak Daud.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Wa’alaikumusalam..”, jawab Pak
Daud hangat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pak Yunus menyampaikan maksudnya;
ia ingin menikah lagi dan ingin mencoba</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
berkenalan dengan adik perempuan
Pak Daud, tante Yeni.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pak Daud dengan senang hati
menerima tawaran itu dan mengabarkan hal ini kepada</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
adiknya, tante Yeni. Tante Yeni
pun mengiyakan; hal ini yang tentunya sangat dinantikan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tante Yeni.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pertemuan pertama pun sudah
diatur oleh Pak Daud. Pak Daud menemani Pak Yunus</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
untuk berkunjung ke rumah orang
tua Pak Daud, yang tak lain dan tak bukan adalah tempat tinggal tante Yeni.
Mereka berbincang dan berkenalan lebih dalam.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pertemuan demi pertemuan
dilakukan. Tak ada jalan berdua, selalu ada yang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menemani, layaknya ta’aruf pada
umumnya. Hanya ada 4 kali pertemuan dan kedua belah pihak keluarga juga
menyetujui, termasuk anak-anak Pak Yunus. Akhirnya khitbah pun dilangsungkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Keluarga besar Pak Daud telah
berkumpul sejak pagi di rumah orang tua Pak Daud.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hari ini akan ada ada pertemuan
dua keluarga: keluarga Pak Yunus dan keluarga tante Yeni. Di sela-sela
persiapan khitbah, Tasya menemani tante Yeni di kamarnya dan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bermaksud mendapatkan cerita yang
menarik dari proses ini. Proses menuju pernikahan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
seorang gadis berumur 40-an
dengan duda berumur 60-an, sungguh kisah yang unik.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Gimana tante perasaannya?”,
tanya Tasya to the point.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Yaaaa,, gak nyangka aja. Padahal
kamu yang udah ngerencanain nikah, sedangkan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tante gak punya rencana apa-apa.
Tapi ternyata sekarang tante mau dilamar..”, jawab</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tante Yeni sumringah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ya,, gitu deh kalo udah rencana
ALLAH. Aku juga itu baru rencana pribadi. Gak tau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
deh ke depannya gimana. Mungkin
bisa dipercepat atau diperlambat sama ALLAH</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dari rencanaku.”, Tasya semakin
bijak dalam kata-kata.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Iya, padahal kan tante udah hampir 50 umurnya. Tapi
ternyata emang baru saat ini</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
ALLAH memberikan jodoh itu. Nggak
tau kenapa pas sama Pak Yunus, terasa dimudahin banget prosesnya, cuma 4 kali
ketemuan. Pas ketemuan 2 kali, dia sms kalo mantap dengan pilihannya. Pas
ketemu sama anak-anaknya, tante juga gak merasa takut, biasa aja. Ya, tante mah
berdoa aja sama ALLAH, jika memang ini yang terbaik maka dekatkanlah dan mudahkanlah,
dan jika memang bukan terbaik untukku, maka jauhkanlah dengan baik-baik.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Alhamdulillah,, proses itu
dimudahkan dan hati tante pun mantap.”, cerita panjang tante Yeni begitu
membuat Tasya terperangah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Semoga lancar ya Tan,, ke
depannya..”, Tasya menguatkan tante Yeni, sambil</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bersiap menuju ruang keluarga
karena sudah banyak yang menunggu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah khitbah, hari itu juga
keluarga besar tante Yeni pun berkumpul untuk membicarakan resepsi pernikahan
yang sungguh unik ini. Mulai dari membuat undangan, kepanitiaan sampai
pembagian tugas. Ya, resepsi pernikahan yang akan dilangsungkan tak jauh beda dengan
resepsi pernikahan pasangan muda pada umumnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Akad nikah yang dilangsungkan
beberapa hari setelah Hari Raya Idul Adha begitu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
khidmat. Undangan para anak yatim
piatu turut merasakan kebahagiaan kedua mempelai</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
pada resepsi pernikahan. Dan
kini, doa tante Yeni terkabul sudah; menutup masa lajangnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kisah ini terinspirasi dari kisah
nyata tanteku. Ya, dalam masa penantian menemukan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
jodohnya, tak sepatah kata pun
kudengar dari bibirnya menyalahkan takdir, menyalahkan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
ALLAH yang seolah tak berpihak
padanya. Dalam masa penantian itu, dia sibukkan dirinya dengan ibadah kepada
ALLAH dan kegiatan sosial di lingkungannya. Hingga akhirnya, selama penantian
bertahun-tahun, puluhan tahun lamanya, teruji sudah kesabarannya, dan ia pun
mendapatkan jodoh yang insya ALLAH terbaik menurut ALLAH. Itulah misteri jodoh.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kita tak kan pernah tahu kapan jodoh itu datang.
Manusia hanya bisa berencana. Namun,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
ALLAH-lah yang berkehendak atas
semuanya. Bisa saja jodoh kita datang menjadi lebih</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
cepat atau bahkan lebih lambat
dari rencana kita sebelumnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kita pun tak kan pernah tahu dengan siapa kita berjodoh.
Entah itu dengan orang yang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sudah dekat dengan kita maupun
orang jauh sekalipun yang tak pernah saling bertemu. Atau bahkan kita tak dipertemukan
dengan jodoh kita di dunia ini, tapi di syurga-NYA nanti. Allahu Akbar!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saudaraku, yakinlah bahwa ALLAH
telah menyiapkan skenario terbaik untuk</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kita dalam masalah jodoh. Tak
perlu khawatir. Karena ALLAH telah berkata dalam</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Q.S An-Nahl:72</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Dan Allah telah menjadikan
jodoh-jodoh kamu sekalian dari jenismu sendiri, lalu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menjadikan anak-anak dan cucu
bagi kamu dari jodoh-jodohmu.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saudaraku, jangan pernah
terbersit sedikitpun bahwa ALLAH tak adil karena</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sampai saat ini jodoh belum juga
menghampiri. Coba instrospeksi diri. Gunakan masa</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
penantian jodoh ini dengan terus
berikhtiar, berdoa dan terus sibuk memperbaiki diri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bukankah kita menginginkan jodoh
yang baik? Seperti yang dijanjikan-NYA dalam</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Q.S An-nuur:26</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Wanita – wanita yang keji adalah
untuk laki – laki yang keji dan laki – laki yang keji adalah untuk wanita yang
keji. Dan wanita – wanita yang baik adalah untuk laki – laki yang baik, dan
laki – laki yang baik adalah untuk wanita – wanita yang baik (pula).”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Teruntuk tanteku:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Barakallahu Laka
Wa Baraka ‘Alaika Wa
Jama’a Bainakuma Fi Khair”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
**********************</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber: http://virouz007.wordpress.com/</div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-29114804890940227112012-10-20T10:22:00.001-07:002012-10-26T19:25:33.234-07:00Kisah Sebuah Pernikahan<div style="text-align: justify;">
<br /><br /><br /><br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwh7UKf88sbwlmzrEQv2CdKg-ZDQhACniViqSXycRZk9oGTFfIYUX11zhHtgxjadRtQhM_2DnCzuY_ntP1iCuqoU0I1LWv8nWfzDNDyqaTiLEPMC1i5snQj7pYd_hLH073_9IGodYbGPZo/s1600/kisah+sebuah+pernikahan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwh7UKf88sbwlmzrEQv2CdKg-ZDQhACniViqSXycRZk9oGTFfIYUX11zhHtgxjadRtQhM_2DnCzuY_ntP1iCuqoU0I1LWv8nWfzDNDyqaTiLEPMC1i5snQj7pYd_hLH073_9IGodYbGPZo/s320/kisah+sebuah+pernikahan.jpg" width="250" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Sedikit Renungan cerita buat
kita yang banyak hikmahnya jika kita mau mengkajinya”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hari pernikahanku. Hari yang
paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat itu aku</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menjadi makhluk yang paling
berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Betapa tidak. Di hari bersejarah
ini tak ada satu pun sanak saudara yang menemaniku ke</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tempat mempelai wanita. Apalagi
ibu. Beliau yang paling keras</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menentang perkawinanku.Masih
kuingat betul perkataan ibu tempo hari,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Jadi juga kau nikah sama
buntelan karung hitam’ itu ….?!?” Duh……, hatiku sempat</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kebat-kebit mendengar ucapan itu.
Masa calon istriku disebut ‘buntelan karung hitam’.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kamu sudah kena pelet barangkali
Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan wajah yang sama sekali tak
menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!”
sambung ibu lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu
menghina sekasar itu. Dia kan
ciptaan Allah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bagaimana jika pencipta-Nya marah
sama ibu…?” Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi.
Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Oh…. rupanya kau lebih memillih
perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yanto. Silahkan kau menikah tapi
jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan
jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
DEGG !!!!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Yanto…. jangan bengong terus.
Sebentar lagi penghulu tiba,” teguran Ismail</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
membuyarkan lamunanku. Segera
kuucapkan istighfar dalam hati.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Alhamdulillah penghulu sudah
tiba. Bersiaplah …akhi,” sekali lagi Ismail memberi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
semangat padaku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Aku terima nikahnya, kawinnya
Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kawin seperangkat alat sholat
tunai !” Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ya Allah hari ini telah Engkau
izinkan aku untuk meraih setengah dien.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mudahkanlah aku untuk meraih
sebagian yang lain.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di kamar yang amat sederhana. Di
atas dipan kayu ini aku tertegun lama.Memandangi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
istriku yang tengah tertunduk
larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan
membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Assalamu’alaikum …. permintaan
hafalan Qur’annya mau di cek kapan De’…?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tanyaku sambil memandangi
wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sebelum menikah, istriku memang
pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan
Qur’an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Nanti saja dalam qiyamullail,”
jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
berbalut kerudung putih, ia
sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
ingin menolak. Namun ketika aku
beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
melakukan itu , ia menyerah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kini aku tertegun lama. Benar
kata ibu ..bahwa wajah istriku ‘tidak menarik’.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sekelebat pikiran itu muncul dan
segera aku mengusirnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Matanya berkaca-kaca menatap
lekat pada bola mataku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Bang, sudah saya katakan sejak
awal ta’aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Kalau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Abang kecewa, saya siap dan
ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristrikan saya,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mudah-mudahan Allah memberikan
keberkahan yang banyak untuk Abang. Seperti</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
keberkahan yang Allah limpahkan
kepada Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sesuatu yang tidak ia sukai pada
istrinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
yang dibacakan ibunya Imam Malik
pada suaminya pada malam pertama pernikahan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mereka,” …</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dan bergaullah dengan mereka
(istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sesuatu, padahal Allah
menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS An-Nisa:19)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mendengar tutur istriku,
kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
lekat. Aku teringat kisah suami
yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita
itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam
sejarah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ya Rabbi aku menikahinya karena
Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sayang milikMu pada hatiku
untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan segenap hati yang ikhlas.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pelan kudekati istriku. Lalu
dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sementara, istriku menangis
tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Jangan memaksakan diri untuk
ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh… saya siap</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menerima keputusan apapun yang
terburuk,” ucapnya lagi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Tidak…De’. Sungguh sejak awal
niat Abang menikahimu karena Allah. Sudah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
teramat bulat niat itu. Hingga
Abang tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang
tadi pagi,” paparku sambil menggenggam erat tangannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Malam telah naik ke puncaknya
pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do’a</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kubentangkan pada Nya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Robbi, tak dapat kupungkiri
bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
buat laki-laki. Namun telah
kutepis memilih istri karena rupa yang cantik karena aku</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi
saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
cinta sejatiku hanya akan
kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan-Mu dalam Jannah-Mu !”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku beringsut menuju pembaringan
yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
istriku denan segenap hati yang
ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kenapa tidak? Bukankah ia wanita
sholihah sejati. Ia senantiasa menegakkan malam-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
malamnya dengan munajat panjang
pada-Nya.Ia senantiasa menjaga hafalan KitabNya. Dan senantiasa melaksanakan
shoum sunnah Rasul Nya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“…dan diantara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tandingan selain Allah. Mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Adapun orang-orang yang beriman
amat sangat cintanya pada Allah …” (QS. al-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Baqarah:165)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Ya Allah sesungguhnya aku ini
lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
muliakanlah aku dan aku fakir
maka kayakanlah aku wahai Dzat yang maha Pengasih”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sumber : cerpenislami</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-64728196012063477772012-10-20T10:06:00.000-07:002012-10-20T10:07:53.810-07:00Kisah perempuan miskin, Sapi dan Gaza<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD6X7_PcTl2PH6sf9ujQvf0l6pnwMJpOoIQVonalIYcYm3UxHyIzphDdeV_8LjN0f2Xc6KrBpk0roreqSGRsmH7sOWmWpmeAMN_-yf1OcjX9-g1EYZHHOAgaDZYG7W-Odnwq1nxmhSL92b/s1600/perempuan+miskin+dan+sapi.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD6X7_PcTl2PH6sf9ujQvf0l6pnwMJpOoIQVonalIYcYm3UxHyIzphDdeV_8LjN0f2Xc6KrBpk0roreqSGRsmH7sOWmWpmeAMN_-yf1OcjX9-g1EYZHHOAgaDZYG7W-Odnwq1nxmhSL92b/s320/perempuan+miskin+dan+sapi.jpeg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kisah nyata ini terjadi di salah
sebuah daerah di Yaman.Kisah penderitaan dan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kepahitan yang dilalui oleh
penduduk Gaza
tersebar ke seantero dunia. Semua orang marah, benci, dendam dan sedih. Dimana
korban kebanyakan adalah anak-anak kecil tak berdosa yang menjadi korban
muntahan peluru sehingga darah membasah bumi tanpa henti.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tragedi dahsyat ini juga sampai
juga ke telinga seorang perempuan tua yang hidup</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
miskin di salah sebuah kampung di
Yaman. Sama seperti orang lain, dia juga turut sedih dan pilu sehingga berurai
air mata. Lantas suatu hari, dia berusaha sekuat upaya untuk mencoba membantu
sekadar semampunya. Kebetulan , ‘harta’ yang dia punya adalah seekor sapi tua,
terlalu uzur, kurus dan sudah tidak bermaya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan semangat tinggi dan
perasaan simpati amat sangat, dia berniat</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menyedekahkan Sapinya itu kepada
penduduk Gaza
lalu berjalan kaki dari rumah pergi ke salah sebuah masjid di Yaman sambil
memegang sapi tunggal kesayangannya itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kebetulan hari itu Jumaat dan
para jemaah sudah mengerumuni pekarangan masjid</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
untuk melaksanakan ibadat
tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika itu, betapa ramai yang
melihat dan memperhatikan perempuan tua nan miskin</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan sapinya yang berada di
sisi luar masjid. Ada
yang mengangguk, ada yang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menggeleng kepala. Tak terkecuali
ada juga yang tersenyum sinis, tertawa, mengejek melihat perempuan miskin yang
setia berdiri di sisi sapinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Masa berlalu, jemaah masjid
walaupun khusyuk mendengar khutbah imam namun</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sesekali memperhatikan dua
mahkhluk tuhan itu. Perempuan dan sapi itu masih di situ yang tanpa rasa malu
atau segan diraut wajahnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah imam turun dari mimbar,
solat Jumaat kemudian dilakukan, biar dibakar terik</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mentari dan peluh menitis dan
memercik di muka, perempuan dan sapi tua itu masih saja di situ.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Segera setelah jemaah selesai
solat dan berdoa, tiba-tiba perempuan itu dengan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tergesa-gesa menarik sapi itu
membawanya ke depan pintu masjid sambil menanti dengan penuh sabar tanpa
mempedulikan jemaah yang keluar. Ramai juga orang yang tidak beranjak dan
perasaan ingin tahu, apa yang bakal dilakukan oleh perempuan tua itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tatkala imam masjid keluar,
perempuan tua itu bingkas berkata :”Wahai imam, aku</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
telah mendengar kisah sedih
penduduk di Gaza.
Aku seorang yang miskin tetapi aku</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bersimpati dan ingin membantu.
Sudilah kau terima satu-satunya sapi yang ku punyai untuk dibawa ke Gaza, untuk di berikan kepada penduduk di sana.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gaduh seketika orang yang berada
di masjid itu. Imam kaget dengan permintaan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
perempuan itu namun keberatan
untuk menerima. Ya, bagaimana membawa sapi tua itu ke Gaza? Kemudian para jemaah mulai
bercakap-cakap. Ada
yang mengatakan tindakan itu tidak munasabah apalagi sapi itu sudah tua dan
tiada harga.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Tolonglah.. bawalah sapi ini ke Gaza. Inilah saja yang aku
punya. Aku ingin benar</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
membantu mereka,” ulang perempuan
yang tidak dikenali itu. Imam tadi masih</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
keberatan.Masing-masing jemaah
berkata-kata dan berbisik antara satu sama lain. Semua</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
pandangan tertumpu kepada
perempuan dan sapi tuanya itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Mata perempuan tua yang miskin
itu sudah mulai berkaca dan berair namun tetap</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
tidak beranjak dan terus merenung
ke arah imam tersebut. Sunyi seketika suasana.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tiba-tiba muncul seorang jemaah
lalu bersuara mencetuskan idea: ”Tak mengapalah,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
biar aku beli sapi perempuan ini
dengan harga 10,000 riyal dan bawa uang itu kemudian</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
sedekahkanlah kepada penduduk di Gaza.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Imam kemudian nampak setuju.
Perempuan miskin tua itu kemudian menyeka air</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
matanya yang sudah tumpah. Dia
membisu namun sepertinya setuju dengan pendapat jemaah itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tiba-tiba bangkit pula seorang
anak muda, memberi pandangan yang jauh lebih hebat</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
lagi: ”Bagaimana kalau kita
rama-ramai membuat tawaran tertinggi sambil bersedekah untuk membeli sapi ini
dan duit nya nanti diserahkan ke Gaza?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perempuan itu terkejut, termasuk
imam itu juga. Rupa-rupanya cetusan anak muda ini</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
diterima semua orang. Kemudian
dalam beberapa menit para jemaah berebut-rebut</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
menyedekahkan uang mereka untuk
dikumpulkan dengan cara lelang tertinggi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ada yang mulai menawar dari 10,000 ke 30,000
riyal dan berlanjutan untuk seketika.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Suasana pekarangan masjid di
Yaman itu menjadi riuh selama proses lelang sapi tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Akhirnya sapi tua, kurus dan
tidak bermaya milik perempuan tua miskin itu dibeli</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dengan harga 500,000 riyal,
setelah itu uang diserahkan kepada imam masjid, semua sepakat membuat keputusan
itu, kemudian salah seorang jemaah berbicara kepada perempuan tua itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Kami telah melelang sapi kamu
dan telah mengumpulkan uang sejumlah 500,000</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
riyal untuk membeli sapi itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Akan tetapi kami telah sepakat,
uang yang terkumpul tadi diserahkan kepada imam</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
untuk disampaikan kepada penduduk
Gaza dan sapi
itu kami hadiahkan kembali kepada</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kamu,” katanya sambil
memperhatikan perempuan tua nan miskin itu yang kembali</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
meneteskan air mata gembira.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tanpa diduga, Allah mentakdirkan
segalanya, niat perempuan miskin itu untuk</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
membantu meringankan beban
penderitaan penduduk Palestina akhirnya tercapai dan</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dipermudahkan sehingga terkumpul
uang yang banyak tanpa kehilangan “harta” satu-satunya yang ada . Subhanallah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda</b> :</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Sesungguhnya Allah tidak melihat
kepada rupa dan amal-amal kalian, tetapi Dia</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
melihat kepada hati dan niat
kalian.” (shahih Muslim dan lainnya)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda</b> :</div>
<div class="MsoNormal">
“Barangsiapa yg bersedekah (walau) sebesar kurma dari usaha
yg baik, dan Allah</div>
<div class="MsoNormal">
tidak menerima kecuali yg baik, dan Sungguh Allah swt
menerimanya dg sambutan</div>
<div class="MsoNormal">
hangat, lalu melipat gandakannya untuk orang itu seperti
kalian mengasuh bayi yg</div>
<div class="MsoNormal">
disusuinya, hingga sebesar gunung” (Shahih Bukhari)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Hikmah dari kisah ini adalah segala niat murni yang baik
senantiasa mendapat</div>
<div class="MsoNormal">
perhitungan dan ganjaran Allah apalagi jika datang dari hati
kecil seorang yang miskin yang mau membantu umat islam yang menderita akibat
dizalimi rejim zionis israel,
biarpun diri serba payah dan serba kekurangan. sesuai dengan Firman Allah
Ta’ala,</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-</div>
<div class="MsoNormal">
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,
atau berbuat ma’ruf,</div>
<div class="MsoNormal">
atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat</div>
<div class="MsoNormal">
demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami
memberi kepadanya</div>
<div class="MsoNormal">
pahala yang besar.” (QS. An Nisa’ [4] :114)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Semoga bermanfaat…….</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
(Kisah ini di ambil dari Timbalan Mursyidul Am PAS Dato’
Haron Din kepada Harakah</div>
<div class="MsoNormal">
daily melalui kisah nyata yang di terbitkan di sebuah
majalah Arab)</div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-84770255862470413322012-10-20T09:32:00.001-07:002012-10-20T09:32:27.291-07:00Belum Haji Sudah Mabrur<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjelMEUn-i3Wfsq4bFtvMuWWX9Wb0kzCj8SBr6hyEUO0GtDIX2i4i-qVqVxtMTyqyspDPvP4Au8Hji2r05aoM59IVEyfTyuUCzT4-yCNHyJeyo9PDESJrIExJVrsXKQ-G_H8FWELjcxiMYx/s1600/blm+haji+udah+mabrur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjelMEUn-i3Wfsq4bFtvMuWWX9Wb0kzCj8SBr6hyEUO0GtDIX2i4i-qVqVxtMTyqyspDPvP4Au8Hji2r05aoM59IVEyfTyuUCzT4-yCNHyJeyo9PDESJrIExJVrsXKQ-G_H8FWELjcxiMYx/s1600/blm+haji+udah+mabrur.jpg" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ini kisah tentang Yu Timah.
Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami. Dia salah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
seorang penerima program Subsidi
Langsung Tunai (SLT) yang kini sudah berakhir. Yu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Timah adalah penerima SLT yang
sebenarnya. Maka rumahnya berlantai tanah, berdinding anyaman bambu, tak punya
sumur sendiri. Bahkan status tanah yang di tempati gubuk Yu Timah adalah bukan
milik sendiri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan
kurus dan tidak menikah. Dia sebatang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kara. Dulu setelah remaja Yu Timah
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun, seiring usianya yang terus
meningkat, tenaga Yu Timah tidak laku di pasaran</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
pembantu rumah tangga. Dia
kembali ke kampung kami. Para tetangga
bergotong royong</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
membuatkan gubuk buat Yu Timah
bersama emaknya yang sudah sangat renta. Gubuk itu didirikan di atas tanah
tetangga yang bersedia menampung anak dan emak yang sangat miskin itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Meski hidupnya sangat miskin, Yu
Timah ingin mandiri. Maka ia berjualan nasi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bungkus. Pembeli tetapnya adalah
para santri yang sedang mondok di pesantren kampung</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kami. Tentu hasilnya tak
seberapa. Tapi Yu Timah bertahan. Dan nyatanya dia bisa hidup</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bertahun-tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemarin Yu Timah datang ke rumah
saya. Saya sudah mengira pasti dia mau bicara</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
soal tabungan. Inilah hebatnya.
Semiskin itu Yu Timah masih bisa menabung di bank</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
perkreditan rakyat syariah di
mana saya ikut jadi pengurus. Tapi Yu Timah tidak pernah mau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
datang ke kantor. Katanya, malu
sebab dia orang miskin dan buta huruf. Dia menabung</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rp5.000 atau Rp10 ribu setiap
bulan. Namun setelah menjadi penerima SLT Yu Timah bisa setor tabungan hingga
Rp 250 ribu. Dan Saldo terakhir Yu Timah adalah Rp 650 ribu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yu Timah biasa duduk menjauh bila
berhadapan dengan saya. Malah maunya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bersimpuh di lantai, namun selalu
saya cegah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Pak, saya mau mengambil
tabungan,” kata Yu Timah dengan suaranya yang kecil.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”O, tentu bisa. Tapi ini hari
Sabtu dan sudah sore. Bank kita sudah tutup. Bagaimana bila</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Senin?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Senin juga tidak apa-apa. Saya
tidak buru-buru.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Mau ambil berapa?” tanya saya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Enam ratus ribu, Pak.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Kok banyak sekali. Untuk apa,
Yu?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yu Timah tidak segera menjawab.
Menunduk, sambil tersenyum malu-malu. ”Saya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mau beli kambing kurban, Pak.
Kalau enam ratus ribu saya tambahi dengan uang saya yang di tangan, cukup untuk
beli satu kambing.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saya tahu Yu Timah amat menunggu
tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi kata-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
katanya karena saya masih diam.
Karena lama tidak memberikan tanggapan, mungkin Yu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Timah mengira saya tidak akan
memberikan uang tabungannya. Padahal saya lama terdiam karena sangat terkesan
oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Iya, Yu. Senin besok uang Yu
Timah akan diberikan sebesar enam ratus ribu. Tapi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yu, sebenarnya kamu tidak wajib
berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang
lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak membeli
kambing kurban?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya
benar-benar ingin berkurban. Selama ini memang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
saya hanya jadi penerima. Namun
sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Baik, Yu. Besok uang kamu akan
saya ambilkan di bank kita.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wajah Yu Timah benderang.
Senyumnya ceria. Matanya berbinar. Lalu minta diri,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dan dengan langkah-langkah
panjang Yu Timah pulang. Setelah Yu Timah pergi, saya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span>termangu sendiri. Kapankah Yu Timah mendengar,
mengerti, menghayati, lalu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span>menginternalisasi ajaran kurban yang
ditinggalkan oleh Kanjeng Nabi Ibrahim? Mengapa orang yang sangat awam itu bisa
punya keikhlasan demikian tinggi sehingga rela mengurbankan hampir seluruh
hartanya? Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji yang biayanya mahal
itu tidak mengubah watak orangnya. Mungkin saya juga begitu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ah, Yu Timah, saya jadi malu.
Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji, namun kamu sudah
jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak kau
belikan makanan, televisi, atau pakaian yang bagus. Uangmu malah kamu belikan
kambing kurban. Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing,
tapi kali ini akan saya langgar. Saya ingin menikmati daging kambingmu yang
sepertinya sudah berbau surga. Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik
haji.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span>Sumber:
http://virouz007.wordpress.com/</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-39935316310414383282012-10-20T09:17:00.000-07:002012-10-20T09:17:03.600-07:00Abu Bakar As-Sidiq<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik3Z-nQkhm8_6oF9BFmQoVN6DpAgNZRqsDsR2qVYrImQM-ZyiT9fm5wwUIZi2Bcw0vOKUkvyn1jqXIdxiCPLFcGA6IoyNiwZUreHQHK45itTryU1qBl8dz6AdYDEIna1VJ6exAvFS3V-oI/s1600/Abu+Bakar+as+Shiddiq1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik3Z-nQkhm8_6oF9BFmQoVN6DpAgNZRqsDsR2qVYrImQM-ZyiT9fm5wwUIZi2Bcw0vOKUkvyn1jqXIdxiCPLFcGA6IoyNiwZUreHQHK45itTryU1qBl8dz6AdYDEIna1VJ6exAvFS3V-oI/s320/Abu+Bakar+as+Shiddiq1.jpg" width="283" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Abu Bakar bin Abu Quhafah,
turunan bani Taim bin Murrah, bin Kaab, bin Luai, bin Kalb Al-Qurasyi. Pada
Murrah bertemulah nasabnya dengan Rasul. ibunya Ummul Khair Salma binti Sakhr
bin Anrir, turunan Taim bin Murrah juga . Dia lahir pada tahun kedua dari tahun
gajah, jadi dua tahun lebih tua Rasulullah daripadnya. Sejak mudanya telah
masyhur budinya yang tinggi dan perangai- nya yang terpuji. Dia sanggup
menyediakan segala bekal rumah- tangganya dengan usahanya sendiri. Sebelum
Rasulullah diutus, persahabatan mereka telah karib juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tatkala telah ditetapkan beliau menjadi Nabi,
maka Abu Bakarlah laki-laki dewasa yang mula-mula sekali mempercayainya.
Rasulullah paling sayang dan cinta kepada sahabatnya itu, kerana dia adalah
sahabat yang setia dan hanya satu-satunya orang dewasa tempatnya mesyuarat di
waktu pejuangan dengan kaum Quraisy sangat hebatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap-tiap orang besar mempunyai kelebihan
sendiri, yang akan diingat orang bila menyebut namanya. Abu Bakar masyhur dengan
kekuatan kemahuan, kekerasan hti, pemaaf tetapi rendah hati, dermawan dan
berani bertindak lagi cerdik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam mengatur pemerintahan, meskipun tidak
lama, masyhur siasatnya yang mempunyai semboyan keras tak dapat dipatahkan,
lemah lembut tetapi tak dapat disenduk. Hukuman belum dijatuhkan sebelum
pemeriksaan memuaskan hatinya, sebab itu diperintahkan- nya kepada
wakil-wakilnya di tiap-tiap negeri supaya jangan tergesa-gesa menjatuhkan
hukum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah menghukum seseorang hingga tidak jadi
terhukum, lebih baik daripada salah hukum yang menyebabkan yang tidak bersalah
sampai terhukum. Meskipun sukar hidupnya, pantang benar baginya mengadukan
halnya kepada orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada orang yang tahu kesusahan hidupnya,
kecuali beberapa orang sahabatnya yang karib yang senantiasa memperhatikan
dirinya, sebagai Umar. Setelah dia diangkat menjadi Khalifah, beberapa bulan
dia masih rneneruskan pemiagaannya yang kecil itu. Tetapi kemudian ternyata
rugi, sebab telah menghadapi urusan negeri sehingga dengan permintaan orang
banyak, pemiagaan itu iberhentikannya dan dia mengambil kadar belanja tiap hari
daripada wang negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Jadi
Khalifah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah memegang dua jabatan, pertama
menyampaikan kewajiban sebagai seorang pendakwah. Kedua bartindak selaku ketua
kaum Muslimin. Kewajiban pertama telah selesai seketika dia menutup mata,
tetapi kewajiban yang kedua, menurut partimbangan kaum Muslimin ketika itu
perlu disambung oleh yang lain, kerana suatu umat tidak dapat tersusun
persatuannya kalau mereka tidak mempunyai pemimpin. Sebab itu perlu ada
gantinya (khalifahnya).</div>
<div style="text-align: justify;">
Belum lagi Rasulullah dikebumikan, telah timbul
dua macam pendapat. Pertama ialah menentukan pangkat Khalifah itu di antara
kaum keluarga Rasulullah yang terdekat.Pendapat pertama ini terbagi dua pula.
Pertama rnenentukan pangkat Khalifah itu dalam persukuan Rasulullah. Kedua
hendaklah ditentukan di dalam rumahtangganya yang sekarib-karibnya. Di waktu
dia menutup mata adalah orang yang paling karib kepadanya saudara ayahnya;
Abbas bin Abdul Muttalib dan anak saudara ayahnya Ali dan Aqil, keduanya anak
Abu Thalib. Kelebihan Ali daripada Abbas dan Aqil ialah kerana dia menjadi
menantu pula dari Rasulullah, suami dari Fatimah. Kelebihan Abbas ialah dia
waris yang paling dekat kepada beliau. Artinya jika sekiranya tidaklah ada
beliau meninggalkan anak dan isteri, maka Abbas itulah yang akan menjadi
ashabah (waris yang menerima sisa harta) yakni kalau harta Rasulullah boleh
diwariskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendapat kedua: Khalifah hendaklah orang Ansar.
Setelah Rasulullah wafat, berkumpulah kepala-kepala kaurn Ansar di dalam sebuah
balairung kepunyaan bani Saidah, balk Ansar pihak Aus mahupun Ansar dari
persukuan Khazraj. Maksud mereka hendak memilih Saad bin Ubadah menjadi
Khalifah Rasulullah, sebab dialah yang paling terkedahapan dari pihak kaum
Ansar ketika itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa lagi Saad sendiri telah berpidato kepada
mereka yang menganjurkan bagaimana keutamaan dan kemuliaan kaum Ansar, terutama
dalam membela Rasulullah dan mempertahankan agama Islam, sehingga beroleh gelar
Ansar, artinya pembela, tidak ada orang lain yang berhak menjabat pangkat itu
melainkan Ansar. Perkataannya itu sangat mendapat perhatian dari hadirin,
semuanya setuju. Tetapi salah seorang di antara yang hadir bertanya: Bagaimana
kalau saudara-saudara kita orang Quraisy tidak setuju, dan sekiranya mereka
kemukakan alasan bahwa merekalah kaum kerabat yang karib dan ahli negerinya,
apa jawab kita? Seorang Ansar menjawab saja dengan cepat: Kalau mereka tidak
setuju, lebih baik kita pilih saja seorang Amir dari pihak kita dan mereka pun
memilih pula Amir dari pihaknya, dan kita tidak mahu dengan aturan yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saad membantah sangat pendapat itu, dia berkata:
Itulah pangkal kelemahan. Berita permesyuaratan itu lekas sampainya kepada
orang-orang besar dalam Muhajirin, sebagai Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan
lain-lain. Sebentar itu juga dengan segera mereka pergi ke balairung itu. Baru
saja sampai Abu Bakar terus berpidato: Allah Taala telah memilih Muhammad
menjadi RasulNya, membawa petunjuk dan kebenaran. Maka diserunyalah kita kepada
Islam, dipegangnya ubun-ubun kita semuanya dan dipengaruhinya baiat kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kamilah kaum Muhajirin yang mula-mula memeluk
Islam, kamilah keluarga Rasulullah, dan kamilah pula suatu kabilah yang boleh
dikatakan menjadi pusat perhubungan semua kabilah di Tanah Arab ini, tidak ada
satu kabilah pun yang tidak ada perhubungannya dengan kami. Dan kamu pula, kamu
mempunyai kelebihan dan keutamaan. Kamu yang membela dan menolong kami, kamulah
wazir-wazir besar kami di dalam pekeriaan besar agama ini, dan wazir Rasulullah,
kamulah saudara kandung kami di bawah lindungan Kitabullah, kamu kongsi kami
dalam agama, baik di waktu senang apa lagi di waktu susah. Demi Allah, tidak
ada kebaikan yang kami dapati, melainkan segala kebaikan itu kamu pun turut
menanamnya. Kamulah orang yang paling kami cintai, paling kami muliakan, dan
orang-orang yang paling patut takluk kepada kehendak Allah mengikut akan
suruhNya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Janganlah kamu dengki kepada saudara kamu kaum
Muhajirin, sebab kamulah sejak dahulunya orang yang telah sudi menderita susah
lantaran membela kami. Saya percaya sungguh, bahwa haluan kamu belum berubah
kepada kami, kamu masih tetap cinta kepada Muhajirin. Saya percaya sungguh,
bahwa nikmat yang telah dilebihkan Tuhan kepada Muhajirin ini tidak akan kamu
hambat, saya percaya sungguh bahwa kamu tidakkan dengki atas ini: Sekarang saya
serukan kamu memilih salah seorang daripada yang berdua ini, iaitu Abu Ubaidah
atau Umar, keduanya saya percaya sanggup memikulnya, dan keduanya memang
ahlinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai pidato Abu Bakar itu, maka
berdirilah Khabbab bin Al-Munzir berpidato pula:Wahai sekalian Ansar, pegang
teguh hakmu, seluruh manusia di pihakmu dan membelamu, seorang pun tidak ada
yang akan berani melangkahi hakmu, tidak akan diteruskan orang suatu pekerjaan,
kalau kamu tak campur di dalam. Kamu ahli kegagahan dan kemuliaan, kaya dan
banyak bilangan, teguh dan banyak pengalaman, kuat dan gagah perkasa. Orang
tidak akan melangkah ke muka sebelum melihat gerak kamu. Kamu jangan berpecah,
supaya maksud kita jangan terhalang. Kalau mereka tidak hendak memperhatikan
iuga, biarlah mereka beramir sendiri dan kita beramir sendiri pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar itu Umar lalu menyambung
pembicaraannya: Jangan, itu sekali-kali jangan disebut: Tidak dapat berhimpun
dua kepala dalam satu kekuasaan. Khabbab berdiri kembali:Sekalian Ansar! Pegang
teguh hakmu jangan undur, jangan didengarkan cakap orang ini dan kawan-
kawannya, lepas hakmu kelak. Hebat sekali pertentangan Umar dengan Khabbab.
Dengan tenang Abu Ubaidah tampil ke muka dan berkata: Kaum Ansar! Ingatlah
bahwa kamu yang mula-mula menjadi pembela dan penolong, rnaka ianganlah kamu
pula yang mula-mula menjadi pemecahan dan penukar. Dengan tangkas Basyir bin
Saad tampil ke muka, dia seorang yang terpandang dalam golongan Ansar dari Aus:
Wahai kaum Ansar, memang, demi Allah, kita mempunyai beberapa kelebihan dan
keutamaan, di dalam pejuangan yang telah ditempuhi oleh agama ini. Tetapi
ingatlah, pekerjaan besar itu kita lakukan bukanlah lantaran mengharap yang
lain, hanyalah semata-mata mengharapkan redha Allah dan taat kepada Nabi kita,
untuk penunjukan diri kita masing-masing kepada Tuhan!</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab itu tidaklah patut kita me- manjangkan
mulut menyebut-nyebut jasa itu kepada manusia, jangan diambil menyebut-nyebut
jasa itu untuk peningkat dunia. Ingatlah bahwa Allah telah memberi kita
kemuliaan dan pertolongan bukan sedikit. Ingat pula bahwa Muhammad itu terang
dari Quraisy, kaumnya lebih berhak menjadi penggantinya mengepalai kita. Demi
Allah, saya tidak mendapat satu jalan untuk menentang mereka pada pekejaan yang
telah terang ini. Takutlah kepada Allah, jangan bertingkah dengan
saudara-saudara kita Muhajirin, jangan berselisih! Majlis tenang!</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika itu berkatalah Abu Bakar: Ini ada Abu
Ubaidah dan Umar, pilihlah mana di antara keduanya yang kamu sukai dan
baiatlah! Dengan serentak keduanya membantah:Tidak, tidak. Demi Allah, kami
tidak akan mahu menerima pekerjaan besar ini selama engkau masih ada, engkaulah
orang Muhajirin yang lebih utama, engkaulah yang berdua saja dengan dia di
dalam gua ketika terusir, engkaulah yang ditetapkannya menjadi gantinya
sembahyang seketika dia sakit, ingatlah bahwa sembahyang itu seutama-utama
agama orang Islam! Siapakah yang akan berani melangkahimu dan memegang
pekerjaan ini…? Tadahkan tanganmu, kami hendak membaiatkan engkau!</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Umar mengambil tangannya dan membaiatnya,
setelah itu mengikut Abu Ubaidah, diiringi oleh Basyir bin Saad. Basyir dari
golongan Ansar persukuan Aus, Saad bin Ubadah dari persukuan Khazraj, Aus jauh
lebih kecil persukuannya daripada Khazraj. Kalau sekiranya jadi pekerjaan
Khalifah diberikan kepada Ansar, tentu Aus selamanya tidak juga akan mendapat
giliran kerana kecilnya. Ini kelak akan mendatangkan fitnah juga dalam negeri
Madinah, menimbulkan permusuhan zaman jahiliyah. Inilah yang ditimbang oleh
Basyir ketika berpidato itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Demi melihat Basyir membaiat, maka
berduyun-duyunlah anggota Aus yang lain mem- baiat Abu Bakar. Melihat itu, maka
anggota-anggota Khazraj pun telah terpengaruh pula oleh.semangat pertemuan itu,
kesemuanya tampil ke muka membaiat Khalifah yang tercinta itu, sehingga Abu
Ubaidah yang duduk bersandar ke dinding kerana tidak boleh berdiri lantaran
demam, hampir terpijak. Adapun Ali bin Abu
Thalib, ia tidak
hadir di situ, lantaran sedang menjaga jenazah Rasulullah, dan ketidak-hadirannya
itu menjadi alasan pula baginya untuk tidak turut membaiat. Melihat ramai pihak
yang telah datang berduyun-duyun membaiat Abu Bakar, maka bani Hasyim pun
tidaklah dapat mengelakkan diri lagi, apalagi setelah mereka mengerti bahwa
khalifah itu bukanlah sama dengan pangkat kenabian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Insaflah mereka bahwa perkara ini bukan perkara
urusan keluarga, tetapi urusan siapakah orang yang paling mulia di sisi Nabi,
padahal mereka semuanya memang mengakui akan keutamaan Abu Bakar Apakah lagi
suatu kelebihan yang lebih utama daripada meniadi wakil Rasulullah
bersembahyang di waktu sakitnya. Kalau Rasulullah sendiri telah percaya
kepadanya dalam urusan dunia, iaitu memerintah umat, Ali sendiri pun akhimya
mem- baiatnya juga, iaitu beberapa waktu setelah wafat isterinya Fatimah binti
Rasulullah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Pidato Abu Bakar</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai orang membaiat itu, Abu Bakar pun
berpidatolah, sebagai sambutan atas kepercayaan orang banyak kepada dirinya
itu, penting dan ringkas:Wahai manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan
kami ini, tetapi bukanlah aku orang yang lebih baik daripada kamu. Maka jika
aku lelah berlaku baik dalam jabatanku, sokonglah aku. Tetapi kalau aku berlaku
salah, tegakkanlah aku kembali. Kejujuran adalah suatu amanat, kedustaan adalah
suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu, pada sisiku hanyalah lemah,
sehingga hak si lemah aku tarik daripadanya. Orang yang lemah di sisimu, pada
sisiku kuat, sebab akan ku ambilkan daripada si kuat akan haknya, Insya Allah.
Janganlah kamu suka menghentikan jihad itu, yang tidak akan ditimpa kehinaan.
Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya. Tetapi kalau aku
langgar perintahNya, tak usahlah aku kamu taat dan ikut lagi. Berdirilah
sembahyang, moga- moga rahmat Allah meliputi kamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Tentera Usamah</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukanlah urusan baiat yang sulit itu saja bahaya
yang menimpa umat Islam sewafat Rasulullah. Tetapi baru saja tersiar khabar
kematian itu ke seluruh benua Tanah Arab bergeraklah orang-orang munafik yang
hendak mencari keuntungan diri sendiri, timbullah golongan kaum murtad dan
Nabi-nabi palsu, semuanya hendak memberontak melepaskan diri daripada persatuan
Islam yang baru tegak itu. Sedang kaum Muslimin sendiri ketika itu di dalam
susah besar dan kemasyghulan lantaran kematian Nabi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum pemberontak itu baru saja memeluk Islam,
mereka belum tahu hakikat agama, masuknya ke agama hanya dipengaruhi gerakan
ramai, dan segan kepada kekuasaan Nabi. Tentu saja setelah Nabi wafat mereka
hendak belot. Ada
satu golongan pula yang sudi mendirikan sembahyang, tetapi tidak hendak
mengeluarkan zakat lagi. Demikian besar bahaya yang sedang mengancam, sedikit
pun tidak kelihatan perubahan muka Abu Bakar. Ada orang mengatakan kepadanya supaya
orang-orang yang tidak sudi mengeluarkan zakat itu tak usah diperangi, kerana
mereka masih sudi sembahyang. Tetapi dengan tegas beliau berkata: Tidak,
penderhaka yang hendak memperbedakan sembahyang dengan zakat itu mesti
kuperangi juga, walau saya akan dihambat dengan ikatan sekalipun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi sebelum mengatur persiapan memerangi
pemberontak- pemberontak itu, Abu Bakar lebih dahulu hendak menyempurnakan
angkatan perang di bawah pimpinan Usamah yang usianya masih terlalu muda, baru
kira-kira 17 tahun. Dia diangkat oleh Rasulullah menjadi kepala perang, tetapi
pejalanannya diundurkan lantaran kematian Rasulullah. Banyak ketua-ketua
Quraisy menjadi perajurit di bawah perintahnya. Demi setelah Rasulullah wafat,
Umar meminta supaya pengiriman Usamah itu diundurkan saja kerana banyak yang
lain yang lebih penting, atau tukar dengan kepala tentera yang lebih tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan gagah dia mendekati Umar dan menunjukkan
kuasa dan kekerasannya kepada sahabatnya itu: Celaka engkau, wahai anak si
Khattab, Rasulullah sendiri yang mengangkat dia, belum lama lagi dia terkubur,
engkau menyuruh saya mengubah perintahnya? Pemberangkatan Usamah itu
dilangsungkan juga. Dia pergi ke tempat perhentian perajurit Usamah untuk
melepaskan mereka. Ketika dia memberikan pesannya yang penting-penting kepada
Usamah, Usamah di atas kenderaannya dan beliau berjalan kaki. Biarlah hamba
turun ke bawah dan paduka naik ke atas kenderaan ini, kata Usamah. Tidak, jawab
beliau, Belumlah akan mengapa jika kakiku kena debu beberapa saat di dalam
menegakkan jalan Allah. Setelah itu dimintanya kalau boleh Usamah mengizinkan
Umar tinggal di Madinah, tidak jadi pergi berperang, kerana Umar perlu benar
baginya untuk teman di dalam mengatur siasat negeri. Maka permintaan itu
dikabulkan oleh Usamah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidaklah mahu Khalifah itu memerintahkan kepada
ketua perang yang telah diserahinya pimpinan itu supaya Umar jangan dibawa,
melainkan dimintanya. Ketika mereka akan berangkat itu beliau berpidato: Jangan
khianat, jangan mungkiri janji, jangan dianiaya bangkai musuh yang telah mati,
jangan dibunuh anak-anak, orang kua dan perempuan. Jangan dipotong batang kurma,
jangan dibakar dan jangan di-tumbangkan kayu-kayuan yang berbuah, jangan
disembelihi saja kambing, sapi dan unta, kecuali sekadar akan dimakan. Kalau
kamu bertemu dengan suatu kaum yang telah menyisihkan dirinya di dalam
gereja-gereja hendaklah dibiarkan saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika engkau bertemu dengan suatu kaum yang
bercukur tengah-tengah kepalanya dan tinggal tepinya sebagai lingkaran,
hendaklah perangi! Kalau diberi orang makanan hendaklah bacakan nama Allah
seketika memakannya. Hai Usamah, berbuatlah apa yang diperintahkan Nabi
kepadamu di negeri Qudhaah itu, dan jangan engkau lalaikan sedikit pun
perintah-perintah Rasulullah. Setelah dilepaskan tentera itu di Jaraf, beliau
kembali ke Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Usamah pun berangkat dikepungnyalah negeri
Qudhaah itu, empat puluh hari lamanya pertempuran hebat dengan musuh, maka dia
pun kembali dengan kemenangan. Tentera ke Qudhaah ini bukan sedikit memberi
kesan kepada musuh-musuh yang lain, timbul perkataan, kalau sekiranya kaum
Muslimin tidak mempunyai ke- kuatan, tetu mereka tidak akan mengirim tentera ke
negeri Qudhaah lebih dahulu sebelum menaklukkan yang lain. Akan huru-hara di
segala pihak yang telah ditimbulkan oleh kaum murtad itu, yang agaknya bagi
orang lain boleh mendatangkan kekusutan fikiran, oleh beliau ditunggu saja dengan
tenang ketika yang balk. Ditunggunya Usamah pulang, kerana di sana terletak sebahagian besar kekuatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kembali dengan kemenangan- nya, maka
Usamah dan tenteranya disuruhnya istirahat, kerana beliau hendak menyelesaikan
lebih dahulu kekusutan yang ditimbulkan oleh kaum Absin dan Dhabyaan di luar
Madinah, yang mencuba hendak memberontak pula. Pimpinan kota Madinah diserahkan kepada yang lain dan
beliau sendiri pergi menaklukkan kedua kaum itu kembali, hingga tunduk. Setelah
itu barulah diatumya tentera untuk mengalahkan kaum-kaum perusuh pemberontak
itu. Tentera itu disuruh ke Dzul Qisah, kira-kira 10 batu dari Madinah,
menghadap ke Najd. Di sanalah dibaginya 11
buah bendera kepada 11 orang kepala perang:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kepada Khalid bin Al-Walid, pergi memerangi
Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi di negeri Bazaakhah. Kalau telah selesai di sana, teruskan mengalahkan
Malik bin Nuwairah di negeri Batthaah.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Ikrimah bin Abu Jahal, memerangi Musailamah di
Yamamah.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Di belakang Ikrimah disusuli oleh tentera Syurahbil
bin Hasanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Al-Muhajir bin Abu Umaiyah ke Yaman,
mengalahkan Al-Aswad Al-Ansi.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Huzaifah bin Mihsan mengalahkan negeri Daba di
Uman.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Arfajah bin Hartsamah ke negeri Muhrah.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Suwaid bin Mukrin ke Ti~Mmah di Yaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Al-Ala bin Al-Hadhramiy ke negeri Bahrein.</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Thuraifah bin Hajiz ke negeri bani Sulaim dan
Hawazin.</div>
<div style="text-align: justify;">
10. Amru bin Al-Ash ke negeri Qudhaah.</div>
<div style="text-align: justify;">
11. Khalid bin Said ke tanah-tanah tinggi Syam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan hati yang teguh dan kesetiaan
kepala-kepala perang itu, di dalam masa yang tidak berapa lama, seluruh
pemberontakan dan huru-hara itu, yang ditimbulkan oleh beberapa orang yang
mengakui dirinya jadi Nabi, atau yang hendak mencari keuntungan diri, me-
mecahkan persatuan agama, telah dapat disapu bersih, itulah salah satu daripada
kemuliaan yang tak dapat dilupakan oleh tarikh tentang diri Khalifah Rasulullah
itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Menaklukkan Parsi</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai huru-hara di dalam negeri itu,
Mhalifah Rasulullah menghadap ke luar negeri, menaklukkan negeri Parsi. Untuk
itu telah diangkatnya kepala perang besar yang masyhur Saifullah Khalid bin
Al-Walid. Kalau kelak maksud ini berhasil, perjalanan boleh di- teruskannya ke
batas-batas Hindustan. Untuk pembantunya
diangkat Iyadh bin Ghanam, masuk dari utara Iraq. Penyerang Khalid telah
berhasil masuk di negeri Parsi, sejak dari pinggir sungai Fblrat, sampai ke
Ubullah, melinkungi Syam, Iraq dan Jazirah, demikian juga sebelah timur sungai
Furat. Di beberapa tempat pahlawan besar itu telah bertempur dengan
tentera-tentera Parsi, Rumawi dan Arab yang masih belum masuk kepada persatuan
besar ini. Namanya kian menakutkan musuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namanya lebih dakulu telah menggegarkan tempat
yang belum dimasukinya. Kalau suatu negeri ditaklukkannya, maka di sana diangkatnya seorang
amir yang akan mengatur kharaj (cukai) dari ahli zimmah. Namanya sangat dipuji
oleh musuhnya sebab orang tani dan pertaniannya tidak pernah digangunya
melainkan dipeliharanya. Lantaran itu jikalau dia masuk ke negeri Arab yang
masih di bawah bendera (protectorat) Parsi, orang di sana lebih suka diperintahnya dan belot dari
pemerintahan yang lama, sedang agama tidak diganggu. Sebab orang Arab di sana memeluk agama Masihi.
Kalau terjadi perang landing, menjadi kehinaan besar baginya kalau perang itu
hanya bertegang urat leher dari jauh menghabiskan tempoh, dia lebih suka kepada
permainan pedang, bertanding kepahlawanan, terutama dengan kepala-kepala kaum
itu. Sebab dengan demikian, tempoh perang dapat disingkat- kan. Temannya Iyadh telah dapat menguasai
Daumatul Jandal, sampai ke Iraq.
Di Hirah kedua kepala perang yang gagah itu bertemu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Menaklukkan Syam</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu Abu Bakar mengirim surat kepada
penduduk Makkah, Thaif, Yaman dan sekalian negeri Arab, sampai ke Najd dan
seluruh Hejaz disuruh bersiap untuk mengatur suatu bala tentera besar, akan
melakukan suatu peperangan yang besar, iaitu menaklukkan negeri Syam, pusat
kerajaan Rumawi pada masa itu. Mendengar seruan itu orang pun bersiap. Sebagian
besar kerana mengharapkan bertempur mempertahankan agama, dan tentu tidak
kurang pula yang mengharapkan harta rampasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kata Ath-Thabari: Tiap-tiap ketua perang itu
telah ditentukan tempat tinggal mereka sebelum negeri itu dimasuki, buat Abu
Ubaidah telah ditentukan Hems, buat Yazid bin Abu Sufyan negeri Damsyik, buat
Syurahbil bin Hasanah negeri Urdan (Jordan), buat Amru bin Al-Ash dan Alqamah
bin Al-Munzir negeri Palestin, Kalau telah selesai, maka Alqamah akan
meneruskan perjalanan ke Mesir.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peperangan yang paling masyhur hebat dan besamya
ketika penaklukan Syam itu ialah peperangan Yarmuk, iaitu suatu sungai besar. Di
sanalah orang Rumawi dapat membutikan bahwa musuhnya memang besar dan kekuatan
mereka sendiri tidak ada lagi. Sejak waktu itulah berturut-turut jatuh negeri
Quds, Damsyik, Hems, Humaat, Halab dan lain-lain. Sedianya peperangan ini
tidaklah akan berakhir begitu me- nyenangkan. Kerana telah berhari berpekan
peperangan di Yarmuk itu dilangsungkan, belum juga berakhir dengan balk. Sebab
tiap-tiap ketua perang itu mengendalikan tenteranya sendiri-sendiri, kepala
perang besar untuk menyatukan komando tidak ada. Padahal orang Rumawi telah
bermaksud hendak keluar dari benteng mereka me- lakukan serangan besar-besaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu iku datanglah Khalid bin Al-Walid dengan
tiba-tiba, yakni setelah selesai melakukan serangan- nya di Parsi. Dia mendapat
surat Khalifah
menyuruh lekas pindah ke Rumawi. Setelah tiba di situ dikumpulkannya
kepala-kepala perang dan diadakannya pidato yang berapi-api untuk menaikkan
semangat. Di antara ucapannya:Saya tahu bahwa kamu semua telah dipecah-
pecahkan oleh kemegahan dunia. Demi Allah! Sekarang berhentikanlah itu,
degarlah bicaraku! Hendaklah pimpinan tentera disatukan, sehari si anu, sehari
lagi si anu. Hari ini biar saya, besok salah seorang di antara kamu.
Orang-orang itu menerima.</div>
<div style="text-align: justify;">
Baru saja tentera berada di bawah pimpinannya,
sudah nampak alamat kemenangan, sehingga besoknya tidak ada yang berani
menggantikan lagi. Begitulah kemenangan telah diperoleh di bawah pimpinan
Khalid. Satu cubaan besar datanglah kepada pahlawan itu seketika perang sangat
hebatnya. Surat
datang dari Madinah, menyatakan bahwa Khalifah Rasulullah yang pertama wafat.
Sekarang yang memerintah ialah Umar, bukan Abu bakar lagi. Khalid mesti
berhenti memimpin peperangan, digantikan oleh Abu Ubaidah. Surat itu disimpannya saja sampai peperangan
berhenti, takut tentera akan kacau.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kalah musuh dan menang kaum Muslimin,
barulah dia datang kepada Abu Ubaidah, mengucapkan salam kepada Amirul- Jaisy
(kepala tentera). Dan dengan muka gagah segala pimpinan diserahkannya, dia
tetap menjadi seldadu biasa meneruskan per- tempuran ke tempat-tempat yang
lain. Seketika ditanyai orang, dengan megah pahlawan itu berkata: Saya
berperang bukan lantaran Umar! Laksana Basyir, pahlawan Ansar tempoh hari itu
pula mengatakan ahwa Ansar bertempur bukan mencari megah dunia! Lebih dari 100,000
tentera Rumawi binasa waktu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Wafatnya Abu Bakar</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada 7 haribulan Jumadil Akhir tahun ketiga belas
Hijrah, beliau ditimpa sakit. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu,
wafatlah beliau pada 21 haribulan Jumadil Akhir tahun 13H, bertepatan dengan
tanggal 22 Ogos tahun 634 Masihiyah. Lamanya memerintah ialah 2 tahun 3 bulan
10 hari. Dikebumikan di kamar Aisyah di samping makam sahabatnya yang mulia
Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam!. (ar/dkh) www.suaramedia.com</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
o<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Abu Bakar bin Abu Quhafah,
turunan bani Taim bin Murrah, bin Kaab, bin Luai, bin Kalb Al-Qurasyi. Pada
Murrah bertemulah nasabnya dengan Rasul. ibunya Ummul Khair Salma binti Sakhr
bin Anrir, turunan Taim bin Murrah juga . Dia lahir pada tahun kedua dari tahun
gajah, jadi dua tahun lebih tua Rasulullah daripadnya. Sejak mudanya telah
masyhur budinya yang tinggi dan perangai- nya yang terpuji. Dia sanggup
menyediakan segala bekal rumah- tangganya dengan usahanya sendiri. Sebelum
Rasulullah diutus, persahabatan mereka telah karib juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tatkala telah ditetapkan beliau menjadi Nabi,
maka Abu Bakarlah laki-laki dewasa yang mula-mula sekali mempercayainya.
Rasulullah paling sayang dan cinta kepada sahabatnya itu, kerana dia adalah
sahabat yang setia dan hanya satu-satunya orang dewasa tempatnya mesyuarat di
waktu pejuangan dengan kaum Quraisy sangat hebatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiap-tiap orang besar mempunyai kelebihan
sendiri, yang akan diingat orang bila menyebut namanya. Abu Bakar masyhur dengan
kekuatan kemahuan, kekerasan hti, pemaaf tetapi rendah hati, dermawan dan
berani bertindak lagi cerdik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam mengatur pemerintahan, meskipun tidak
lama, masyhur siasatnya yang mempunyai semboyan keras tak dapat dipatahkan,
lemah lembut tetapi tak dapat disenduk. Hukuman belum dijatuhkan sebelum
pemeriksaan memuaskan hatinya, sebab itu diperintahkan- nya kepada
wakil-wakilnya di tiap-tiap negeri supaya jangan tergesa-gesa menjatuhkan
hukum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah menghukum seseorang hingga tidak jadi
terhukum, lebih baik daripada salah hukum yang menyebabkan yang tidak bersalah
sampai terhukum. Meskipun sukar hidupnya, pantang benar baginya mengadukan
halnya kepada orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada orang yang tahu kesusahan hidupnya,
kecuali beberapa orang sahabatnya yang karib yang senantiasa memperhatikan
dirinya, sebagai Umar. Setelah dia diangkat menjadi Khalifah, beberapa bulan
dia masih rneneruskan pemiagaannya yang kecil itu. Tetapi kemudian ternyata
rugi, sebab telah menghadapi urusan negeri sehingga dengan permintaan orang
banyak, pemiagaan itu iberhentikannya dan dia mengambil kadar belanja tiap hari
daripada wang negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Jadi
Khalifah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah memegang dua jabatan, pertama
menyampaikan kewajiban sebagai seorang pendakwah. Kedua bartindak selaku ketua
kaum Muslimin. Kewajiban pertama telah selesai seketika dia menutup mata,
tetapi kewajiban yang kedua, menurut partimbangan kaum Muslimin ketika itu
perlu disambung oleh yang lain, kerana suatu umat tidak dapat tersusun
persatuannya kalau mereka tidak mempunyai pemimpin. Sebab itu perlu ada
gantinya (khalifahnya).</div>
<div style="text-align: justify;">
Belum lagi Rasulullah dikebumikan, telah timbul
dua macam pendapat. Pertama ialah menentukan pangkat Khalifah itu di antara
kaum keluarga Rasulullah yang terdekat.Pendapat pertama ini terbagi dua pula.
Pertama rnenentukan pangkat Khalifah itu dalam persukuan Rasulullah. Kedua
hendaklah ditentukan di dalam rumahtangganya yang sekarib-karibnya. Di waktu
dia menutup mata adalah orang yang paling karib kepadanya saudara ayahnya;
Abbas bin Abdul Muttalib dan anak saudara ayahnya Ali dan Aqil, keduanya anak
Abu Thalib. Kelebihan Ali daripada Abbas dan Aqil ialah kerana dia menjadi
menantu pula dari Rasulullah, suami dari Fatimah. Kelebihan Abbas ialah dia
waris yang paling dekat kepada beliau. Artinya jika sekiranya tidaklah ada
beliau meninggalkan anak dan isteri, maka Abbas itulah yang akan menjadi
ashabah (waris yang menerima sisa harta) yakni kalau harta Rasulullah boleh
diwariskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pendapat kedua: Khalifah hendaklah orang Ansar.
Setelah Rasulullah wafat, berkumpulah kepala-kepala kaurn Ansar di dalam sebuah
balairung kepunyaan bani Saidah, balk Ansar pihak Aus mahupun Ansar dari
persukuan Khazraj. Maksud mereka hendak memilih Saad bin Ubadah menjadi
Khalifah Rasulullah, sebab dialah yang paling terkedahapan dari pihak kaum
Ansar ketika itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa lagi Saad sendiri telah berpidato kepada
mereka yang menganjurkan bagaimana keutamaan dan kemuliaan kaum Ansar, terutama
dalam membela Rasulullah dan mempertahankan agama Islam, sehingga beroleh gelar
Ansar, artinya pembela, tidak ada orang lain yang berhak menjabat pangkat itu
melainkan Ansar. Perkataannya itu sangat mendapat perhatian dari hadirin,
semuanya setuju. Tetapi salah seorang di antara yang hadir bertanya: Bagaimana
kalau saudara-saudara kita orang Quraisy tidak setuju, dan sekiranya mereka
kemukakan alasan bahwa merekalah kaum kerabat yang karib dan ahli negerinya,
apa jawab kita? Seorang Ansar menjawab saja dengan cepat: Kalau mereka tidak
setuju, lebih baik kita pilih saja seorang Amir dari pihak kita dan mereka pun
memilih pula Amir dari pihaknya, dan kita tidak mahu dengan aturan yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saad membantah sangat pendapat itu, dia berkata:
Itulah pangkal kelemahan. Berita permesyuaratan itu lekas sampainya kepada
orang-orang besar dalam Muhajirin, sebagai Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan
lain-lain. Sebentar itu juga dengan segera mereka pergi ke balairung itu. Baru
saja sampai Abu Bakar terus berpidato: Allah Taala telah memilih Muhammad
menjadi RasulNya, membawa petunjuk dan kebenaran. Maka diserunyalah kita kepada
Islam, dipegangnya ubun-ubun kita semuanya dan dipengaruhinya baiat kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kamilah kaum Muhajirin yang mula-mula memeluk
Islam, kamilah keluarga Rasulullah, dan kamilah pula suatu kabilah yang boleh
dikatakan menjadi pusat perhubungan semua kabilah di Tanah Arab ini, tidak ada
satu kabilah pun yang tidak ada perhubungannya dengan kami. Dan kamu pula, kamu
mempunyai kelebihan dan keutamaan. Kamu yang membela dan menolong kami, kamulah
wazir-wazir besar kami di dalam pekeriaan besar agama ini, dan wazir Rasulullah,
kamulah saudara kandung kami di bawah lindungan Kitabullah, kamu kongsi kami
dalam agama, baik di waktu senang apa lagi di waktu susah. Demi Allah, tidak
ada kebaikan yang kami dapati, melainkan segala kebaikan itu kamu pun turut
menanamnya. Kamulah orang yang paling kami cintai, paling kami muliakan, dan
orang-orang yang paling patut takluk kepada kehendak Allah mengikut akan
suruhNya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Janganlah kamu dengki kepada saudara kamu kaum
Muhajirin, sebab kamulah sejak dahulunya orang yang telah sudi menderita susah
lantaran membela kami. Saya percaya sungguh, bahwa haluan kamu belum berubah
kepada kami, kamu masih tetap cinta kepada Muhajirin. Saya percaya sungguh,
bahwa nikmat yang telah dilebihkan Tuhan kepada Muhajirin ini tidak akan kamu
hambat, saya percaya sungguh bahwa kamu tidakkan dengki atas ini: Sekarang saya
serukan kamu memilih salah seorang daripada yang berdua ini, iaitu Abu Ubaidah
atau Umar, keduanya saya percaya sanggup memikulnya, dan keduanya memang
ahlinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai pidato Abu Bakar itu, maka
berdirilah Khabbab bin Al-Munzir berpidato pula:Wahai sekalian Ansar, pegang
teguh hakmu, seluruh manusia di pihakmu dan membelamu, seorang pun tidak ada
yang akan berani melangkahi hakmu, tidak akan diteruskan orang suatu pekerjaan,
kalau kamu tak campur di dalam. Kamu ahli kegagahan dan kemuliaan, kaya dan
banyak bilangan, teguh dan banyak pengalaman, kuat dan gagah perkasa. Orang
tidak akan melangkah ke muka sebelum melihat gerak kamu. Kamu jangan berpecah,
supaya maksud kita jangan terhalang. Kalau mereka tidak hendak memperhatikan
iuga, biarlah mereka beramir sendiri dan kita beramir sendiri pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar itu Umar lalu menyambung
pembicaraannya: Jangan, itu sekali-kali jangan disebut: Tidak dapat berhimpun
dua kepala dalam satu kekuasaan. Khabbab berdiri kembali:Sekalian Ansar! Pegang
teguh hakmu jangan undur, jangan didengarkan cakap orang ini dan kawan-
kawannya, lepas hakmu kelak. Hebat sekali pertentangan Umar dengan Khabbab.
Dengan tenang Abu Ubaidah tampil ke muka dan berkata: Kaum Ansar! Ingatlah
bahwa kamu yang mula-mula menjadi pembela dan penolong, rnaka ianganlah kamu
pula yang mula-mula menjadi pemecahan dan penukar. Dengan tangkas Basyir bin
Saad tampil ke muka, dia seorang yang terpandang dalam golongan Ansar dari Aus:
Wahai kaum Ansar, memang, demi Allah, kita mempunyai beberapa kelebihan dan
keutamaan, di dalam pejuangan yang telah ditempuhi oleh agama ini. Tetapi
ingatlah, pekerjaan besar itu kita lakukan bukanlah lantaran mengharap yang
lain, hanyalah semata-mata mengharapkan redha Allah dan taat kepada Nabi kita,
untuk penunjukan diri kita masing-masing kepada Tuhan!</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebab itu tidaklah patut kita me- manjangkan
mulut menyebut-nyebut jasa itu kepada manusia, jangan diambil menyebut-nyebut
jasa itu untuk peningkat dunia. Ingatlah bahwa Allah telah memberi kita
kemuliaan dan pertolongan bukan sedikit. Ingat pula bahwa Muhammad itu terang
dari Quraisy, kaumnya lebih berhak menjadi penggantinya mengepalai kita. Demi
Allah, saya tidak mendapat satu jalan untuk menentang mereka pada pekejaan yang
telah terang ini. Takutlah kepada Allah, jangan bertingkah dengan
saudara-saudara kita Muhajirin, jangan berselisih! Majlis tenang!</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika itu berkatalah Abu Bakar: Ini ada Abu
Ubaidah dan Umar, pilihlah mana di antara keduanya yang kamu sukai dan
baiatlah! Dengan serentak keduanya membantah:Tidak, tidak. Demi Allah, kami
tidak akan mahu menerima pekerjaan besar ini selama engkau masih ada, engkaulah
orang Muhajirin yang lebih utama, engkaulah yang berdua saja dengan dia di
dalam gua ketika terusir, engkaulah yang ditetapkannya menjadi gantinya
sembahyang seketika dia sakit, ingatlah bahwa sembahyang itu seutama-utama
agama orang Islam! Siapakah yang akan berani melangkahimu dan memegang
pekerjaan ini…? Tadahkan tanganmu, kami hendak membaiatkan engkau!</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Umar mengambil tangannya dan membaiatnya,
setelah itu mengikut Abu Ubaidah, diiringi oleh Basyir bin Saad. Basyir dari
golongan Ansar persukuan Aus, Saad bin Ubadah dari persukuan Khazraj, Aus jauh
lebih kecil persukuannya daripada Khazraj. Kalau sekiranya jadi pekerjaan
Khalifah diberikan kepada Ansar, tentu Aus selamanya tidak juga akan mendapat
giliran kerana kecilnya. Ini kelak akan mendatangkan fitnah juga dalam negeri
Madinah, menimbulkan permusuhan zaman jahiliyah. Inilah yang ditimbang oleh
Basyir ketika berpidato itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Demi melihat Basyir membaiat, maka
berduyun-duyunlah anggota Aus yang lain mem- baiat Abu Bakar. Melihat itu, maka
anggota-anggota Khazraj pun telah terpengaruh pula oleh.semangat pertemuan itu,
kesemuanya tampil ke muka membaiat Khalifah yang tercinta itu, sehingga Abu
Ubaidah yang duduk bersandar ke dinding kerana tidak boleh berdiri lantaran
demam, hampir terpijak. Adapun Ali bin Abu
Thalib, ia tidak
hadir di situ, lantaran sedang menjaga jenazah Rasulullah, dan ketidak-hadirannya
itu menjadi alasan pula baginya untuk tidak turut membaiat. Melihat ramai pihak
yang telah datang berduyun-duyun membaiat Abu Bakar, maka bani Hasyim pun
tidaklah dapat mengelakkan diri lagi, apalagi setelah mereka mengerti bahwa
khalifah itu bukanlah sama dengan pangkat kenabian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Insaflah mereka bahwa perkara ini bukan perkara
urusan keluarga, tetapi urusan siapakah orang yang paling mulia di sisi Nabi,
padahal mereka semuanya memang mengakui akan keutamaan Abu Bakar Apakah lagi
suatu kelebihan yang lebih utama daripada meniadi wakil Rasulullah
bersembahyang di waktu sakitnya. Kalau Rasulullah sendiri telah percaya
kepadanya dalam urusan dunia, iaitu memerintah umat, Ali sendiri pun akhimya
mem- baiatnya juga, iaitu beberapa waktu setelah wafat isterinya Fatimah binti
Rasulullah itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Pidato Abu Bakar</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai orang membaiat itu, Abu Bakar pun
berpidatolah, sebagai sambutan atas kepercayaan orang banyak kepada dirinya
itu, penting dan ringkas:Wahai manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan
kami ini, tetapi bukanlah aku orang yang lebih baik daripada kamu. Maka jika
aku lelah berlaku baik dalam jabatanku, sokonglah aku. Tetapi kalau aku berlaku
salah, tegakkanlah aku kembali. Kejujuran adalah suatu amanat, kedustaan adalah
suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu, pada sisiku hanyalah lemah,
sehingga hak si lemah aku tarik daripadanya. Orang yang lemah di sisimu, pada
sisiku kuat, sebab akan ku ambilkan daripada si kuat akan haknya, Insya Allah.
Janganlah kamu suka menghentikan jihad itu, yang tidak akan ditimpa kehinaan.
Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya. Tetapi kalau aku
langgar perintahNya, tak usahlah aku kamu taat dan ikut lagi. Berdirilah
sembahyang, moga- moga rahmat Allah meliputi kamu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Tentera Usamah</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukanlah urusan baiat yang sulit itu saja bahaya
yang menimpa umat Islam sewafat Rasulullah. Tetapi baru saja tersiar khabar
kematian itu ke seluruh benua Tanah Arab bergeraklah orang-orang munafik yang
hendak mencari keuntungan diri sendiri, timbullah golongan kaum murtad dan
Nabi-nabi palsu, semuanya hendak memberontak melepaskan diri daripada persatuan
Islam yang baru tegak itu. Sedang kaum Muslimin sendiri ketika itu di dalam
susah besar dan kemasyghulan lantaran kematian Nabi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kaum pemberontak itu baru saja memeluk Islam,
mereka belum tahu hakikat agama, masuknya ke agama hanya dipengaruhi gerakan
ramai, dan segan kepada kekuasaan Nabi. Tentu saja setelah Nabi wafat mereka
hendak belot. Ada
satu golongan pula yang sudi mendirikan sembahyang, tetapi tidak hendak
mengeluarkan zakat lagi. Demikian besar bahaya yang sedang mengancam, sedikit
pun tidak kelihatan perubahan muka Abu Bakar. Ada orang mengatakan kepadanya supaya
orang-orang yang tidak sudi mengeluarkan zakat itu tak usah diperangi, kerana
mereka masih sudi sembahyang. Tetapi dengan tegas beliau berkata: Tidak,
penderhaka yang hendak memperbedakan sembahyang dengan zakat itu mesti
kuperangi juga, walau saya akan dihambat dengan ikatan sekalipun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi sebelum mengatur persiapan memerangi
pemberontak- pemberontak itu, Abu Bakar lebih dahulu hendak menyempurnakan
angkatan perang di bawah pimpinan Usamah yang usianya masih terlalu muda, baru
kira-kira 17 tahun. Dia diangkat oleh Rasulullah menjadi kepala perang, tetapi
pejalanannya diundurkan lantaran kematian Rasulullah. Banyak ketua-ketua
Quraisy menjadi perajurit di bawah perintahnya. Demi setelah Rasulullah wafat,
Umar meminta supaya pengiriman Usamah itu diundurkan saja kerana banyak yang
lain yang lebih penting, atau tukar dengan kepala tentera yang lebih tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan gagah dia mendekati Umar dan menunjukkan
kuasa dan kekerasannya kepada sahabatnya itu: Celaka engkau, wahai anak si
Khattab, Rasulullah sendiri yang mengangkat dia, belum lama lagi dia terkubur,
engkau menyuruh saya mengubah perintahnya? Pemberangkatan Usamah itu
dilangsungkan juga. Dia pergi ke tempat perhentian perajurit Usamah untuk
melepaskan mereka. Ketika dia memberikan pesannya yang penting-penting kepada
Usamah, Usamah di atas kenderaannya dan beliau berjalan kaki. Biarlah hamba
turun ke bawah dan paduka naik ke atas kenderaan ini, kata Usamah. Tidak, jawab
beliau, Belumlah akan mengapa jika kakiku kena debu beberapa saat di dalam
menegakkan jalan Allah. Setelah itu dimintanya kalau boleh Usamah mengizinkan
Umar tinggal di Madinah, tidak jadi pergi berperang, kerana Umar perlu benar
baginya untuk teman di dalam mengatur siasat negeri. Maka permintaan itu
dikabulkan oleh Usamah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidaklah mahu Khalifah itu memerintahkan kepada
ketua perang yang telah diserahinya pimpinan itu supaya Umar jangan dibawa,
melainkan dimintanya. Ketika mereka akan berangkat itu beliau berpidato: Jangan
khianat, jangan mungkiri janji, jangan dianiaya bangkai musuh yang telah mati,
jangan dibunuh anak-anak, orang kua dan perempuan. Jangan dipotong batang kurma,
jangan dibakar dan jangan di-tumbangkan kayu-kayuan yang berbuah, jangan
disembelihi saja kambing, sapi dan unta, kecuali sekadar akan dimakan. Kalau
kamu bertemu dengan suatu kaum yang telah menyisihkan dirinya di dalam
gereja-gereja hendaklah dibiarkan saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika engkau bertemu dengan suatu kaum yang
bercukur tengah-tengah kepalanya dan tinggal tepinya sebagai lingkaran,
hendaklah perangi! Kalau diberi orang makanan hendaklah bacakan nama Allah
seketika memakannya. Hai Usamah, berbuatlah apa yang diperintahkan Nabi
kepadamu di negeri Qudhaah itu, dan jangan engkau lalaikan sedikit pun
perintah-perintah Rasulullah. Setelah dilepaskan tentera itu di Jaraf, beliau
kembali ke Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Usamah pun berangkat dikepungnyalah negeri
Qudhaah itu, empat puluh hari lamanya pertempuran hebat dengan musuh, maka dia
pun kembali dengan kemenangan. Tentera ke Qudhaah ini bukan sedikit memberi
kesan kepada musuh-musuh yang lain, timbul perkataan, kalau sekiranya kaum
Muslimin tidak mempunyai ke- kuatan, tetu mereka tidak akan mengirim tentera ke
negeri Qudhaah lebih dahulu sebelum menaklukkan yang lain. Akan huru-hara di
segala pihak yang telah ditimbulkan oleh kaum murtad itu, yang agaknya bagi
orang lain boleh mendatangkan kekusutan fikiran, oleh beliau ditunggu saja dengan
tenang ketika yang balk. Ditunggunya Usamah pulang, kerana di sana terletak sebahagian besar kekuatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kembali dengan kemenangan- nya, maka
Usamah dan tenteranya disuruhnya istirahat, kerana beliau hendak menyelesaikan
lebih dahulu kekusutan yang ditimbulkan oleh kaum Absin dan Dhabyaan di luar
Madinah, yang mencuba hendak memberontak pula. Pimpinan kota Madinah diserahkan kepada yang lain dan
beliau sendiri pergi menaklukkan kedua kaum itu kembali, hingga tunduk. Setelah
itu barulah diatumya tentera untuk mengalahkan kaum-kaum perusuh pemberontak
itu. Tentera itu disuruh ke Dzul Qisah, kira-kira 10 batu dari Madinah,
menghadap ke Najd. Di sanalah dibaginya 11
buah bendera kepada 11 orang kepala perang:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. Kepada Khalid bin Al-Walid, pergi memerangi
Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi di negeri Bazaakhah. Kalau telah selesai di sana, teruskan mengalahkan
Malik bin Nuwairah di negeri Batthaah.</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Ikrimah bin Abu Jahal, memerangi Musailamah di
Yamamah.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Di belakang Ikrimah disusuli oleh tentera Syurahbil
bin Hasanah.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Al-Muhajir bin Abu Umaiyah ke Yaman,
mengalahkan Al-Aswad Al-Ansi.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Huzaifah bin Mihsan mengalahkan negeri Daba di
Uman.</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Arfajah bin Hartsamah ke negeri Muhrah.</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Suwaid bin Mukrin ke Ti~Mmah di Yaman.</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Al-Ala bin Al-Hadhramiy ke negeri Bahrein.</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Thuraifah bin Hajiz ke negeri bani Sulaim dan
Hawazin.</div>
<div style="text-align: justify;">
10. Amru bin Al-Ash ke negeri Qudhaah.</div>
<div style="text-align: justify;">
11. Khalid bin Said ke tanah-tanah tinggi Syam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan hati yang teguh dan kesetiaan
kepala-kepala perang itu, di dalam masa yang tidak berapa lama, seluruh
pemberontakan dan huru-hara itu, yang ditimbulkan oleh beberapa orang yang
mengakui dirinya jadi Nabi, atau yang hendak mencari keuntungan diri, me-
mecahkan persatuan agama, telah dapat disapu bersih, itulah salah satu daripada
kemuliaan yang tak dapat dilupakan oleh tarikh tentang diri Khalifah Rasulullah
itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Menaklukkan Parsi</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai huru-hara di dalam negeri itu,
Mhalifah Rasulullah menghadap ke luar negeri, menaklukkan negeri Parsi. Untuk
itu telah diangkatnya kepala perang besar yang masyhur Saifullah Khalid bin
Al-Walid. Kalau kelak maksud ini berhasil, perjalanan boleh di- teruskannya ke
batas-batas Hindustan. Untuk pembantunya
diangkat Iyadh bin Ghanam, masuk dari utara Iraq. Penyerang Khalid telah
berhasil masuk di negeri Parsi, sejak dari pinggir sungai Fblrat, sampai ke
Ubullah, melinkungi Syam, Iraq dan Jazirah, demikian juga sebelah timur sungai
Furat. Di beberapa tempat pahlawan besar itu telah bertempur dengan
tentera-tentera Parsi, Rumawi dan Arab yang masih belum masuk kepada persatuan
besar ini. Namanya kian menakutkan musuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namanya lebih dakulu telah menggegarkan tempat
yang belum dimasukinya. Kalau suatu negeri ditaklukkannya, maka di sana diangkatnya seorang
amir yang akan mengatur kharaj (cukai) dari ahli zimmah. Namanya sangat dipuji
oleh musuhnya sebab orang tani dan pertaniannya tidak pernah digangunya
melainkan dipeliharanya. Lantaran itu jikalau dia masuk ke negeri Arab yang
masih di bawah bendera (protectorat) Parsi, orang di sana lebih suka diperintahnya dan belot dari
pemerintahan yang lama, sedang agama tidak diganggu. Sebab orang Arab di sana memeluk agama Masihi.
Kalau terjadi perang landing, menjadi kehinaan besar baginya kalau perang itu
hanya bertegang urat leher dari jauh menghabiskan tempoh, dia lebih suka kepada
permainan pedang, bertanding kepahlawanan, terutama dengan kepala-kepala kaum
itu. Sebab dengan demikian, tempoh perang dapat disingkat- kan. Temannya Iyadh telah dapat menguasai
Daumatul Jandal, sampai ke Iraq.
Di Hirah kedua kepala perang yang gagah itu bertemu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Menaklukkan Syam</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu Abu Bakar mengirim surat kepada
penduduk Makkah, Thaif, Yaman dan sekalian negeri Arab, sampai ke Najd dan
seluruh Hejaz disuruh bersiap untuk mengatur suatu bala tentera besar, akan
melakukan suatu peperangan yang besar, iaitu menaklukkan negeri Syam, pusat
kerajaan Rumawi pada masa itu. Mendengar seruan itu orang pun bersiap. Sebagian
besar kerana mengharapkan bertempur mempertahankan agama, dan tentu tidak
kurang pula yang mengharapkan harta rampasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kata Ath-Thabari: Tiap-tiap ketua perang itu
telah ditentukan tempat tinggal mereka sebelum negeri itu dimasuki, buat Abu
Ubaidah telah ditentukan Hems, buat Yazid bin Abu Sufyan negeri Damsyik, buat
Syurahbil bin Hasanah negeri Urdan (Jordan), buat Amru bin Al-Ash dan Alqamah
bin Al-Munzir negeri Palestin, Kalau telah selesai, maka Alqamah akan
meneruskan perjalanan ke Mesir.</div>
<div style="text-align: justify;">
Peperangan yang paling masyhur hebat dan besamya
ketika penaklukan Syam itu ialah peperangan Yarmuk, iaitu suatu sungai besar. Di
sanalah orang Rumawi dapat membutikan bahwa musuhnya memang besar dan kekuatan
mereka sendiri tidak ada lagi. Sejak waktu itulah berturut-turut jatuh negeri
Quds, Damsyik, Hems, Humaat, Halab dan lain-lain. Sedianya peperangan ini
tidaklah akan berakhir begitu me- nyenangkan. Kerana telah berhari berpekan
peperangan di Yarmuk itu dilangsungkan, belum juga berakhir dengan balk. Sebab
tiap-tiap ketua perang itu mengendalikan tenteranya sendiri-sendiri, kepala
perang besar untuk menyatukan komando tidak ada. Padahal orang Rumawi telah
bermaksud hendak keluar dari benteng mereka me- lakukan serangan besar-besaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu iku datanglah Khalid bin Al-Walid dengan
tiba-tiba, yakni setelah selesai melakukan serangan- nya di Parsi. Dia mendapat
surat Khalifah
menyuruh lekas pindah ke Rumawi. Setelah tiba di situ dikumpulkannya
kepala-kepala perang dan diadakannya pidato yang berapi-api untuk menaikkan
semangat. Di antara ucapannya:Saya tahu bahwa kamu semua telah dipecah-
pecahkan oleh kemegahan dunia. Demi Allah! Sekarang berhentikanlah itu,
degarlah bicaraku! Hendaklah pimpinan tentera disatukan, sehari si anu, sehari
lagi si anu. Hari ini biar saya, besok salah seorang di antara kamu.
Orang-orang itu menerima.</div>
<div style="text-align: justify;">
Baru saja tentera berada di bawah pimpinannya,
sudah nampak alamat kemenangan, sehingga besoknya tidak ada yang berani
menggantikan lagi. Begitulah kemenangan telah diperoleh di bawah pimpinan
Khalid. Satu cubaan besar datanglah kepada pahlawan itu seketika perang sangat
hebatnya. Surat
datang dari Madinah, menyatakan bahwa Khalifah Rasulullah yang pertama wafat.
Sekarang yang memerintah ialah Umar, bukan Abu bakar lagi. Khalid mesti
berhenti memimpin peperangan, digantikan oleh Abu Ubaidah. Surat itu disimpannya saja sampai peperangan
berhenti, takut tentera akan kacau.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kalah musuh dan menang kaum Muslimin,
barulah dia datang kepada Abu Ubaidah, mengucapkan salam kepada Amirul- Jaisy
(kepala tentera). Dan dengan muka gagah segala pimpinan diserahkannya, dia
tetap menjadi seldadu biasa meneruskan per- tempuran ke tempat-tempat yang
lain. Seketika ditanyai orang, dengan megah pahlawan itu berkata: Saya
berperang bukan lantaran Umar! Laksana Basyir, pahlawan Ansar tempoh hari itu
pula mengatakan ahwa Ansar bertempur bukan mencari megah dunia! Lebih dari 100,000
tentera Rumawi binasa waktu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;">Wafatnya Abu Bakar</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 14pt;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada 7 haribulan Jumadil Akhir tahun ketiga belas
Hijrah, beliau ditimpa sakit. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu,
wafatlah beliau pada 21 haribulan Jumadil Akhir tahun 13H, bertepatan dengan
tanggal 22 Ogos tahun 634 Masihiyah. Lamanya memerintah ialah 2 tahun 3 bulan
10 hari. Dikebumikan di kamar Aisyah di samping makam sahabatnya yang mulia
Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam!. (ar/dkh) www.suaramedia.com</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-22125508826169255932012-10-20T09:10:00.000-07:002012-10-20T09:10:39.513-07:00Umar bin Khattab<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiodPPqs0UHVvo-RDQ3rJDs1LptVIK5q4G6mzYUgul06vefTxhXPT4MB5SSR9wpSDIVUsSR4IE6pVGtZ5MXGNEywCYz6-Vw0ge0meH9IhOcrMYHmirBYM-38Q9XJGuo4WEP9ehC7U-QLod4/s1600/umar+buku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiodPPqs0UHVvo-RDQ3rJDs1LptVIK5q4G6mzYUgul06vefTxhXPT4MB5SSR9wpSDIVUsSR4IE6pVGtZ5MXGNEywCYz6-Vw0ge0meH9IhOcrMYHmirBYM-38Q9XJGuo4WEP9ehC7U-QLod4/s400/umar+buku.jpg" width="245" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">"<b>Ya
Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang</b></span><b><span style="color: #339966;"> </span><span style="color: blue;">ini. Amr bin
Hisham atau Umar bin Khattab</span></b>." Salah satu dari
doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih
lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin
Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin
Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Umar bin Khattab</b> dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya
bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang
menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta
warna kulitnya coklat kemerah-merahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani
Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau
merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu
Bakar As Siddiq.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nasabnya adalah <span style="color: #993366;">Umar</span>
bin <span style="color: #993366;">Khattab</span> bin <span style="color: #993366;">Nufai</span>l
bin <span style="color: #993366;">Abdul Uzza</span> bin <span style="color: #993366;">Riyah</span>
bin <span style="color: #993366;">Abdullah</span> bin <span style="color: #993366;">Qarth</span>
bin <span style="color: #993366;">Razah</span> bin '<span style="color: #993366;">Adiy</span>
bin<b><span style="color: #993366;"> Ka'ab</span></b> bin <b><span style="color: #993366;">Lu'ay</span></b> bin <b><span style="color: #993366;">Ghalib</span></b>. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada
kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama
Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau
"kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang
paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) <b>al Faruq</b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Umar bin Khattab masuk Islam</span></b></span><b><span style="font-family: Arial;"></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab
dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin,
bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan
jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga
diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari
setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke
Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi.
Waktu itu Nabi membaca surat
al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada
dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan
kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41
(yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata,
"Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar
bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.)
akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan
tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama
nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan
menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu
dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah.
Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?"
Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad."
Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani
Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah
aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu."
Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih
mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah
meninggalkan agama yang kamu yakini."</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang
sedang belajar Al Qur'an, surat
Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin
Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk
rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan
Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan
apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian
telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab,
"wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada
agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin
Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja
saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin
Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan
kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik
perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu
kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas
Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik
perempuannya. Ketika dia membaca surat
Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan
Rasulullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin
Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri
kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang
didoakan Rasulullah pada malam Kamis, '<b><span style="color: blue;">Ya
Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin</span><span style="color: #339966;"> </span><span style="color: blue;">Hisyam</span></b><span style="color: blue;">.'</span> Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di
daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju
rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat
Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin
Abdul Muthalib bertanya, "Ada
apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul
Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka
kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan
membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin
Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin
Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam
riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."</div>
<div style="text-align: justify;">
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat,
dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut
pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud
berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin
Khattab masuk Islam."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Kepemimpinan Umar bin Khattab</span></b></span><span style="font-family: Arial;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Keislaman beliau telah memberikan andil besar
bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil,
bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin.
Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan
kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang
paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar
As Siddiq.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang
dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As
Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau
berhasil menaklukkan Persia,
Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan,
Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun
Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan
Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan
sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu
menjadi bagian Kekaisaran Byzantium.
Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh
pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang
tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan
terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan
Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan
Mesir diselesaikan dengan sempurna.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum
Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak
pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin
Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan
Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642),
mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya
Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah
terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin
Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia
dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika
Utara. </div>
<div style="text-align: justify;">
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang
yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari
Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi
timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi
timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan
ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai
9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru,
seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah
sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan
orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan
lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan,
membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan,
menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak
80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta
pegawai dan juga konsep yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi
congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’.
Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu
riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang
terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit,
padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia
lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah,
puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang
mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung
jawaban oleh Allah SWT.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling
terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging
hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab
adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda
pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi
menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu
bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin
Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya
kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah
mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat
agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang
yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali
bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad
bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah
seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi
hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah
akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah
ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Wafatnya Umar bin Khattab</span></b></span><span style="font-family: Arial;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar
Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh
seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah
diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan
di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
o<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">"<b>Ya
Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang</b></span><b><span style="color: #339966;"> </span><span style="color: blue;">ini. Amr bin
Hisham atau Umar bin Khattab</span></b>." Salah satu dari
doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih
lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin
Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin
Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Umar bin Khattab</b> dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya
bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang
menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta
warna kulitnya coklat kemerah-merahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani
Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau
merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu
Bakar As Siddiq.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nasabnya adalah <span style="color: #993366;">Umar</span>
bin <span style="color: #993366;">Khattab</span> bin <span style="color: #993366;">Nufai</span>l
bin <span style="color: #993366;">Abdul Uzza</span> bin <span style="color: #993366;">Riyah</span>
bin <span style="color: #993366;">Abdullah</span> bin <span style="color: #993366;">Qarth</span>
bin <span style="color: #993366;">Razah</span> bin '<span style="color: #993366;">Adiy</span>
bin<b><span style="color: #993366;"> Ka'ab</span></b> bin <b><span style="color: #993366;">Lu'ay</span></b> bin <b><span style="color: #993366;">Ghalib</span></b>. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada
kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama
Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau
"kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang
paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) <b>al Faruq</b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Umar bin Khattab masuk Islam</span></b></span><b><span style="font-family: Arial;"></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab
dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin,
bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan
jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga
diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari
setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke
Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi.
Waktu itu Nabi membaca surat
al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada
dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan
kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41
(yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata,
"Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar
bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.)
akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan
tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama
nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan
menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu
dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah.
Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?"
Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad."
Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani
Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah
aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu."
Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih
mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah
meninggalkan agama yang kamu yakini."</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang
sedang belajar Al Qur'an, surat
Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin
Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk
rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan
Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan
apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian
telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab,
"wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada
agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin
Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja
saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin
Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan
kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik
perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu
kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas
Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik
perempuannya. Ketika dia membaca surat
Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan
Rasulullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin
Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri
kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang
didoakan Rasulullah pada malam Kamis, '<b><span style="color: blue;">Ya
Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin</span><span style="color: #339966;"> </span><span style="color: blue;">Hisyam</span></b><span style="color: blue;">.'</span> Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di
daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju
rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat
Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin
Abdul Muthalib bertanya, "Ada
apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul
Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka
kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan
membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin
Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin
Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam
riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."</div>
<div style="text-align: justify;">
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat,
dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut
pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud
berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin
Khattab masuk Islam."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Kepemimpinan Umar bin Khattab</span></b></span><span style="font-family: Arial;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Keislaman beliau telah memberikan andil besar
bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil,
bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin.
Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan
kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang
paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar
As Siddiq.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang
dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As
Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau
berhasil menaklukkan Persia,
Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan,
Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun
Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan
Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan
sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu
menjadi bagian Kekaisaran Byzantium.
Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh
pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang
tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan
terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan
Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan
Mesir diselesaikan dengan sempurna.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum
Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak
pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin
Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan
Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642),
mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya
Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah
terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin
Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia
dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika
Utara. </div>
<div style="text-align: justify;">
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang
yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari
Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi
timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi
timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan
ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai
9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru,
seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah
sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan
orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan
lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan,
membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan,
menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak
80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta
pegawai dan juga konsep yang lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi
congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’.
Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu
riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang
terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit,
padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia
lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah,
puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang
mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung
jawaban oleh Allah SWT.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling
terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging
hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab
adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda
pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi
menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu
bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin
Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya
kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah
mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat
agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang
yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali
bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad
bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah
seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi
hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah
akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah
ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Wafatnya Umar bin Khattab</span></b></span><span style="font-family: Arial;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar
Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh
seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah
diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan
di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-72146502934105450862012-10-20T09:03:00.000-07:002012-10-20T09:05:26.255-07:00Utsman Bin Affan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHETwEgELB2dewNsg1kdRqk2XiAnrfL7W2t84YByUOK6xAYdF5MK_DQSk55fnqqzQ_8I7FSMqi8dsPHMr-I92oPvJEciszC39hj92EqG5tEnsvq2q49-ubsXktaeUwMg-M_KXQy2wbMTQx/s1600/usman+bin+affan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHETwEgELB2dewNsg1kdRqk2XiAnrfL7W2t84YByUOK6xAYdF5MK_DQSk55fnqqzQ_8I7FSMqi8dsPHMr-I92oPvJEciszC39hj92EqG5tEnsvq2q49-ubsXktaeUwMg-M_KXQy2wbMTQx/s320/usman+bin+affan.jpg" width="247" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun pertama dari khilafah Usman bin
Affan, yaitu tahun 24 Hijriah, negeri Rayyi berhasil ditaklukkan. Sebelumnya,
negeri ini pernah ditaklukkan, tetapi kemudian dibatalkan. Pada tahun yang
sama, berjangkit wabah demam berdarah yang menimpa banyak orang.
Khalifah Usman bin Affan sendiri terkena sehingga beliau tidak dapat
menunaikan ibadah haji. Pada tahun ini, Usman bin
Affan mengangkat Sa'ad bin Abi Waqqash menjadi gubernur Kufah
menggantikan Mughirah bin Syu'bah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di tahun 25 Hijriah, Usman bin
Affan memecat Sa'ad bin Abi Waqqash dari jabatan gubernur Kufah dan
sebagai gantinya diangkatlah Walid bin Uqbah bin Abi Mu'ith (seorang shahabi
dan saudara seibu dengan Usman bin Affan). Inilah sebab pertama
dituduhnya Usman bin Affan melakukan nepotisme.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 26 Hijriah, Usman bin
Affan melakukan perluasan Masjidil Haram dengan membeli sejumlah tempat
dari para pemiliknya lalu disatukan dengan masjid. Pada tahun 17 Hijriah,
Mu'awiyah melancarkan serangan ke Qubrus (Siprus) dengan membawa pasukannya
menyeberangi lautan. Di antara pasukan ini terdapat Ubadah bin Shamit dan
istrinya, Ummu Haram binti Milhan al-Ansharish. Dalam perjalanan, Ummu Haram
jatuh dari kendaraannya kemudian syahid dan dikuburkan di sana. Nabi saw pernah memberi-tahukan kepada
Ummu Haram tentang pasukan ini, seraya berdoa agar Ummu Haram menjadi salah
seorang dari anggota pasukan ini. Pada tahun ini, Usman bin
Affan menurunkan Amru bin Ash dari jabatan gubernur Mesir dan sebagai
gantinya diangkatlah Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh. Dia kemudian menyerbu
Afrika dan berhasil menaklukkannya dengan mudah. Di tahun ini pula, Andalusia berhasil ditaklukkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 29 Hijriah, negeri-negeri lain berhasil
ditaklukkan. Pada tahun ini, Usman bin Affan memperluas masjid
Madinah al- Munawarah dan membangunnya dengan batu-batu berukir. Ia
membuat tiangnya dari batu dan atapnya dari kayu (tatal). Panjangnya 160 depa
dan luasnya 150 depa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Negeri-negeri Khurasan ditaklukkan pada tahun
ke-30 Hijriah sehingga banyak terkumpul kharaj (infaq penghasilan) dan harta
dari berbagai penjuru. Allah memberikan karunia yang melimpah dari semua negeri
kepada kaum Muslimin.<br />
Pada tahun 32 Hijriah, Abbas bin Abdul Muththalib, Abdurrahman bin Auf,
Abdullah bin Mas'ud, dan Abu Darda' wafat. Orang -orang yang pernah menjabat
sebagai hakim negeri Syam sampai saat itu ialah Mu'awiyah, Abu Dzarr bin Jundab
bin Junadah al-Ghiffari, dan Zaid bin Abdullah. Pada tahun ke-33 Hijriah,
Abdullah bin Mas'ud bin Abi Sarh menyerbu Habasyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti diketahui, Usman bin Affan mengangkat
para kerabatnya dari bani Umaiyyah menduduki berbagai jabatan. Kebijakan ini
mengakibatkan dipecatnya sejumlah sahabat dari berbagai jabatan mereka dan
digantikan oleh orang yang diutamakan-nya dari kerabatnya. Kebijakan ini
mengakibatkan rasa tidak senang banyak orang terhadap Usman bin Affan. Hal
inilah yang dijadikan pemicu dan sandaran oleh orang Yahudi yaitu Abdullah bin Saba' dan teman-temannya untuk membangkitkan fitnah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa penduduk Kufah
umumnya melakukan pemberontakan dan konspirasi terhadap Sa'id ibnul Ash,
pemimpin Kufah. Mereka kemudian mengirim utusan kepada Usman bin
Affan guna menggugat kebijakannya dan alasan pemecatan sejumlah orang dari
bani Umayyah. Dalam pertemuan ini, utusan tersebut berbicara kepada Usman
bin Affan dengan bahasa yang kasar sekali sehingga membuat dadanya sesak.
Beliau lalu memanggil semua pimpinan pasukan untuk dimintai pendapatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, berkumpullah di hadapannya, Mu'awiyah
bin Abu Sufyan (pemimpin negeri Syam), Amr ibnul Ash (pemimpin negeri
Mesir), Abduliah bin Sa'ad bin Abi Sarh (pemimpin negeri Maghrib), Sa'id
ibnul Ash (pemimpin negeri Kufah), dan Abdullah bin Amir
(pemimpin negeri Bashrah). Kepada mereka, Usman bin
Affan meminta pandangan mengenai peristiwa yang terjadi dan perpecahan
yang muncul.... Masing-masing dari mereka kemudian mengemukakan pendapat dan
pandangannya. Setelah mendengar berbagai pandangan dan mendiskusikannya,
akhirnya Usman bin Affan memutuskan untuk tidak melakukan penggantian
para gubernur dan pembantunya. Kepada masing-masing mereka, Usman bin
Affan memerintahkan agar menjinakkan hati para pemberontak dan pembangkang
tersebut dengan memberi harta dan mengirim mereka ke medan peperangan lain dan pos-pos perbatasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah peristiwa ini, di Mesir muncul satu
kelompok dari anak-anak para sahabat. Mereka menggerakkan massa untuk menentang Usman bin
Affan dan menggugat sebagian besar tindakannya. Kelompok ini melakukan
tindakan tersebut tentu setelah Abdullah bin Saba'
berhasil menyebarkan kerusakan dan fitnah di Mesir. Ia berhasil menghasut
sekitar enam ratus orang untuk berangkat ke Madinah dengan berkedok melakukan
ibadah umrah, namun sebenarnya mereka bertujuan menyebarkan fitnah dalam
masyarakat Madinah. Tatkala mereka hampir memasuki Madinah, Usman bin
Affan mengutus Ali bin Abu Thalib untuk menemui mereka dan
berbicara kepada mereka. Ali bin Abu Thalib kemudian berangkat menemui mereka
di Juhfah. Mereka ini mengagungkan Ali bin Abu Thalib dengan sangat berlebihan,
karena Abdullah bin Saba' telah berhasil
mempermainkan akal pikiran mereka dengan berbagai khurafat dan penyimpangan.
Setelah Ali bin Abu Thalib membantah semua penyimpangan pemikiran yang sesat
itu, mereka menyesali diri seraya berkata, "Orang inikah yang kalian
jadikan sebagai sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes Khalifah (Usman
bin Affan)?" Mereka kemudian kembali dengan membawa kegagalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika menghadap Usman bin Affan, Ali bin
Abu Thalib melaporkan kepulangan mereka dan mengusulkan agar Usman bin
Affan menyampaikan pidato kepada orang banyak, guna meminta maaf atas
tindakannya mengutamakan sebagian kerabatnya dan bahwa ia telah bertobat dari
tindakan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Usulan ini diterima olehnya. dan Usman bin
Affan kemudian berpidato di hadapan orang banyak pada hari Jum'at. Dalam
pidato ini, di antaranya Usman bin Affan mengatakan, "Ya Allah,
aku memohon ampunan kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu. Ya Allah, aku adalah
orang yang pertama bertobat dari apa yang telah aku lakukan."</div>
<div style="text-align: justify;">
Pernyataan ini diucapkannya sambil menangis sehingga
membuat semua orang ikut menangis. Usman bin Affan kemudian
menegaskan kembali, bahwa ia akan menghentikan kebijakan yang menyebabkan
timbulnya protes tersebut. Ditegaskan-nya bahwa ia akan memecat Marwan dan
kerabatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah penegasan tersebut, Marwan bin Hakam
menemui Usman bin Affan. Dia menghamburkan kecaman dan protes kemudian
berkata, "Andaikan ucapanmu itu engkau ucapkan pada waktu engkau masih
sangat kuat, niscaya aku adalah orang yang pertama menerima dan mendukungnya,
tetapi engkau mengucapkannya ketika banjir bah telah mencapai puncak gunung.
Demi Allah, melakukan suatu kesalahan kemudian meminta ampunan dari-Nya adalah
lebih baik daripada tobat karena takut kepada-Nya. Jika suka, engkau dapat
melakukan tobat tanpa menyatakan kesalahan kami."</div>
<div style="text-align: justify;">
Marwan kemudian memberitahukan kepadanya bahwa di
balik pintu ada segerombolan orang. Usman bin Affan menunjuk Marwan
untuk berbicara kepada mereka sesukanya. Marwan lalu berbicara kepada mereka
dengan suatu pembicaraan yang buruk, sehingga merusak apa yang selama ini
diperbaiki oleh Usman bin Affan. Dalam pembicaraannya, Marwan berkata,
"Kalian datang untuk merebut kerajaan dari tangan kami. Keluarlah kalian
dari sisi kami. Demi Allah, jika kalian membangkang kepada kami, niscaya kalian
akan menghadapi kesulitan dan tidak akan menyukai akibatnya."</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengetahui hal ini, Ali bin Abu Thalib
segera datang menemui Usman bin Affan dan dengan nada marah, ia
berkata, "Mengapa engkau merelakan Marwan, sementara dia tidak menghendaki
kecuali memalingkan engkau dari agama dan pikiranmu! Demi Allah, Marwan adalah
orang yang tidak layak dimintai pendapat tentang agama atau dirinya sekalipun.
Demi Allah, aku melihat bahwa dia akan menghadirkan kamu kemudian tidak akan
mengembalikan kamu lagi. Saya tidak akan kembali setelah ini karena teguran-ku
kepadamu."</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Ali bin Abu Thalib keluar, Na'ilah masuk
menemui Usman bin Affan (ia telah mendengarkan apa yang diucapkan Ali
bin Abu Thalib kepada Usman bin Affan) kemudian berkata, "Aku harus bicara
atau diam!" Usman bin Affan menjawab, "Bicara lah!"
Na'ilah berkata, "Aku telah mendengar ucapan Ali bin Abu Thalib bahwa dia
tidak akan kembali lagi padamu, karena engkau telah menaati Marwan dalam segala
apa yang dikehendakinya," Usman bin Affan berkata, "Berilah
pendapatmu kepadaku." Na'ilah memberikan pendapatnya,"Bertaqwa lah
kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Ikutilah sunnah kedua sahabatmu
yang terdahulu (Abu Bakar As Siddiq dan Umar Bin Khattab), sebab jika
engkau menaati Marwan, niscaya dia akan membunuhmu. Marwan adalah orang yang
tidak memiliki harga di sisi Allah, apalagi rasa takut dan cinta. Utuslah
seseorang menemui Ali bin Abu Thalib guna meminta pendapatnya, karena dia
memiliki kekerabatan denganmu dan dia tidak layak ditentang."</div>
<div style="text-align: justify;">
Usman bin Affan kemudian mengutus seseorang
kepada Ali bin Abu Thalib, tetapi Dia menolak datang. Ali bin Abu Thalib
berkata, "Aku telah memberitahukan kepadanya bahwa aku tidak akan kembali
lagi. Sikap ini merupakan permulaan krisis yang menyulut api fitnah dan memberikan
peluang kepada para tukang fitnah, untuk memperbanyak kayu bakarnya dan
mencapai tujuan-tujuan busuk yang mereka inginkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Usman bin Affan menjabat sebagai khalifah
selama dua belas tahun. Tidak ada sesuatu yang dapat dijadikan celah untuk
mendendam-nya. Beliau bahkan lebih dicintai oleh orang-orang Quraisy umumnya
ketimbang Umar bin Khattab, karena Umar bin Khattab bersikap keras terhadap
mereka, sedangkan Usman bin Affan bersikap lemah lembut dan selalu
menjalin hubungan dengan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapi, masyarakat mulai berubah sikap
terhadapnya, tatkala ia mengutamakan kerabatnya dalam pemerintahan, sebagaimana
telah kami sebutkan. Kebijakan ini dilakukan Usman bin Affan atas
pertimbangan silaturrahim yang merupakan salah satu perintah Allah. Akan
tetapi, kebijakan ini pada akhirnya menjadi sebab pembunuhannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Asakir meriwayatkan dari az-Zuhri, ia
berkata, "Aku pernah berkata kepada Sa'id bin Musayyab, 'Ceritakanlah
kepadaku tentang pembunuhan Usman! Bagaimana hal ini sampai terjadi!' Ibnul
Musayyab berkata, 'Usman dibunuh secara aniaya. Pembunuhnya adalah kejam dan
pengkhianatnya adalah orang yang memerlukan ampunan. Ibnul Musayyab kemudian
menceritakan kepada az-Zuhri tentang sebab pembunuhannya dan bagaimana hal itu
dilakukan. Kami sebutkan di sini secara singkat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para penduduk
Mesir datang mengadukan Ibnu Abi Sarh. Setelah pengaduan ini, Usman bin
Affan menulis surat
kepadanya yang berisikan nasihat dan peringatan terhadapnya. Akan tetapi, Abu
Sarh tidak mau menerima peringatan Usman bin Affan, bahkan mengambil
tindakan keras terhadap orang yang mengadukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, para tokoh sahabat, seperti Ali bin
Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, dan Aisyah mengusulkan agar Usman bin
Affan memecat Ibnu Abi Sarh dan menggantinya dengan orang lain. Usman
bin Affan lalu berkata kepada mereka, "Pilihlah orang yang dapat
menggantikannya." Mereka mengusulkan Muhammad bin Abu Bakar. Usman
bin Affan kemudian menginstruksikan hal tersebut dan mengangkatnya secara
resmi. Surat
keputusan ini kemudian dibawa oleh sejumlah sahabat ke Mesir. Baru tiga hari
perjalanan dari Madinah, tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang pemuda hitam
berkendaraan unta yang berjalan mundur maju.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para sahabat
Rasulullah itu kemudian menghentikannya seraya berkata, "Mengapa kamu ini!
Kamu terlihat seperti orang yang lari atau mencari sesuatu!" Ia menjawab,
"Saya adalah pembantu Amirul Mukminin yang diutus untuk menemui Gubernur
Mesir." Ketika ditanya, "Utusan siapa kamu ini!" Dengan gagap
dan ragu-ragu, ia kadang -kadang menjawab, "Saya pembantu Amirul
Mukminin," dan kadang- kadang pula ia menjawab,"Saya pembantu
Marwan." Mereka kemudian mengeluarkan sebuah surat dari barang bawaannya. Di hadapan dan
disaksikan oleh para sahabat dari Anshar dan Muhajirin tersebut, Muhammad bin
Abu Bakar membuka surat
tersebut yang ternyata berisi, "Jika Muhammad beserta si fulan dan si
fulan datang kepadamu, bunuhlah mereka dan batalkan-lah suratnya. Dan tetaplah
engkau melakukan tugasmu sampai engkau menerima keputusanku. Aku menahan orang
yang akan datang kepadaku mengadukan dirimu."</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, para sahabat itu kembali ke Madinah
dengan membawa surat
tersebut. Mereka kemudian mengumpulkan para tokoh sahabat dan memberitahukan
ihwal surat dan
kisah utusan tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
Peristiwa ini membuat seluruh penduduk Madinah
gempar dan benci terhadap Usman bin Affan. Setelah melihat hal ini, Ali
bin Abu Thalib segera memanggil beberapa tokoh sahabat, antara lain Thalhah
bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abu Waqqash, dan Ammar.
Bersama mereka, Ali bin Abu Thalib dengan membawa surat, pembantu, dan unta tersebut, masuk
menemui Usman bin Affan. Ali bin Abu Thalib bertanya kepada Usman bin
Affan, "Apakah pemuda ini pembantumu?" Usman bin
Affan menjawab "Ya." Ali bin Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah
unta ini untamu?" Usman bin Affan menjawab "Ya." Ali
bin Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah kamu pernah menulis surat ini?" Usman bin
Affan menjawab,"Tidak." Usman bin Affan kemudian
bersumpah dengan nama Allah, "Aku tidak pernah menulis surat
tersebut, tidak pernah memerintahkan penulisan surat,
dan tidak mengetahui ihwal surat
tersebut." Ali bin Abu Thalib bertanya lagi, "Apakah stempel ini,
stempel-mu?" Usman bin Affan menjawab, "Ya." Ali bin
Abu Thalib bertanya lagi "Bagaimana pembantumu ini bisa keluar dengan
menunggang untamu dan membawa surat
yang distempel, dengan stempel-mu, sedangkan engkau tidak
mengetahuinya?" Usman bin Affan kemudian bersumpah dengan nama
Allah, "Aku tidak pernah menulis surat
ini, tidak pernah memerintahkannya, dan tidak pernah pula mengutus pembantu ini
ke Mesir."</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka kemudian memeriksa tulisan surat tersebut dan mengetahui bahwa surat itu ditulis oleh Marwan. Mereka lalu
meminta kepada Usman bin Affan agar menyerahkan Marwan kepada mereka,
tetapi Usman bin Affan tidak bersedia melakukannya, padahal Marwan
saat itu berada di dalam rumahnya. Akhirnya, orang-orang keluar dari
rumah Usman bin Affan dengan perasaan marah. Mereka mengetahui
bahwa Usman bin Affan tidak berdusta dalam bersumpah, tetapi mereka
marah karena dia tidak bersedia menyerahkan Marwan kepada mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu, tersiarlah berita tersebut di
seluruh Kota Madinah, sehingga sebagian masyarakat mengepung rumah Usman
bin Affan dan tidak memberikan air kepadanya. Setelah Usman bin
Affan dan keluarganya merasakan kepayahan akibat terputusnya air, ia
menemui mereka seraya berkata, "Adakah seseorang yang sudi memberi tahu
Ali bin Abu Thalib agar memberi air kepada kami ?" Setelah mendengar
berita ini, Ali bin Abu Thalib segera mengirim tiga qirbah air. Kiriman air ini
pun sampai kepada Usman bin Affan melalui cara yang sulit sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat itu, Ali bin Abu Thalib mendengar
desas-desus tentang adanya orang yang ingin membunuh Usman bin Affan, lalu
ia berkata "Yang kita inginkan darinya adalah Marwan, bukan
pembunuhan Usman bin Affan." Ali bin Abu Thalib kemudian berkata
kepada kedua anaknya, Hasan dan Husain, "Pergilah dengan membawa pedang
kalian untuk menjaga pintu rumah Usman. Jangan biarkan seorang pun masuk
kepadanya." Hal ini juga dilakukan oleh sejumlah sahabat Rasulullah saw
demi menjaga Usman bin Affan. Ketika para pengacau menyerbu pintu
rumah Usman bin Affan ingin masuk dan membunuhnya, mereka dihentikan
oleh Hasan dan Husain serta sebagian sahabat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak itu, mereka mengepung rumah Usman bin
Affan lebih ketat dan secara sembunyi-sembunyi berhasil masuk dari atap
rumah. Mereka berhasil menebaskan pedang sehingga Khalifah Usman bin
Affan terbunuh. Ketika mendengar berita ini, Ali bin Abu Thalib datang
dengan wajah marah, seraya berkata kepada dua orang anaknya, "Bagaimana
Amirul Mukminin bisa dibunuh, sedangkan kalian berdiri menjaga pintu?" Ali
bin Abu Thalib kemudian menampar Hasan dan memukul dada Husain, serta
mengecam Muhammad bin Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Demikianlah,
pembunuhan Usman bin Affan merupakan pintu dari mata rantai fitnah
yang terus membentang tanpa akhir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama,</b> di antara keutamaan dan
keistimewaan yang dapat dicatat pada periode pemerintahan Usman bin
Affan ialah banyaknya penaklukan dan perluasan. Pada periode ini, seluruh
Khurasan berhasil ditaklukkan. Demikian pula Afrika sampai Andalusia.
Di samping itu, tercatat pula sejumlah prestasi mulia dan agung yang pernah
dilakukan Usman bin Affan, seperti menyatukan orang dalam bacaan dan
tulisan al-Qur'an yang tepercaya setelah berkembangnya berbagai bacaan yang di
khawatirkan dapat membingungkan orang. Juga seperti prestasinya memperluas
Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwarah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidaklah merusak kemuliaan Usman bin
Affan jika dalam berbagai penaklukannya ia mempergunakan Abdullah bin
Sa'id bin Abi Sarh dan orang-orang semisalnya, karena Islam menghapuskan semua
dosa sebelumnya. Barangkali Ibnu Sarh dengan amal-amalnya yang mulia ini telah
menghapuskan segala yang pernah dia lakukan sebelumnya. Bahkan seperti
diketahui, ia tetap di jalan lurus setelah itu dan termasuk orang yang tetap
baik agamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua,</b> betapapun keras kritik
yang dilontarkan kepada Usman bin Affan karena kebijakannya dalam
memilih para gubemur dan pembantunya dari kaum kerabatnya (bani Umayyah), kita
harus menyadari bahwa kebijakan tersebut merupakan ijtihad
pribadinya. Usman bin Affan bahkan telah mempertahankan pendapat
tersebut di hadapan sejumlah besar para sahabat. Bagaimanapun sikap kita
terhadap pendapat dan pembelaan tersebut, sewaktu mengkritik, kita tidak boleh
melanggar adab dalam melontarkan analisis atau pendapat. Juga kesalahan yang
dilakukannya tersebut -jika hal itu kita anggap sebagai suatu kesalahan- jangan
sampai melupakan kita pada kedudukannya yang mulia di sisi Rasulullah saw,
keutamaannya sebagai generasi pertama dalam Islam, dan sabda Rasulullah saw
kepadanya pada Perang Tabuk,"<span style="color: green;">Tidaklah akan
membahayakan Usman apa yang dilakukannya setelah hari ini</span>."</div>
<div style="text-align: justify;">
Hendaknya kita pun menyadari bahwa pembicaraan
dan sanggahan para sahabat, terhadap kebijakannya saat itu, tidak sama dengan
kritik dan gugatan yang kita lakukan sekarang terhadap masalah yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sanggahan para sahabat terhadapnya, pada saat
itu, merupakan pencegahan bagi suatu permasalahan yang ada dan mungkin dapat
diubah atau diperbaiki. Segala pembicaraan, di saat itu, sekalipun ber
motivasikan kritik dan menyalahkan, merupakan tindakan positif dan bermanfaat.
Sementara itu, pembicaraan kita pada hari ini, setelah masalah tersebut menjadi
suatu peristiwa sejarah, hanyalah merupakan tindakan kurang ajar terhadap para
sahabat yang telah diberikan pujian oleh Rasulullah saw. Beliau melarang kita
bersikap tidak sopan kepada mereka, terutama Khilafah Rasyidah.<br />
<br />
Bagi siapa saja yang menginginkan amanah ilmiah dalam mengemukakan peristiwa
ini, cukuplah dengan berpegang teguh kepada penjelasan yang dikemukakan oleh
para penulis dan ahli sejarah tepercaya, seperti Thabari, Ibnu Katsir, dan
Ibnul Atsir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ketiga,</b> bersamaan dengan
munculnya benih-benih fitnah pada akhir-akhir pemerintahan Usman bin
Affan, muncul pula nama Abdullah bin Saba' di
pentas sejarah. Peranan Ibnu Saba' sangat menonjol dalam mengobarkan api fitnah
ini. Abdullah bin Saba' adalah seorang Yahudi
berasal dari Yaman. Ia datang ke Mesir pada masa pemerintahan Usman bin
Affan. Ia menghasut orang untuk membangkang pada Usman bin
Affan dengan dalih mencintai Ali bin Abu Thalib dan keluarga (ahlul bait)
Nabi saw. Di antaranya, ia mengatakan kepada orang-orang, "Tidakkah
Muhammad saw lebih baik dari Isa as di sisi Allah? Jika demikian halnya,
Muhammad saw lebih berhak kembali kepada manusia daripada Isa as. Akan tetapi,
Muhammad saw akan kembali kepada mereka dalam diri anak pamannya, Ali bin Abu
Thalib, yang merupakan orang terdekat kepadanya."</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan khurafat ini, Abdullah bin Saba' berhasil menipu masyarakat Mesir, padahal
sebelumnya ia gagal mendapatkan pengikut di Yaman. Orang-orang yang tertipu
oleh perkataannya inilah yang berangkat ke Madinah guna memberontak
kepada Usman bin Affan. Akan tetapi, mereka berhasil dihalau oleh Ali bin
Abu Thalib, sebagaimana telah Kita ketahui.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sini, kita mengetahui bahwa kelahiran
perpecahan umat Islam menjadi dua kubu: Sunni dan Syi'i, dimulai pada periode
ini. Perpecahan ini sepenuhnya merupakan buah tangan Abdullah bin Saba'. Belum lagi penyiksaan dan kekejaman yang dialami
oleh Ahlul Bait atau Syi'ah di tangan pemerintahan Umawiyah dan lainnya. Yang
penting, bagaimanapun kedua peristiwa ini telah masuk ke dalam sejarah, tetapi
kita tidak boleh melupakan realitas lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Keempat,</b> sekali lagi, kita harus
mendapatkan kejelasan tentang hakikat hubungan yang berlangsung
antara Usman bin Affan dan Ali bin Abu Thalib selama periode khilafah
yang ketiga ini, juga hakikat sikap yang diambil Ali bin Abu Thalib
terhadap Usman bin Affan. Seperti telah kita ketahui bahwa Ali bin Abu
Thalib segera membaiat Usman bin Affan sebagai khalifah, bahkan
menurut kebanyakan ahli sejarah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Katsir, bahwa
Ali bin Abu Thalib adalah orang yang pertama membaiat Usman bin Affan.
Kemudian kita ketahui bagaimana Ali bin Abu Thalib mengatakan kepada Usman
bin Affan, ketika ia mendengar segerombolan orang yang dikerahkan oleh Abdullah
bin Saba' ke Madinah untuk menggerakkan orang
menentangnya, "Aku bereskan kejahatan mereka!" Ali bin Abu Thalib
kemudian berangkat dan menemui mereka di Juhfah sampai berhasil menghalau
mereka kembali ke Mesir seraya mengatakan,"Inikah orang yang kalian
jadikan sebagai sebab dan dalih untuk memerangi dan memprotes khalifah (Usman
bin Affan)?" Kita telah mengetahui bagaimana Ali bin Abu Thalib dengan
penuh keikhlasan, kecintaan, dan kemauan yang jujur memberikan nasihat
kepadanya. Sebagaimana kita tahu pula Ali bin Abu Thalib membelanya sampai
akhir kehidupannya; bagaimana ia memobilisasi kedua putranya, Hasan dan Husain,
untuk menjaga Usman bin Affan dari ulah orang-orang yang
mengepungnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, Ali bin Abu Thalib merupakan
pendukung Usman bin Affan yang terbaik selama khilafahnya, di samping
merupakan pembela terbaiknya tatkala menghadapi cobaan berat. Ia bersikap tegas
dan keras dalam memberikan nasihat kepadanya di belakang hari, tidak lain dan
tidak bukan, hanyalah karena cinta dan ghirah kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hendaklah kita memahami hal ini dengan baik agar
kita juga mengetahui bahwa orang besar seperti Sayyidina Ali bin Abu
Thalib patut diteladani oleh setiap orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya. Bukti rasa cinta hanyalah berupa "<i>shidqul ittiba</i>"
(mengikuti secara jujur) dan istiqamah (terus menerus) dalam meneladani.
Marilah kita jadikan suri tauladan-nya sebagai teladan yang terbaik bagi kita
dan bukti paling nyata yang mengungkapkan cinta sejati kepada beliau.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-28088861212137376352012-10-20T08:52:00.000-07:002012-10-20T09:06:10.166-07:00Ali Bin Abi Thalib<div style="text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj685SdIxUh8JR4xusZDj0n1_m5BCjKY8xgRhqQLTAA1JNQkiVoN7UylfeeRfNStsoAbzL7z0Gu6XMu4fmrOMSxK6vUvfa4YleVDlvAEVgvufmBD6WJr5XxCh9VQM9Dlar6mrnxJoP9UQA-/s1600/Ali+bin+abi+thalib.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj685SdIxUh8JR4xusZDj0n1_m5BCjKY8xgRhqQLTAA1JNQkiVoN7UylfeeRfNStsoAbzL7z0Gu6XMu4fmrOMSxK6vUvfa4YleVDlvAEVgvufmBD6WJr5XxCh9VQM9Dlar6mrnxJoP9UQA-/s320/Ali+bin+abi+thalib.jpg" width="208" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">"Tidak ada
pedang, setajam pedang Zulfikar dan tidak ada pemuda yang setangguh Ali bin Abu
Thalib"</span></b><span style="color: blue;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah slogan yang selalu
didengung-dengungkan oleh kaum muslimin ketika perang Uhud yang amat dahsyat
itu tengah berlangsung. Dalam perang tersebut, Ali bin Abu Thalib
memperlihatkan ketangguhannya sebagai seorang pahlawan islam yang gagah
perkasa. Ia di kenal sebagai jagoan bangsa Arab yang mempunyai kemahiran
memainkan pedang dengan tangguh. Sementara itu, baju besi yang dimilikinya
berbentuk tubuh bagian depan di kedua sisi, dan tidak ada bagian belakangnya.
Ketika di tanya,"Mengapa baju besimu itu tidak dibuatkan bagian
belakangnya, Hai Abu Husein?" Maka Ali bin Abu Thalib akan menjawabnya dengan
mudah,"Kalau seandainya aku menghadapi musuhku dari belakang, niscaya aku
akan binasa."</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika terjadi perang Badar antara kaum muslimin
dan kaum kafir Quraisy, di mana kaum muslimin memperoleh kemenangan yang telak,
maka korban yang berjatuhan di pihak kaum Quraisy berjumlah tujuh puluh orang.
Konon sepertiga korban yang tewas dari pihak kaum Quraisy pada perang badar itu
merupakan persembahan khusus dari Ali bin Abu Thalib dan Hamzah bin Abdul
Muthalib.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu Amru bin Wud Al 'Amiri, seorang jawara
yang tangguh dari kaum kafir Quraisy ikut serta dalam perang Khandak. Dengan
angkuhnya ia menari-nari di atas kudanya sambil memainkan pedangnya dan
mengejek kaum muslimin seraya berkata,"Hai kaum muslimin, manakah surga
yang telah dijanjikan kepadamu bahwa orang yang gugur diantaramu akan masuk
kedalamnya? inilah dia surga yang kini berada di hadapan-mu, maka
sambutlah."</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun nyatanya tak ada seorangpun dari kaum
muslimin yang berani maju untuk menjawab tantangan yang dilontarkan Amru bin
Wud , yang terkenal bengis dan kejam itu. Tak lama kemudian Ali bin Abu Thalib
pun berdiri dan berkata kepada Rasulullah," Ya Rasulullah, kalau Anda
mengijinkan, maka saya akan maju untuk bertarung melawannya" Rasulullah
menjawab,"Hai Ali, Bukankah dia itu Amru bin Wud, jagoan kaum Quraisy yang
ganas itu?" Ali bin Abu Thalib pun menjawab,"Ya, Saya tahu dia itu
adalah Amru bin wud, akan tetapi bukankah ia juga manusia seperti kita?"
Akhirnya Rasulullah mengijinkan untuk bertarung melawannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-tab-span"><span style="font-size: 14pt;"> </span></span><span style="font-size: 14pt;">Dengan pedang zulfikar Ali bin Abu Thalib membela
islam. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
Selang beberapa saat kemudian, Ali bin Abu Thalib
telah maju ke gelanggang pertarungan untuk bertarung melawan Amru bin Wud. Lalu
Amru bertanya seraya memandang remeh kepadanya,"Siapakah kamu hai anak
muda?", "Aku adalah Ali." Amru bin Wud bertanya lagi,"Kamu
anak Abdul Manaf?", "Bukan, Aku anak Abu Thalib." Lalu Amru bin
Wud berkata,"Kamu jangan maju ke sini hai anak saudaraku! Kamu masih
kecil. Aku hanya menginginkan orang yang lebih tua darimu, karena aku pantang
menumpahkan darahmu." Ali bin Abu Thalib menjawab,"Jangan sombong
dulu hai Amru! Aku akan buktikan bahwa aku dapat merobohkan-mu hanya dalam
beberapa detik saja dan aku tidak segan-segan untuk menghantarkan-mu ke liang
kubur."</div>
<div style="text-align: justify;">
Betapa marahnya Amru bin Wud mendengar jawaban
Ali bin Abu Thalib itu. Lalu ia turun dari kuda dan dihunus-nya pedang miliknya
itu ke arah Ali bin Abu Thalib. Sementara itu Ali bin Abu Thalib menghadapinya
dengan tameng di tangan kirinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba Amru bin Wud melancarkan serangannya
dengan pedang. Dan Ali pun menangkis serangan itu dengan menggunakan tamengnya
yang terbuat dari kulit binatang sehingga pedang Amru tertancap di tameng itu.
Maka secepat kilat Ali menghantamkan dengan keras pedang Zulfikar pada
tengkuknya hingga ia tersungkur ke tanah dan bersimbah darah, dan kaum kafir
Quraisy lainnya yang melihat itu lari tunggang langgang. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu ketika Rasulullah mengutus pasukan
kaum muslim ke Wilayah Khaibar di bawah pimpinan Abu Bakar As Siddiq. Lalu
pasukan tersebut berangkat untuk menembus benteng pertahanan Khaibar. Dengan
mengerahkan segala daya kekuatan mereka berusaha membobol benteng tersebut,
namun pintu benteng tersebut sangat kokoh sehingga sukar untuk ditembus-nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keesokkan harinya, Rasulullah mengutus Umar
bin Khattab untuk memimpin pasukan untuk menaklukkan benteng tersebut.
Dengan semangat yang berkobar-kobar akhirnya terjadilah peperangan yang dahsyat
antara dua pasukan bersenjata itu. Umar terus membangkitkan semangat anak
buahnya agar dapat menguasai benteng khaibar, namun upaya mereka belum
membuahkan hasil meskipun telah berusaha sekuat tenaga dan mereka pun pulang
dengan tangan hampa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu Rasulullah SAW bersabda,"Esok
hari aku akan berikan bendera ini kepada seorang laki-laki yang dicintai Allah
dan Rasulnya. Dan mudah-mudahan Allah akan membukakan pintu kemenangan bagi
kaum muslimin melalui kedua tangannya, sedangkan ia sendiri bukan termasuk
seorang pengecut."</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka para sahabat bertanya-tanya "Siapakah
laki-laki yang beruntung itu?" Akhirnya setiap orang dari para sahabat itu
berdoa dan memohon kepada Allah agar dialah yang di maksud oleh Rasulullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan keesokkan harinya Rasulullah ternyata
menyerahkan bendera kepemimpinan itu kepada Ali bin Abu Thalib yang sedang
menderita penyakit mata. Kemudian Rasulullah meludahi kedua belah matanya yang
sedang sakit hingga sembuh seraya berkata,"Hai Ali, terimalah bendera
perang ini dan bawalah pasukan kaum muslimin bersamamu menuju benteng Khaibar
hingga Allah membukakan pintu kemenangan bagi kaum muslimin."</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Ali bin Abu Thalib memimpin pasukan dan
memusatkan pasukannya pada sebuah batu karang besar dekat benteng guna
menghimpun kekuatan kembali. Tak lama kemudian ia memberikan komando untuk
bersiap-siap menyerbu ke benteng dan akhirnya terjadilah perang yang sengit
antara kaum muslimin dengan orang-orang yahudi di sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ali bin Abu Thalib</b> memainkan
pedang Zulfikar-nya dengan gesit dan menghunuskan kepada musuhnya yang berani
menghadang. Tidak ada musuh pun yang selamat dari kelebatan pedang yang di
genggam Ali. Akan tetapi seorang yahudi tiba-tiba menghantamkan pedang
kearahnya dengan keras. Secepat kilat di tangkis serangan itu dengan tamengnya,
hingga terjatuh tamengnya itu. Akhirnya ia raih sebuah pintu besar yang terbuat
dari besi yang berada di sekitar benteng dan dijadikan-nya sebagai tameng dari
serangan pedang orang-orang yahudi lainnya. Dan ia tetap menggunakan pintu
besar itu hingga perang usai dan kaum muslimin memperoleh kemenangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Abu Rofi' seorang sahabat yang ikut perang itu
menyatakan,"Aku telah menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana
Ali bin Abu Thalib mencabut pintu besi yang besar itu untuk dijadikan
tameng-nya, Setelah tameng-nya terjatuh dari tangannya." Kemudian setelah
perang usai, ada delapan orang laki-laki, salah seorang diantaranya adalah aku
sendiri, yang berusaha untuk menggotong dan menempatkan kembali pintu besi itu
ke tempat semula, tetapi mereka tidak mampu untuk melakukannya karena terlalu
berat."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Tentang Ali Bin Abu Thalib</span></b></span><span style="font-family: Arial;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ali bin Abu Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib,
bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah, Fathimah binti Asad,
bin Hasyim, bin Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail,
Ja'far dan Ummu Hani.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian, jelaslah, Ali bin Abu Thalib
adalah berdarah Hasyimi dari kedua ibu-bapaknya. Keluarga Hasyim memiliki
sejarah yang cemerlang dalam masyarakat Mekkah. Sebelum datangnya Islam,
keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan
pemegang kepemimpinan masyarakat. Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang
kemudian menamakannya <b>Haidarah</b>. Haidarah adalah salah satu
nama singa, sesuai dengan nama ayahnya: Asad (singa). Fathimah adalah salah
seorang wanita yang terdahulu beriman dengan Risalah Nabi Muhammad Saw. Dia
pula-lah yang telah mendidik Nabi Saw, dan menanggung hidupnya, setelah
meninggalnya bapak-ibu beliau, Abdullah dan Aminah. Beliau kemudian membalas
jasanya, dengan menanggung kehidupan Ali bin Abu Thalib, untuk meringankan
beban pamannya, Abu Thalib, pada saat mengalami kesulitan ekonomi. Saat
Fathimah (Ibu Ali bin Abu Thalib) meninggal dunia, Rasulullah Saw yang mulai
mengkafaninya dengan baju gamisnya, meletakkannya dalam kuburnya, dan
menangisinya, sebagai tangisan seorang anak atas ibunya. Dan bersabda,</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">"Semoga Allah SWT
memberikan balasan yang baik bagi ibu asuhku ini. Engkau adalah orang yang
paling baik kepadaku, setelah pamanku dan almarhumah ibuku. Dan semoga Allah
SWT meridhai-mu."</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan karena penghormatan beliau kepadanya, maka
beliau menamakan anaknya yang tersayang dengan namanya: Fathimah. Darinyalah
kemudian mengalir nasab beliau yang mulia, yaitu anak-anaknya: Hasan, Husein,
Zainab al Kubra dan Ummu Kultsum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Haidarah adalah nama lain Imam Ali bin Abu Thalib
yang dipilihkan oleh ibunya. Namun ayahnya menamakannya dengan Ali, sehingga
dia terkenal dengan dua nama tersebut, meskipun nama Ali kemudian lebih
terkenal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Sifat Ali Bin Abu Thalib</span></b></span><span style="font-family: Arial;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ali Bin Abu Thalib tumbuh menjadi anak yang cepat
matang. Di wajahnya tampak jelas kematangannya, yang juga menunjukkan kekuatan,
dan ketegasan. Saat ia menginjak usia pemuda, ia segera berperan penuh dalam
dakwah Islam, tidak seperti yang dilakukan oleh pemuda seusianya. Contoh yang
paling jelas adalah keikhlasannya untuk menjadi tameng Rasulullah Saw saat
beliau hijrah, dengan menempati tempat tidur beliau. Ia juga terlibat dalam
peperangan yang hebat, seperti dalam perang Al Ahzab, dia pula yang telah
menembus benteng Khaibar. Sehingga dia dijuluki sebagai pahlawan Islam yang
pertama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali bin Abu Thalib adalah seorang dengan perawakan
sedang, antara tinggi dan pendek. Perutnya agak menonjol. Pundaknya lebar.
Kedua lengannya berotot, seakan sedang mengendarai singa. Lehernya berisi. Bulu
jenggotnya lebat. Kepalanya botak, dan berambut di pinggir kepala. Matanya
besar. Wajahnya tampan. Kulitnya amat gelap. Postur tubuhnya tegap dan
proporsional. Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja. Berisi. Jika
berjalan seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya
Rasulullah Saw. Seperti dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma'rifat
ash Shahabah: adalah Ali bin Abi Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot
kokoh, berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam
berbicara, berani, pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara,
dan halus perasaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika ia dipanggil untuk berduel dengan musuh di medan perang, ia segera
maju tanpa gentar, mengambil perlengkapan perangnya, dan menghunuskan
pedangnya. Untuk kemudian menjatuhkan musuhnya dalam beberapa langkah. Karena
sesekor singa, ketika ia maju untuk menerkam mangsanya, ia bergerak dengan
cepat bagai kilat, dan menyergap dengan tangkas, untuk kemudian membuat mangsa
tak berkutik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tadi adalah sifat-sifat fisiknya. Sedangkan
sifat-sifat kejiwaannya, maka ia adalah sosok yang sempurna, penuh dengan
kemuliaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keberaniannya menjadi perlambang para kesatria
pada masanya. Setiap kali ia menghadapi musuh di medan perang, maka dapat dipastikan ia akan
mengalahkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk
dalam perkara yang syubhat, dan tidak pernah melalaikan syari'at.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam
kesederhanaan. Ia makan cukup dengan berlauk-kan cuka, minyak dan roti kering
yang ia patahkan dengan lututnya. Dan memakai pakaian yang kasar, sekadar untuk
menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin
menghempas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia
akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk
tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi
umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan
seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian
butiran-butiran air di lautan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang
sezaman dengannya melihat ia sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu
bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan
memandang kepada kesempurnaan. Ia menginginkan agar realitas yang tidak
sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan
adalah 'anak' dari kritik. Dan ia adalah 'anak' dari filsafat. Menurutku,
gurauan yang tepat adalah suatu tanda ketinggian intelektualitas para tokoh
pemikir dalam sejarah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia terkenal kefasihannya. Sehingga
ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai sastra Arab yang jernih dan tinggi.
Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah. Ia juga mengutip dari redaksi
Al Quran, dan hadits Rasulullah Saw, sehingga menambah benderang dan semerbak
kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak kefasihan bahasa dan sastra
Arab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia amat loyal terhadap pendidiknya, Nabi-nya,
juga Rabb-nya. Serta berbuat baik kepada kerabatnya. Amat mementingkan
isterinya yang pertama, Fathimah az Zahra. Dan ia selalu berusaha memberikan
apa yang baik dan indah kepada orang yang ia senangi, kerabatnya atau
kenalannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali Bin Abu Thalib berpendirian teguh, sehingga
menjadi tokoh yang namanya terpatri dalam sejarah. Tidak mundur dalam membela
prinsip dan sikap. Sehingga banyak orang yang menuduhnya bodoh dalam politik, tipu
daya bangsa Arab, dan dalam hal melembutkan sikap musuh, sehingga kesulitan
menjadi berkurang. Namun, sebenarnya kemampuannya jauh di atas praduga yang
tidak benar, karena ia tahu apa yang ia inginkan, dan menginginkan apa yang ia
tahu. Sehingga, di samping kemanusiaannya, ia seakan-akan adalah sebuah gunung
yang kokoh, yang mencengkeram bumi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Istri-istri Ali bin Abu Thalib</span></b></span><span style="font-family: Arial;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Fathimah az Zahra wafat, Imam Ali
menikahi Umamah bin Abi Al Ash bin Rabi' bin Abdul Uzza al Qurasyiyyah.
Selanjutnya menikahi Umum Banin bini Haram bin Khalid bin Darim al Kulabiyah.
Kemudian Laila binti Mas'ud an Nahsyaliyyah, ad Daarimiyyah dari Tamim.
Berikutnya Asmaa binti 'Umais, yang sebelumnya merupakan isteri Ja'far bin Abi
Thalib, dan selanjutnya menjadi isteri Abu Bakar (hingga ia meninggal), dan
berikutnya menjadi isteri imam Ali. Selanjutnya ia menikahi Ummu Habib ash
Shahbaa at Taghalbiyah. Kemudian, Khaulah binti Iyas bin Ja1far al Hanafiyyah.
Selanjutnya Ummu Sa'd ats Tsaqafiyyah. Dan Mukhabba'ah bintih Imri'il Qais al
Kulabiyyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="apple-style-span"><b><span style="font-family: Arial; font-size: 18pt;">Menjadi Khalifah</span></b></span><span style="font-family: Arial;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Ali bin Abu Thalib di angkat menjadi
khalifah ke empat menggantikan Khalifah Ustman bin Affan, maka ia tidak
pernah melakukan kecurangan ataupun penyelewengan dalam pemerintahannya. Ia
tidak pernah melakukan korupsi ataupun memakan uang rakyat yang terdapat di
"baitul maal." Namun
Ia lebih memilih untuk bekerja
sendiri ataupun menjual harta benda miliknya sendiri untuk mencukupi
kehidupannya sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan diceritakan bahwa Ia pernah pergi ke pasar
untuk menawarkan pedangnya kepada orang-orang yang berada di sana sambil berkata,"Adakah di antara
kalian yang akan membeli pedangku ini, karena hari ini aku sedang tidak
mempunyai uang?" Kemudian orang-orang balik bertanya
kepadanya,"Bukankah anda seorang Khalifah yang mempunyai uang banyak ya
Amirul Mukminin?" Lalu Ali pun menjawab,"Kalau seandainya aku
mempunyai uang empat dirham saja, tentu aku tidak akan menjual pedang
kesayanganku ini."</div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah suatu ketika Ali bin Abu Thalib tengah
menangis di mihrab Masjid Nabawi seraya berkata,"Wahai dunia, janganlah
engkau berupaya memperdayai-ku Tetapi perdaya-lah orang-orang selain-ku.
Sungguh aku telah menceraikanmu dari diriku dan jangan engkau kembali
kepadaku!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya lelaki yang dicintai Allah dan Rasul-NYA
ini gugur sebagai syahid di dekat pintu masjid Kufah pada 17 Ramadhan 40 H,
akibat di tikam dengan pedang beracun di bagian kening oleh Abdurrahman bin
Muljam, ketika ia akan melaksanakan salat subuh berjamaah dengan kaum muslimin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimanapun sejarah telah mencatat Bahwa
Sayyidina Ali Bin Abu Thalib KW adalah seorang laki-laki yang gagah berani,
tangkas cerdas, dan dicintai Allah dan Rasul-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Dari berbagai sumber. </b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-92231737245761003242012-10-20T03:34:00.000-07:002012-10-20T03:34:29.635-07:00Belum Haji Sudah Mabrur<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ini kisah tentang Yu Timah.
Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami. Dia salah</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
seorang penerima program Subsidi
Langsung Tunai (SLT) yang kini sudah berakhir. Yu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Timah adalah penerima SLT yang
sebenarnya. Maka rumahnya berlantai tanah, berdinding anyaman bambu, tak punya
sumur sendiri. Bahkan status tanah yang di tempati gubuk Yu Timah adalah bukan
milik sendiri.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan
kurus dan tidak menikah. Dia sebatang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kara. Dulu setelah remaja Yu Timah
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun, seiring usianya yang terus
meningkat, tenaga Yu Timah tidak laku di pasaran</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
pembantu rumah tangga. Dia
kembali ke kampung kami. Para tetangga
bergotong royong</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
membuatkan gubuk buat Yu Timah
bersama emaknya yang sudah sangat renta. Gubuk itu didirikan di atas tanah
tetangga yang bersedia menampung anak dan emak yang sangat miskin itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Meski hidupnya sangat miskin, Yu
Timah ingin mandiri. Maka ia berjualan nasi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bungkus. Pembeli tetapnya adalah
para santri yang sedang mondok di pesantren kampung</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
kami. Tentu hasilnya tak
seberapa. Tapi Yu Timah bertahan. Dan nyatanya dia bisa hidup</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bertahun-tahun.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemarin Yu Timah datang ke rumah
saya. Saya sudah mengira pasti dia mau bicara</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
soal tabungan. Inilah hebatnya.
Semiskin itu Yu Timah masih bisa menabung di bank</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
perkreditan rakyat syariah di
mana saya ikut jadi pengurus. Tapi Yu Timah tidak pernah mau</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
datang ke kantor. Katanya, malu
sebab dia orang miskin dan buta huruf. Dia menabung</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rp5.000 atau Rp10 ribu setiap
bulan. Namun setelah menjadi penerima SLT Yu Timah bisa setor tabungan hingga
Rp 250 ribu. Dan Saldo terakhir Yu Timah adalah Rp 650 ribu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yu Timah biasa duduk menjauh bila
berhadapan dengan saya. Malah maunya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
bersimpuh di lantai, namun selalu
saya cegah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Pak, saya mau mengambil
tabungan,” kata Yu Timah dengan suaranya yang kecil.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”O, tentu bisa. Tapi ini hari
Sabtu dan sudah sore. Bank kita sudah tutup. Bagaimana bila</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Senin?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Senin juga tidak apa-apa. Saya
tidak buru-buru.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Mau ambil berapa?” tanya saya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Enam ratus ribu, Pak.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Kok banyak sekali. Untuk apa,
Yu?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yu Timah tidak segera menjawab.
Menunduk, sambil tersenyum malu-malu. ”Saya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
mau beli kambing kurban, Pak.
Kalau enam ratus ribu saya tambahi dengan uang saya yang di tangan, cukup untuk
beli satu kambing.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saya tahu Yu Timah amat menunggu
tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi kata-</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
katanya karena saya masih diam.
Karena lama tidak memberikan tanggapan, mungkin Yu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Timah mengira saya tidak akan
memberikan uang tabungannya. Padahal saya lama terdiam karena sangat terkesan
oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Iya, Yu. Senin besok uang Yu
Timah akan diberikan sebesar enam ratus ribu. Tapi</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Yu, sebenarnya kamu tidak wajib
berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari saudara-saudara kita yang
lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat hendak membeli
kambing kurban?”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya
benar-benar ingin berkurban. Selama ini memang</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
saya hanya jadi penerima. Namun
sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
”Baik, Yu. Besok uang kamu akan
saya ambilkan di bank kita.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Wajah Yu Timah benderang.
Senyumnya ceria. Matanya berbinar. Lalu minta diri,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
dan dengan langkah-langkah
panjang Yu Timah pulang. Setelah Yu Timah pergi, saya</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span>termangu sendiri. Kapankah Yu Timah mendengar,
mengerti, menghayati, lalu</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span>menginternalisasi ajaran kurban yang
ditinggalkan oleh Kanjeng Nabi Ibrahim? Mengapa orang yang sangat awam itu bisa
punya keikhlasan demikian tinggi sehingga rela mengurbankan hampir seluruh
hartanya? Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji yang biayanya mahal
itu tidak mengubah watak orangnya. Mungkin saya juga begitu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ah, Yu Timah, saya jadi malu.
Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji, namun kamu sudah
jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak kau
belikan makanan, televisi, atau pakaian yang bagus. Uangmu malah kamu belikan
kambing kurban. Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing,
tapi kali ini akan saya langgar. Saya ingin menikmati daging kambingmu yang
sepertinya sudah berbau surga. Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik
haji.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span> </span>Sumber:
http://virouz007.wordpress.com/</div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-78534148736197453772012-10-12T17:23:00.002-07:002012-10-18T02:24:10.241-07:00Riwayat Singkat Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani<!--[if !mso]>
<style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div style="text-align: justify;">
Hadits merupakan salah satu rujukan sumber hukum Islam di samping kitab suci Al-Qur'an. Di dalam hadits Nabi Muhammad SAW itulah terkandung jawaban dan solusi masalah yang dihadapi oleh umat di berbagai bidang kehidupan. Berbicara tentang ilmu hadits, umat Islam tidak akan melupakan jasa Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, atau yang lebih dikenal dengan Syeikh Al-Albani. Ia merupakan salah satu tokoh pembaharu Islam abad ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karya dan jasa-jasanya cukup banyak dan sangat membantu umat Islam terutama dalam menghidupkan kembali ilmu hadits. Ia berjasa memurnikan ajaran Islam dari hadits-hadits lemah dan palsu serta meneliti derajat hadits. Al-Albani mempunyai nama lengkap Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh al-Albani. Dilahirkan pada tahun 1333 H di kota Ashqadar, ibu kota Albania masa lampau. Ia dibesarkan di tengah keluarga yang tak berpunya secara materi, namun sangat kaya ilmu. Ayah al-Albani bernama Al Haj Nuh adalah lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syari'at di ibukota negara dinasti Utsmaniyah (kini Istambul). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Raja Ahmad Zagha naik tahta di Albania dan mengubah sistem pemerintahan menjadi pemerintah sekuler, Syeikh Nuh amat mengkhawatirkan dirinya dan diri keluarganya. Akhirnya ia memutuskan untuk berhijrah ke Syam dalam rangka menyelamatkan agamanya dan karena takut terkena fitnah. Dari sana, ia sekeluarga bertolak ke Damaskus. Setiba di Damaskus, Syeikh al-Albani kecil mulai mempelajari bahasa Arab. Al-Albani kecil masuk sekolah madrasah yang dikelola oleh Jum'iyah al-Is'af al-Khairiyah. Ia terus belajar di sekolah tersebut hingga kelas terakhir dan lulus di tingkat Ibtida'iyah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, ia meneruskan belajarnya langsung kepada para syeikh. Ia mempelajari Al-Qur'an dari ayahnya sampai selesai, disamping juga mempelajari sebagian fikih madzab Hanafi. Al-Albani juga mempelajari keterampilan memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir betul. Keterampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya. Pada umur 20 tahun, pemuda Al-Albani mulai mengkonsentrasikan diri pada ilmu hadits. Ketertarikannya itu berawal dari pembahasan-pembahasan yang ada dalam majalah al-Manar, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Tulisan-tulisan sang Syeikh, sangat memukau hatinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab berjudul Al-Mughni 'an Hamli al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ishabah min al-Akhbar, karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat pada Ihya' Ulumuddin-nya Al-Ghazali. Awalnya kegiatan Al-Albani dalam bidang hadits ini ditentang oleh ayahnya. Ia mengomentarinya begini, ''Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit (bangkrut).'' Namun Syeikh al-Albani justru semakin cinta terhadap dunia hadits. Pada perkembangan berikutnya, Al-Albani tidak memiliki cukup uang untuk membeli kitab-kitab. Karenanya, beliau memanfaatkan Perpustakaan adh-Dhahiriyah di Damaskus. Di samping juga meminjam buku-buku dari beberapa perpustakaan khusus. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Begitulah, hadits menjadi kesibukan rutinnya sampai-sampai ia menutup kios reparasi jamnya. Al-Albani lebih betah berlama-lama dalam perpustakaan adh-Dhahiriyah, sehingga setiap harinya mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat mentelaah kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu shalat tiba. Untuk makannya, seringkali hanya sedikit makanan yang dibawanya ke perpustakaan. Akhirnya kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuknya. Bahkan kemudian ia diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, Al-Albani makin leluasa mempelajari banyak sumber. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syeikh Al-Albani pernah dua kali mendekam dalam penjara. Kali pertama selama satu bulan dan kali kedua selama enam bulan. Itu tidak lain karena gigihnya beliau berdakwah kepada sunnah dan memerangi bid'ah sehingga orang-orang yang dengki kepadanya menebarkan fitnah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengalaman mengajarnya dilakukan ketika menjadi pengajar di Jami'ah Islamiyah (Universitas Islam Madinah) selama tiga tahun. Dari tahun 1381-1383 H, ia mengajar tentang hadits dan ilmu-ilmu hadits. Setelah itu ia pindah ke Yordania. Pada tahun 1388 H, Departemen Pendidikan meminta kepada Syeikh Al-Albani untuk menjadi ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada Fakultas Pasca Sarjana di sebuah Perguruan Tinggi di Kerajaan Yordania. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan beliau memenuhi permintaan itu. Pada tahun 1395-1398 H ia kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis Tinggi Jam'iyah Islamiyah di sana. Di negeri itu pula, Al-Albani mendapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Saudi Arabia berupa King Faisal Fundation tanggal 14 Dzulkaidah 1419 H. Sebelum berpulang, Syeikh Al-Albani berwasiat agar perpustakaan pribadinya, baik berupa buku-buku yang sudah dicetak, buku-buku hasil foto kopi, manuskrip-manuskrip (yang ditulis olehnya ataupun orang lain) seluruhnya diserahkan kepada pihak Perpustakaan Jami'ah. Ia wafat pada hari Jum'at malam Sabtu tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yordania. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karya-karya beliau amat banyak, ada yang sudah dicetak, ada yang masih berupa manuskrip dan ada yang mafqud (hilang). Jumlahnya sekitar 218 judul. Karya yang terkenal antara lain :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Dabuz-Zifaf fi As-Sunnah al-Muthahharah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Al-Ajwibah an-Nafi'ah 'ala as'ilah masjid al-Jami'ah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
3. Silisilah al-Ahadits ash Shahihah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
4. Silisilah al-Ahadits adh-Dha'ifah wal Maudhu'ah</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5. At-Tawasul wa anwa'uhu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
6. Ahkam Al-Jana'iz wabida'uha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di samping itu, beliau juga memiliki buku kumpulan ceramah, bantahan terhadap berbagai pemikiran sesat, dan buku berisi jawaban-jawaban tentang pelbagai masalah yang bermanfaat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: http://www.kotasantri.com/galeria.php?aksi=DetailArtikel&artid=187</div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-12678037128964655732012-10-12T17:21:00.002-07:002012-10-12T17:21:38.107-07:00Riwayat Singkat Imam Syafi'i<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<h2 style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Nama dan Nasab</span></strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Beliau
bernama Muhammad dengan kun-yah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap
adalah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi‘ bin as-Saib bin
‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay.
Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay.
Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih
terhitung keturunan paman-jauh beliau , yaitu Hasyim bin al-Muththalib.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Bapak
beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di
jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di
Madinah lalu berpindah dan menetap di ‘Asqalan (Kota
tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih
muda di sana.
Syafi‘, kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau
(Syafi‘i)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi.
As-Saib, bapak Syafi‘, sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang memiliki
kemiripan fisik dengan Rasulullah saw. Dia termasuk dalam barisan tokoh
musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus
sendiri dirinya dan menyatakan masuk Islam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Para</span><span lang="EN-GB"> ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits
bersepakat bahwa Imam Syafi‘i berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari
dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka akan kevalidan nasabnya tersebut
dan ketersambungannya dengan nasab Nabi, kemudian mereka membantah pendapat-pendapat
sekelompok orang dari kalangan Malikiyah dan Hanafiyah yang menyatakan bahwa
Imam Syafi‘i bukanlah asli keturunan Quraysy secara nasab, tetapi hanya
keturunan secara <em>wala’</em> saja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Adapun
ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat
mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang
lain menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki <em>kun-yah
</em>Ummu Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam Syafi‘i adalah
seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia
seorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan <em>istinbath.</em><i><br />
<em> </em></i></span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
Waktu dan Tempat Kelahirannya</h2>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Beliau
dilahirkan pada tahun 150H. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga
dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu
Hanifah dalam bidang yang ditekuninya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Tentang
tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang
berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota
yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah
Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota
Asqalan sekitar dua farsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Ibnu
Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan
dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di
wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz
dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu
berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau
dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan
terlupakan.<br />
</span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu</span></strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Di
Mekkah, Imam Syafi ‘i dan ibunya tinggal di dekat Syi‘bu al-Khaif. Di sana, sang ibu mengirimnya
belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya,
tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan
kecepatannya dalam menghafal. Imam Syafi‘i bercerita, “Di al-Kuttab (sekolah
tempat menghafal Alquran), saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan
murid-muridnya ayat Alquran, maka aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya
menghafal semua yang dia diktekan, dia berkata kepadaku, <em>“Tidak halal
bagiku mengambil upah sedikitpun darimu.”</em> Dan ternyata kemudian dengan
segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain)
jika dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah
berubah menjadi seorang guru.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Setelah
rampung menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil
Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan,
beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan pecahan
tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis.
Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang,
pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi.
Dan itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh. Sampai dikatakan
bahwa beliau telah menghafal Alquran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca
dan menghafal kitab <em>Al-Muwaththa’</em> karya Imam Malik pada usia 12 tahun
sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Beliau
juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. Beliau
memutuskan untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah
terkenal kefasihan dan kemurnian bahasanya, serta syair-syair mereka. Hasilnya,
sekembalinya dari sana beliau telah berhasil menguasai kefasihan mereka dan
menghafal seluruh syair mereka, serta mengetahui nasab orang-orang Arab, suatu
hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah berjumpa
dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah telah menentukan jalan
lain baginya. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, yaitu Muslim
bin Khalid az-Zanji -mufti kota
Mekkah-, dan al-Husain bin ‘Ali bin Yazid agar mendalami ilmu fiqih, maka
beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau melakukan
pengembaraannya mencari ilmu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Beliau
mengawalinya dengan menimbanya dari ulama-ulama kotanya, Mekkah, seperti Muslim
bin Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-‘Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi’ –yang
masih terhitung paman jauhnya-, Sufyan bin ‘Uyainah –ahli hadits Mekkah-,
Abdurrahman bin Abu Bakar al-Maliki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin ‘Iyadh, dan
lain-lain. Di Mekkah ini, beliau mempelajari ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan
Muwaththa’ Imam Malik. Di samping itu beliau juga mempelajari keterampilan
memanah dan menunggang kuda sampai menjadi mahir sebagai realisasi pemahamannya
terhadap ayat 60 surat
Al-Anfal. Bahkan dikatakan bahwa dari 10 panah yang dilepasnya, 9 di antaranya
pasti mengena sasaran.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Setelah
mendapat izin dari para syaikh-nya untuk berfatwa, timbul keinginannya untuk
mengembara ke Madinah, Dar as-Sunnah, untuk mengambil ilmu dari para ulamanya.
Terlebih lagi di sana
ada Imam Malik bin Anas, penyusun al-Muwaththa’. Maka berangkatlah beliau ke sana menemui sang Imam. Di
hadapan Imam Malik, beliau membaca al-Muwaththa’ yang telah dihafalnya di
Mekkah, dan hafalannya itu membuat Imam Malik kagum kepadanya. Beliau menjalani
mulazamah kepada Imam Malik demi mengambil ilmu darinya sampai sang Imam wafat
pada tahun 179. Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama
Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, Athaf
bin Khalid, Isma‘il bin Ja‘far, Ibrahim bin Sa‘d dan masih banyak lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Setelah
kembali ke Mekkah, beliau kemudian melanjutkan mencari ilmu ke Yaman. Di sana beliau mengambil ilmu
dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain. Namun,
berawal dari Yaman inilah beliau mendapat cobaan –satu hal yang selalu dihadapi
oleh para ulama, sebelum maupun sesudah beliau-. Di Yaman, nama beliau menjadi
tenar karena sejumlah kegiatan dan kegigihannya menegakkan keadilan, dan
ketenarannya itu sampai juga ke telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang-orang yang
tidak senang kepadanya akibat kegiatannya tadi mengadukannya kepada Khalifah
Harun ar-Rasyid, Mereka menuduhnya hendak mengobarkan pemberontakan bersama
orang-orang dari kalangan Alawiyah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Sebagaimana
dalam sejarah, Imam Syafi‘i hidup pada masa-masa awal pemerintahan Bani
‘Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu,
setiap khalifah dari Bani ‘Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan
orang-orang dari kalangan ‘Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka bersikap sangat
kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-orang ‘Alawiyah yang sebenarnya
masih saudara mereka sebagai sesama Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa
sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada diri Imam Syafi‘i
secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi menghadapi musibah
yang mengenaskan dari penguasa. Maka berbeda dengan sikap ahli fiqih selainnya,
beliau pun menampakkan secara terang-terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa
rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya
merasakan kehidupan yang sangat sulit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Sikapnya
itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu‘, padahal sikapnya
sama sekali berbeda dengan tasysyu’ model orang-orang syi‘ah. Bahkan Imam
Syafi‘i menolak keras sikap tasysyu’ model mereka itu yang meyakini
ketidakabsahan keimaman Abu Bakar, Umar, serta ‘Utsman , dan hanya meyakini
keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka. Sedangkan kecintaan
beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah
yang terdapat dalam Alquran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau
itu ternyata tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai
ahli fiqih madzhab mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Tuduhan
dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan pemberontakan,
membuatnya ditangkap, lalu digelandang ke Baghdad
dalam keadaan dibelenggu dengan rantai bersama sejumlah orang-orang ‘Alawiyah.
Beliau bersama orang-orang ‘Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun
ar-Rasyid. Khalifah menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan hamparan kulit.
Setelah memeriksa mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya memenggal
kepala mereka. Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafi‘i berusaha memberikan
penjelasan kepada Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan
dari Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqih Irak-, beliau berhasil meyakinkan
Khalifah tentang ketidakbenaran apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau
meninggalkan majelis Harun ar-Rasyid dalam keadaan bersih dari tuduhan
bersekongkol dengan ‘Alawiyah dan mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Baghdad.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Di
Baghdad, beliau kembali pada kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau meneliti
dan mendalami madzhab Ahlu Ra’yu. Untuk itu beliau berguru dengan mulazamah kepada
Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma‘il bin ‘Ulayyah dan Abdul
Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain-lain. Setelah meraih ilmu dari para ulama Irak
itu, beliau kembali ke Mekkah pada saat namanya mulai dikenal. Maka mulailah ia
mengajar di tempat dahulu ia belajar. Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah
haji berdatangan ke Mekkah. Mereka yang telah mendengar nama beliau dan ilmunya
yang mengagumkan, bersemangat mengikuti pengajarannya sampai akhirnya nama
beliau makin dikenal luas. Salah satu di antara mereka adalah Imam Ahmad bin
Hanbal. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Ketika
kamasyhurannya sampai ke kota Baghdad,
Imam Abdurrahman bin Mahdi mengirim surat
kepada Imam Syafi‘i memintanya untuk menulis sebuah kitab yang berisi
khabar-khabar yang maqbul, penjelasan tentang nasikh dan mansukh dari ayat-ayat
Alquran dan lain-lain. Maka beliau pun menulis kitabnya yang terkenal, <strong>Ar-Risalah</strong>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Setelah
lebih dari 9 tahun mengajar di Mekkah, beliau kembali melakukan perjalanan ke
Irak untuk kedua kalinya dalam rangka menolong madzhab Ash-habul Hadits di sana. Beliau mendapat
sambutan meriah di Baghdad karena para ulama
besar di sana
telah menyebut-nyebut namanya. Dengan kedatangannya, kelompok Ash-habul Hadits
merasa mendapat angin segar karena sebelumnya mereka merasa didominasi oleh
Ahlu Ra’yi. Sampai-sampai dikatakan bahwa ketika beliau datang ke Baghdad, di
Masjid Jami ‘ al-Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah Ahlu Ra ‘yu. Tetapi ketika
hari Jumat tiba, yang tersisa hanya 2 atau 3 halaqah saja. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Beliau
menetap di Irak selama dua tahun, kemudian pada tahun 197 beliau balik ke
Mekkah. Di sana
beliau mulai menyebar madzhabnya sendiri. Maka datanglah para penuntut ilmu
kepadanya meneguk dari lautan ilmunya. Tetapi beliau hanya berada setahun di
Mekkah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Tahun
198, beliau berangkat lagi ke Irak. Namun, beliau hanya beberapa bulan saja di sana karena telah terjadi
perubahan politik. Khalifah al-Makmun telah dikuasai oleh para ulama ahli
kalam, dan terjebak dalam pembahasan-pembahasan tentang ilmu kalam. Sementara
Imam Syafi‘i adalah orang yang paham betul tentang ilmu kalam. Beliau tahu
bagaimana pertentangan ilmu ini dengan manhaj as-salaf ash-shaleh –yang selama
ini dipegangnya- di dalam memahami masalah-masalah syariat. Hal itu karena
orang-orang ahli kalam menjadikan akal sebagai patokan utama dalam menghadapi
setiap masalah, menjadikannya rujukan dalam memahami syariat padahal mereka
tahu bahwa akal juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Beliau tahu betul
kebencian meraka kepada ulama ahlu hadits. Karena itulah beliau menolak madzhab
mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Dan
begitulah kenyataannya. Provokasi mereka membuat Khalifah mendatangkan banyak
musibah kepada para ulama ahlu hadits. Salah satunya adalah yang dikenal
sebagai Yaumul Mihnah, ketika dia mengumpulkan para ulama untuk menguji dan
memaksa mereka menerima paham Alquran itu makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang
masuk penjara, bila tidak dibunuh. Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad
bin Hanbal. Karena perubahan itulah, Imam Syafi‘i kemudian memutuskan pergi ke
Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana, tetapi akhirnya ia menyerahkan dirinya
kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau mendapat sambutan masyarakatnya. Di sana beliau berdakwah, menebar ilmunya, dan menulis
sejumlah kitab, termasuk merevisi kitabnya ar-Risalah, sampai akhirnya beliau
menemui akhir kehidupannya di sana.<br />
</span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Keteguhannya Membela Sunnah</span></strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Sebagai
seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu
masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi
sebagai landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil
dari keduanya dan menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama
dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata, <em>“Jika kalian telah mendapatkan
Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat
yang lain.”</em> Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu, beliau
mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Terdapat
banyak atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat
perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, “Setiap orang yang
berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya
adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan
belaka.” Imam Ahmad berkata, <em>“Bagi Syafi‘i jika telah yakin dengan
keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang
terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih
tertarik kepada fiqih.”</em> Imam Syafi ‘i berkata, <em>“Tidak ada yang lebih
aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya”</em> Al-Mazani berkata, <em>“Merupakan
madzhab Imam Syafi‘i membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami
sibuk dalam ilmu kalam.” </em></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Ketidaksukaan
beliau sampai pada tingkat memberi fatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam
adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan
digiring berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu
adalah hukuman bagi orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu
kalam.<br />
</span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Wafatnya</span></strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Karena
kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang
selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga
akhirnya beliau wafat karenanya. Beliau wafat pada malam Jumat setelah shalat
Isya’ hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga
Allah memberikan kepadanya rahmat-Nya yang luas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Ar-Rabi
menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam Syafi‘i, sesudah wafatnya. Dia
berkata kepada beliau, <em>“Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu
Abdillah ?”</em> Beliau menjawab, <em>“Allah mendudukkan aku di atas sebuah
kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus”</em><i><br />
<em> </em></i></span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Karangan-Karangannya</span></strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Sekalipun
beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan
jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak
kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut
al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut
al-Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya
disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al-Fahrasat.<br />
Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah <em>al-Umm</em>, yang
terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan <em>ar-Risalah al-Jadidah</em>
(yang telah direvisinya) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya
dalam syariat.<br />
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Sumber :</span></strong><span lang="EN-GB"><br />
<em>1. Al-Umm, bagian muqoddimah hal 3-33.</em><i><br />
<em>2. Siyar A‘lam an-Nubala’</em><br />
<em>3. Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi‘, terjemah kitab Manhaj al-Imam Asy-Syafi
‘i fi Itsbat al-‘Aqidah karya DR. Muhammad AW al-Aql terbitan Pustaka Imam
Asy-Syafi‘i, Cirebon.</em></i></span></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: navy;">Sumber: http://muslim.or.id/?p=9 </span></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-67363324909086859542012-10-12T17:19:00.001-07:002012-10-12T17:19:25.138-07:00Riwayat Singkat Imam Malik<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
Dalam sebuah
kunjungan ke kota
Madinah, Khalifah Bani Abbasiyyah, Harun Al Rasyid (penguasa saat itu),
tertarik mengikuti ceramah al muwatta' (himpunan hadits) yang diadakan Imam
Malik. Untuk hal ini, khalifah mengutus orang memanggil Imam. Namun Imam Malik
memberikan nasihat kepada Khalifah Harun, ''Rasyid, leluhur Anda selalu
melindungi pelajaran hadits. Mereka amat menghormatinya. Bila sebagai khalifah
Anda tidak menghormatinya, tak seorang pun akan menaruh hormat lagi. Manusia
yang mencari ilmu, sementara ilmu tidak akan mencari manusia.''<br />
<br />
Sedianya, khalifah ingin agar para jamaah meninggalkan ruangan tempat ceramah
itu diadakan. Namun, permintaan itu tak dikabulkan Imam Malik. ''Saya tidak
dapat mengorbankan kepentingan umum hanya untuk kepentingan seorang pribadi.''
Sang khalifah pun akhirnya mengikuti ceramah bersama dua putranya dan duduk
berdampingan dengan rakyat kecil. <br />
<br />
Imam Malik yang bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abi
Amir bin Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al Asbahi, lahir
di Madinah pada tahun 712 M dan wafat tahun 796 M. Berasal dari keluarga Arab
terhormat, berstatus sosial tinggi, baik sebelum maupun sesudah datangnya
Islam. Tanah asal leluhurnya adalah Yaman, namun setelah nenek moyangnya
menganut Islam, mereka pindah ke Madinah. Kakeknya, Abu Amir, adalah anggota
keluarga pertama yang memeluk agama Islam pada tahun 2 H. Saat itu, Madinah
adalah kota ilmu yang sangat terkenal. <br />
<br />
Kakek dan ayahnya termasuk kelompok ulama hadits terpandang di Madinah.
Karenanya, sejak kecil Imam Malik tak berniat meninggalkan Madinah untuk
mencari ilmu. Ia merasa Madinah adalah kota
dengan sumber ilmu yang berlimpah lewat kehadiran ulama-ulama besarnya. <br />
<br />
Kendati demikian, dalam mencari ilmu Imam Malik rela mengorbankan apa saja.
Menurut satu riwayat, sang imam sampai harus menjual tiang rumahnya hanya untuk
membayar biaya pendidikannya. Menurutnya, tak layak seorang yang mencapai
derajat intelektual tertinggi sebelum berhasil mengatasi kemiskinan.
Kemiskinan, katanya, adalah ujian hakiki seorang manusia. <br />
<br />
Karena keluarganya ulama ahli hadits, maka Imam Malik pun menekuni pelajaran
hadits kepada ayah dan paman-pamannya. Kendati demikian, ia pernah berguru pada
ulama-ulama terkenal seperti Nafi' bin Abi Nuaim, Ibnu Syihab az Zuhri, Abul
Zinad, Hasyim bin Urwa, Yahya bin Said al Anshari, dan Muhammad bin Munkadir.
Gurunya yang lain adalah Abdurrahman bin Hurmuz, tabi'in ahli hadits, fikih,
fatwa dan ilmu berdebat; juga Imam Jafar Shadiq dan Rabi Rayi. <br />
<br />
Dalam usia muda, Imam Malik telah menguasai banyak ilmu. Kecintaannya kepada
ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan. Tidak
kurang empat khalifah, mulai dari Al Mansur, Al Mahdi, Hadi Harun, dan Al Ma'mun,
pernah jadi murid Imam Malik. Ulama besar, Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i
pun pernah menimba ilmu dari Imam Malik. Belum lagi ilmuwan dan para ahli
lainnya. Menurut sebuah riwayat disebutkan murid terkenal Imam Malik mencapai
1.300 orang. <br />
<br />
Ciri pengajaran Imam Malik adalah disiplin, ketentraman, dan rasa hormat murid
kepada gurunya. Prinsip ini dijunjung tinggi olehnya sehingga tak segan-segan
ia menegur keras murid-muridnya yang melanggar prinsip tersebut. Pernah suatu
kali Khalifah Mansur membahas sebuah hadits dengan nada agak keras. Sang imam
marah dan berkata, ''Jangan melengking bila sedang membahas hadits Nabi.'' <br />
<br />
Ketegasan sikap Imam Malik bukan sekali saja. Berulangkali, manakala dihadapkan
pada keinginan penguasa yang tak sejalan dengan aqidah Islamiyah, Imam Malik
menentang tanpa takut risiko yang dihadapinya. Salah satunya dengan Ja'far,
gubernur Madinah. Suatu ketika, gubernur yang masih keponakan Khalifah
Abbasiyah, Al Mansur, meminta seluruh penduduk Madinah melakukan bai'at (janji
setia) kepada khalifah. Namun, Imam Malik yang saat itu baru berusia 25 tahun
merasa tak mungkin penduduk Madinah melakukan bai'at kepada khalifah yang
mereka tak sukai. <br />
<br />
Ia pun mengingatkan gubernur tentang tak berlakunya bai'at tanpa keikhlasan
seperti tidak sahnya perceraian paksa. Ja'far meminta Imam Malik tak
menyebarluaskan pandangannya tersebut, tapi ditolaknya. Gubernur Ja'far merasa
terhina sekali. Ia pun memerintahkan pengawalnya menghukum dera Imam Malik
sebanyak 70 kali. Dalam kondisi berlumuran darah, sang imam diarak keliling
Madinah dengan untanya. Dengan hal itu, Ja'far seakan mengingatkan orang
banyak, ulama yang mereka hormati tak dapat menghalangi kehendak sang penguasa.
<br />
<br />
Namun, ternyata Khalifah Mansur tidak berkenan dengan kelakuan keponakannya
itu. Mendengar kabar penyiksaan itu, khalifah segera mengirim utusan untuk
menghukum keponakannya dan memerintahkan untuk meminta maaf kepada sang imam.
Untuk menebus kesalahan itu, khalifah meminta Imam Malik bermukim di ibukota Baghdad dan menjadi salah
seorang penasihatnya. Khalifah mengirimkan uang 3.000 dinar untuk keperluan
perjalanan sang imam. Namun, undangan itu pun ditolaknya. Imam Malik lebih suka
tidak meninggalkan kota
Madinah. Hingga akhir hayatnya, ia tak pernah pergi keluar Madinah kecuali
untuk berhaji. <br />
<br />
Pengendalian diri dan kesabaran Imam Malik membuat ia ternama di seantero dunia
Islam. Pernah semua orang panik lari ketika segerombolan Kharijis bersenjatakan
pedang memasuki masjid Kuffah. Tetapi, Imam Malik yang sedang shalat tanpa
cemas tidak beranjak dari tempatnya. Mencium tangan khalifah apabila menghadap
di baliurang sudah menjadi adat kebiasaan, namun Imam Malik tidak pernah tunduk
pada penghinaan seperti itu. Sebaliknya, ia sangat hormat pada para
cendekiawan, sehingga pernah ia menawarkan tempat duduknya sendiri kepada Imam
Abu Hanifah yang mengunjunginya.</div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<h2 style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
Dari Al Muwatta' Hingga Madzhab Maliki</h2>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br />
Al Muwatta' adalah kitab fikih berdasarkan himpunan hadits-hadits pilihan.
Santri mana yang tak kenal kitab yang satu ini. Ia menjadi rujukan penting,
khususnya di kalangan pesantren dan ulama kontemporer. Karya terbesar Imam
Malik ini dinilai memiliki banyak keistimewaan. Ia disusun berdasarkan
klasifikasi fikih dengan memperinci kaidah fikih yang diambil dari hadits dan
fatwa sahabat. <br />
<br />
Menurut beberapa riwayat, sesungguhnya Al Muwatta' tak akan lahir bila Imam
Malik tidak 'dipaksa' Khalifah Mansur. Setelah penolakan untuk ke Baghdad, Khalifah Al
Mansur meminta Imam Malik mengumpulkan hadits dan membukukannya. Awalnya, Imam
Malik enggan melakukan itu. Namun, karena dipandang tak ada salahnya melakukan
hal tersebut, akhirnya lahirlah Al Muwatta'. Ditulis di masa Al Mansur (754-775
M) dan baru selesai di masa Al Mahdi (775-785 M). <br />
<br />
Dunia Islam mengakui Al Muwatta' sebagai karya pilihan yang tak ada duanya.
Menurut Syah Walilullah, kitab ini merupakan himpunan hadits paling shahih dan
terpilih. Imam Malik memang menekankan betul terujinya para perawi. Semula,
kitab ini memuat 10 ribu hadits. Namun, lewat penelitian ulang, Imam Malik hanya
memasukkan 1.720 hadits. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa
dengan 16 edisi yang berlainan. Selain Al Muwatta', Imam Malik juga menyusun
kitab Al Mudawwanah al Kubra, yang berisi fatwa-fatwa dan jawaban Imam Malik
atas berbagai persoalan. <br />
<br />
Imam Malik tak hanya meninggalkan warisan buku. Ia juga mewariskan mazhab fikih
di kalangan Islam Sunni, yang disebut sebagai Mazhab Maliki. Selain fatwa-fatwa
Imam Malik dan Al Muwatta', kitab-kitab seperti Al Mudawwanah al Kubra,
Bidayatul Mujtahid wa Nihaayatul Muqtashid (karya Ibnu Rusyd), Matan ar Risalah
fi al Fiqh al Maliki (karya Abu Muhammad Abdullah bin Zaid), Asl al Madarik
Syarh Irsyad al Masalik fi Fiqh al Imam Malik (karya Shihabuddin al Baghdadi),
dan Bulgah as Salik li Aqrab al Masalik (karya Syeikh Ahmad as Sawi), menjadi
rujukan utama mazhab Maliki. <br />
<br />
Di samping sangat konsisten memegang teguh hadits, mazhab ini juga dikenal amat
mengedepankan aspek kemaslahatan dalam menetapkan hukum. Secara berurutan,
sumber hukum yang dikembangkan dalam Mazhab Maliki adalah Al-Qur'an, Sunnah
Rasulullah SAW, amalan sahabat, tradisi masyarakat Madinah (amal ahli al
Madinah), qiyas (analogi), dan al maslahah al mursalah (kemaslahatan yang tidak
didukung atau dilarang oleh dalil tertentu). <br />
<br />
Mazhab Maliki pernah menjadi mazhab resmi di Mekah, Madinah, Irak, Mesir, Aljazair, Tunisia,
Andalusia (kini Spanyol), Marokko, dan Sudan. Kecuali di tiga negara yang
disebut terakhir, jumlah pengikut mazhab Maliki kini menyusut. Mayoritas
penduduk Mekah dan Madinah saat ini mengikuti Mazhab Hanbali. Di Iran dan
Mesir, jumlah pengikut Mazhab Maliki juga tidak banyak. Hanya Marokko saat ini
satu-satunya negara yang secara resmi menganut Mazhab Maliki.</div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: navy;">Sumber: </span><span lang="EN-GB">http://www.kotasantri.com/galeria.php?aksi=DetailArtikel&artid=170</span></div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4345876968895221891.post-90610957334775582802012-10-12T17:17:00.001-07:002012-10-12T17:17:19.756-07:00Riwayat Singkat Imam Hanafi<!--[if !mso]>
<style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
</w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156">
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="//img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" />
<style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style>
<![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin:0in;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Imam Abu Hanifah An-Nu’man
bin Tsabit al-Kufiy merupakan orang yang faqih di negeri Irak, salah satu imam
dari kaum muslimin, pemimpin orang-orang alim, salah seorang yang mulia dari
kalangan ulama dan salah satu imam dari empat imam yang memiliki madzhab. Di
kalangan umat Islam, beliau lebih dikenal dengan nama Imam Hanafi.<br />
<br />
<strong>Nasab dan Kelahirannya bin Tsabit bin Zuthi (ada yang mengatakan Zutha)
At-Taimi Al-Kufi </strong><br />
Beliau adalah Abu Hanifah An-Nu’man Taimillah bin Tsa’labah. Beliau berasal
dari keturunan bangsa persi. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H pada masa
shigharus shahabah dan para ulama berselisih pendapat tentang tempat kelahiran
Abu Hanifah, menurut penuturan anaknya Hamad bin Abu Hadifah bahwa Zuthi
berasal dari kota Kabul dan dia terlahir dalam keadaan Islam. Adapula yang
mengatakan dari Anbar, yang lainnya mengatakan dari Turmudz dan yang lainnya
lagi mengatakan dari Babilonia.</span></div>
<div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Perkembangannya</span></strong><span lang="EN-GB"><br />
Ismail bin Hamad bin Abu Hanifah cucunya menuturkan bahwa dahulu Tsabit ayah
Abu Hanifah pergi mengunjungi Ali Bin Abi Thalib, lantas Ali mendoakan
keberkahan kepadanya pada dirinya dan keluarganya, sedangkan dia pada waktu itu
masih kecil, dan kami berharap Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan doa Ali
tersebut untuk kami. Dan Abu Hanifah At-Taimi biasa ikut rombongan pedagang
minyak dan kain sutera, bahkan dia punya toko untuk berdagang kain yang berada
di rumah Amr bin Harits.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Abu Hanifah itu tinggi
badannya sedang, memiliki postur tubuh yang bagus, jelas dalam berbicara, suaranya
bagus dan enak didengar, bagus wajahnya, bagus pakaiannya dan selalu memakai
minyak wangi, bagus dalam bermajelis, sangat kasih sayang, bagus dalam
pergaulan bersama rekan-rekannya, disegani dan tidak membicarakan hal-hal yang
tidak berguna.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Beliau disibukkan dengan
mencari atsar/hadits dan juga melakukan rihlah untuk mencari hal itu. Dan
beliau ahli dalam bidang fiqih, mempunyai kecermatan dalam berpendapat, dan
dalam permasalahan-permasalahan yang samar/sulit maka kepada beliau akhir
penyelesaiannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Beliau sempat bertemu
dengan Anas bin Malik tatkala datang ke Kufah dan belajar kepadanya, beliau
juga belajar dan meriwayat dari ulama lain seperti Atha’ bin Abi Rabbah yang
merupakan syaikh besarnya, Asy-Sya’bi, Adi bin Tsabit, Abdurrahman bin Hurmuj al-A’raj,
Amru bin Dinar, Thalhah bin Nafi’, Nafi’ Maula Ibnu Umar, Qotadah bin Di’amah,
Qois bin Muslim, Abdullah bin Dinar, Hamad bin Abi Sulaiman guru fiqihnya, Abu
Ja’far Al-Baqir, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Muhammad bin Munkandar, dan masih banyak
lagi. Dan ada yang meriwayatkan bahwa beliau sempat bertemu dengan 7 sahabat. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Beliau pernah bercerita,
tatkala pergi ke kota Bashrah, saya optimis kalau ada orang yang bertanya
kepadaku tentang sesuatu apapun saya akan menjawabnya, maka tatkala diantara
mereka ada yang bertanya kepadaku tentang suatu masalah lantas saya tidak
mempunyai jawabannya, maka aku memutuskan untuk tidak berpisah dengan Hamad
sampai dia meninggal, maka saya bersamanya selama 10 tahun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Pada masa pemerintahan
Marwan salah seorang raja dari Bani Umayyah di Kufah, beliau didatangi Hubairoh
salah satu anak buah raja Marwan meminta Abu Hanifah agar menjadi Qodhi (hakim)
di Kufah akan tetapi beliau menolak permintaan tersebut, maka beliau dihukum
cambuk sebanyak 110 kali (setiap harinya dicambuk 10 kali), tatkala dia
mengetahui keteguhan Abu Hanifah maka dia melepaskannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Adapun orang-orang yang
belajar kepadanya dan meriwayatkan darinya diantaranya adalah sebagaimana yang
disebutkan oleh Syaikh Abul Hajaj di dalam Tahdzibnya berdasarkan abjad diantaranya
Ibrahin bin Thahman seorang alim dari Khurasan, Abyadh bin Al-Aghar bin
Ash-Shabah, Ishaq al-Azroq, Asar bin Amru Al-Bajali, Ismail bin Yahya
Al-Sirafi, Al-Harits bin Nahban, Al-Hasan bin Ziyad, Hafsh binn Abdurrahman
al-Qadhi, Hamad bin Abu Hanifah, Hamzah temannya penjual minyak wangi, Dawud
Ath-Thai, Sulaiman bin Amr An-Nakhai, Su’aib bin Ishaq, Abdullah ibnul Mubarok,
Abdul Aziz bin Khalid at-Turmudzi, Abdul karim bin Muhammad al-Jurjani,
Abdullah bin Zubair al-Qurasy, Ali bin Zhibyan al-Qodhi, Ali bin Ashim, Isa bin
Yunus, Abu Nu’aim, Al-Fadhl bin Musa, Muhammad bin Bisyr, Muhammad bin Hasan
Assaibani, Muhammad bin Abdullah al-Anshari, Muhammad bin Qoshim al-Asadi,
Nu’man bin Abdus Salam al-Asbahani, Waki’ bin Al-Jarah, Yahya bin Ayub
Al-Mishri, Yazid bin Harun, Abu Syihab Al-Hanath Assamaqondi, Al-Qodhi Abu
Yusuf, dan lain-lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Penilaian para
ulama terhadap Abu Hanifah</span></strong><span lang="EN-GB"><br />
Berikut ini beberapa penilaian para ulama tentang Abu Hanifah, diantaranya:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">1. Yahya bin Ma’in berkata,
“Abu Hanifah adalah orang yang tsiqoh, dia tidak membicarakan hadits kecuali
yang dia hafal dan tidak membicarakan apa-apa yang tidak hafal”. Dan dalam
waktu yang lain beliau berkata, “Abu Hanifah adalah orang yang tsiqoh di dalam
hadits”. Dan dia juga berkata, “Abu hanifah laa ba’sa bih, dia tidak berdusta,
orang yang jujur, tidak tertuduh dengan berdusta, …”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">2. Abdullah ibnul Mubarok
berkata, “Kalaulah Allah subhanahu wa ta’ala tidak menolong saya melalui Abu
Hanifah dan Sufyan Ats-Tsauri maka saya hanya akan seperti orang biasa”. Dan
beliau juga berkata, “Abu Hanifah adalah orang yang paling faqih”. Dan beliau
juga pernah berkata, “Aku berkata kepada Sufyan Ats-Tsauri, ‘Wahai Abu
Abdillah, orang yang paling jauh dari perbuatan ghibah adalah Abu Hanifah, saya
tidak pernah mendengar beliau berbuat ghibah meskipun kepada musuhnya’ kemudian
beliau menimpali ‘Demi Allah, dia adalah orang yang paling berakal, dia tidak
menghilangkan kebaikannya dengan perbuatan ghibah’.” Beliau juga berkata, “Aku
datang ke kota Kufah, aku bertanya siapakah
orang yang paling wara’ di kota
Kufah? Maka mereka penduduk Kufah menjawab Abu Hanifah”. Beliau juga berkata,
“Apabila atsar telah diketahui, dan masih membutuhkan pendapat, kemudian imam
Malik berpendapat, Sufyan berpendapat dan Abu Hanifah berpendapat maka yang
paling bagus pendapatnya adalah Abu Hanifah … dan dia orang yang paling faqih
dari ketiganya”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">3. Al-Qodhi Abu Yusuf
berkata, “Abu Hanifah berkata, tidak selayaknya bagi seseorang berbicara
tentang hadits kecuali apa-apa yang dia hafal sebagaimana dia mendengarnya”.
Beliau juga berkata, “Saya tidak melihat seseorang yang lebih tahu tentang
tafsir hadits dan tempat-tempat pengambilan fiqih hadits dari Abu Hanifah”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">4. Imam Syafii berkata,
“Barangsiapa ingin mutabahir (memiliki ilmu seluas lautan) dalam masalah fiqih
hendaklah dia belajar kepada Abu Hanifah”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">5. Fudhail bin Iyadh
berkata, “Abu Hanifah adalah seorang yang faqih, terkenal dengan wara’-nya,
termasuk salah seorang hartawan, sabar dalam belajar dan mengajarkan ilmu,
sedikit bicara, menunjukkan kebenaran dengan cara yang baik, menghindari dari
harta penguasa”. Qois bin Rabi’ juga mengatakan hal serupa dengan perkataan
Fudhail bin Iyadh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">6. Yahya bin Sa’id
al-Qothan berkata, “Kami tidak mendustakan Allah swt, tidaklah kami mendengar
pendapat yang lebih baik dari pendapat Abu Hanifah, dan sungguh banyak
mengambil pendapatnya”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">7. Hafsh bin Ghiyats
berkata, “Pendapat Abu Hanifah di dalam masalah fiqih lebih mendalam dari pada
syair, dan tidaklah mencelanya melainkan dia itu orang yang jahil tentangnya”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">8. Al-Khuroibi berkata,
“Tidaklah orang itu mensela Abu Hanifah melainkan dia itu orang yang pendengki
atau orang yang jahil”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">9. Sufyan bin Uyainah
berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Hanifah karena dia adalah termasuk orang
yang menjaga shalatnya (banyak melakukan shalat)”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span lang="EN-GB">Beberapa penilaian
negatif yang ditujukan kepada Abu Hanifah<br />
</span></b><span lang="EN-GB">Abu Hanifah selain
dia mendapatkan penilaian yang baik dan pujian dari beberapa ulama, juga
mendapatkan penilaian negatif dan celaan yang ditujukan kepada beliau,
diantaranya :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">1. Imam Muslim bin Hajaj
berkata, “Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit shahibur ro’yi mudhtharib dalam hadits,
tidak banyak hadits shahihnya”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">2. Abdul Karim bin Muhammad
bin Syu’aib An-Nasai berkata, “Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit tidak kuat hafalan
haditsnya”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">3. Abdullah ibnul Mubarok
berkata, “Abu Hanifah orang yang miskin di dalam hadits”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">4. Sebagian ahlul ilmi
memberikan tuduhan bahwa Abu Hanifah adalah murji’ah dalam memahi masalah iman.
Yaitu penyataan bahwa iman itu keyakinan yang ada dalam hati dan diucapkan
dengan lisan, dan mengeluarkan amal dari hakikat iman.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Dan telah dinukil dari Abu
Hanifah bahwasanya amal-amal itu tidak termasuk dari hakekat imam, akan tetapi
dia termasuk dari sya’air iman, dan yang berpendapat seperti ini adalah Jumhur
Asy’ariyyah, Abu Manshur Al-Maturidi … dan menyelisihi pendapat ini adalah Ahlu
Hadits … dan telah dinukil pula dari Abu Hanifah bahwa iman itu adalah
pembenaran di dalam hati dan penetapan dengan lesan tidak bertambah dan tidak
berkurang. Dan yang dimaksudkan dengan “tidak bertambah dan berkurang” adalah
jumlah dan ukurannya itu tidak bertingkat-tingkat, dak hal ini tidak menafikan
adanya iman itu bertingkat-tingkat dari segi kaifiyyah, seperti ada yang kuat
dan ada yang lemah, ada yang jelas dan yang samar, dan yang semisalnya … </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Dan dinukil pula oleh para
sahabatnya, mereka menyebutkan bahwa Abu Hanifah berkata, ‘Orang yang
terjerumus dalam dosa besar maka urusannya diserahkan kepada Allah’,
sebagaimana yang termaktub dalam kitab “Fiqhul Akbar” karya Abu Hanifah, “Kami
tidak mengatakan bahwa orang yang beriman itu tidak membahayakan dosa-dosanya
terhadap keimanannya, dan kami juga tidak mengatakan pelaku dosa besar itu
masuk neraka dan kekal di neraka meskipun dia itu orang yang fasiq, … akan tetapi
kami mengatakan bahwa barangsiapa beramal kebaikan dengan memenuhi
syarat-syaratnya dan tidak melakukan hal-hal yang merusaknya, tidak
membatalakannya dengan kekufuran dan murtad sampai dia meninggal maka Allah
tidak akan menyia-nyiakan amalannya, bahklan -insya Allah- akan menerimanya;
dan orang yang berbuat kemaksiatan selain syirik dan kekufuran meskipun dia
belum bertaubat sampai dia meninggal dalam keadaan beriman, maka di berasa
dibawah kehendak Allah, kalau Dia menghendaki maka akan mengadzabnya dan kalau
tidak maka akan mengampuninya.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">5. Sebagian ahlul ilmi yang
lainnya memberikan tuduhan kepada Abu Hanifah, bahwa beliau berpendapat
Al-Qur’an itu makhluq.<br />
Padahahal telah dinukil dari beliau bahwa Al-Qur’an itu adalah kalamullah dan
pengucapan kita dengan Al-Qur’an adalah makhluq. Dan ini merupakan pendapat
ahlul haq …,coba lihatlah ke kitab beliau Fiqhul Akbar dan Aqidah Thahawiyah …,
dan penisbatan pendapat Al-Qur’an itu dalah makhluq kepada Abu Hanifah
merupakan kedustaan”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Dan di sana masih banyak
lagi bentuk-bentuk penilaian negatif dan celaan yang diberikan kepada beliau,
hal ini bisa dibaca dalam kitab Tarikh Baghdad juz 13 dan juga kitab al-Jarh wa
at-Ta’dil Juz 8 hal 450.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Dan kalian akan mengetahui
riwayat-riwayat yang banyak tentang cacian yang ditujukan kepada Abiu Hanifah
-dalam Tarikh Baghdad- dan sungguh kami telah meneliti semua riwayat-riwayat
tersebut, ternyata riwayat-riwayat tersebut lemah dalam sanadnya dan mudhtharib
dalam maknanya. Tidak diragukan lagi bahwa merupakan cela, aib untuk
ber-ashabiyyah madzhabiyyah, … dan betapa banyak dari para imam yang agung,
alim yang cerdas mereka bersikap inshaf (pertengahan ) secara haqiqi. Dan
apabila kalian menghendaki untuk mengetahui kedudukan riwayat-riwayat yang
berkenaan dengan celaan terhadap Abu Hanifah maka bacalah kitab al-Intiqo’
karya Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr, Jami’ul Masanid karya al-Khawaruzumi dan
Tadzkiratul Hufazh karya Imam Adz-Dzahabi. Ibnu Abdil Barr berkata, “Banyak
dari Ahlul Hadits – yakni yang menukil tentang Abu Hanifah dari al-Khatib
(Tarikh baghdad) – melampaui batas dalam mencela Abu Hanifah, maka hal seperti
itu sungguh dia menolak banyak pengkhabaran tentang Abu Hanifah dari
orang-orang yang adil” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Beberapa nasehat
Imam Abu Hanifah</span></strong><span lang="EN-GB"><br />
Beliau adalah termasuk imam yang pertama-tama berpendapat wajibnya mengikuti
Sunnah dan meninggalkan pendapat-pendapatnya yang menyelisihi sunnah. dan
sungguh telah diriwayatkan dari Abu Hanifah oleh para sahabatnya
pendapat-pendapat yang jitu dan dengan ibarat yang berbeda-beda, yang semuanya
itu menunjukkan pada sesuatu yang satu, yaitu wajibnya mengambil hadits dan
meninggalkan taqlid terhadap pendapat para imam yang menyelisihi hadits. <strong>Diantara
nasehat-nasehat beliau adalah:</strong></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">a. Apabila telah shahih
sebuah hadits maka hadits tersebut menjadi madzhabku<br />
Berkata Syaikh Nashirudin Al-Albani, “Ini merupakan kesempurnaan ilmu dan
ketaqwaan para imam. Dan para imam telah memberi isyarat bahwa mereka tidak
mampu untuk menguasai, meliput sunnah/hadits secara keseluruhan”. Hal ini
sebagaimana yang dijelaskan oleh imam Syafii, “maka terkadang diantara para
imam ada yang menyelisihi sunnah yang belum atau tidak sampai kepada mereka,
maka mereka memerintahkan kepada kita untuk berpegang teguh dengan sunnah dan
menjadikan sunah tersebut termasuk madzhab mereka semuanya”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">b. Tidak halal bagi
seseorang untuk mengambil/memakai pendapat kami selama dia tidak mengetahui
dari dalil mana kami mengambil pendapat tersebut. dalam riwayat lain, haram
bagi orang yang tidak mengetahui dalilku, dia berfatwa dengan pendapatku. Dan
dalam riawyat lain, sesungguhnya kami adalah manusia biasa, kami berpendapat
pada hari ini, dan kami ruju’ (membatalkan) pendapat tersebut pada pagi
harinya. Dan dalam riwayat lain, Celaka engkau wahai Ya’qub (Abu Yusuf),
janganlah engakau catat semua apa-apa yang kamu dengar dariku, maka
sesungguhnya aku berpendapat pada hari ini denga suatu pendapat dan aku
tinggalkan pendapat itu besok, besok aku berpendapat dengan suatu pendapat dan
aku tinggalkan pendapat tersebut hari berikutnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Syaikh Al-Albani berkata,
“Maka apabila demikian perkataan para imam terhadap orang yang tidak mengetahui
dalil mereka. maka ketahuilah! Apakah perkataan mereka terhadap orang yang
mengetahui dalil yang menyelisihi pendapat mereka, kemudian dia berfatwa dengan
pendapat yang menyelisishi dalil tersebut? maka camkanlah kalimat ini! Dan
perkataan ini saja cukup untuk memusnahkan taqlid buta, untuk itulah sebaigan
orang dari para masyayikh yang diikuti mengingkari penisbahan kepada Abu
Hanifah tatkala mereka mengingkari fatwanya dengan berkata “Abu Hanifah tidak
tahu dalil”!.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Berkata Asy-sya’roni dalam
kitabnya Al-Mizan 1/62 yang ringkasnya sebagai berikut, “Keyakinan kami dan
keyakinan setiap orang yang pertengahan (tidak memihak) terhadap Abu Hanifah,
bahwa seandainya dia hidup sampai dengan dituliskannya ilmu Syariat, setelah
para penghafal hadits mengumpulkan hadits-haditsnya dari seluruh pelosok
penjuru dunia maka Abu Hanifah akan mengambil hadits-hadits tersebut dan
meninggalkan semua pendapatnya dengan cara qiyas, itupun hanya sedikit dalam
madzhabnya sebagaimana hal itu juga sedikit pada madzhab-madzhab lainnya dengan
penisbahan kepadanya. Akan tetapi dalil-dalil syari terpisah-pesah pada
zamannya dan juga pada zaman tabi’in dan atbaut tabiin masih terpencar-pencar
disana-sini. Maka banyak terjadi qiyas pada madzhabnya secara darurat
kalaudibanding dengan para ulama lainnya, karena tidak ada nash dalam
permasalahan-permasalahan yang diqiyaskan tersebut. berbeda dengan para imam
yang lainnya, …”. Kemudian syaikh Al-Albani mengomentari pernyataan tersebut
dengan perkataannya, “Maka apabila demikian halnya, hal itu merupakan udzur
bagi Abu Hanifah tatkala dia menyelisihi hadits-hadits yang shahih tanpa dia
sengaja – dan ini merupakan udzur yang diterima, karena Allah tidak membebani
manusia yang tidak dimampuinya -, maka tidak boleh mencela padanya sebagaimana
yang dilakukan sebagian orang jahil, bahkan wajib beradab dengannya karena dia
merupakan salah satu imam dari imam-imam kaum muslimin yang dengan mereka
terjaga agama ini. …”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">c. Apabila saya mengatakan
sebuah pendapat yang menyelisihi kitab Allah dan hadits Rasulullah yang shahih,
maka tinggalkan perkataanku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Wafatnya</span></strong><span lang="EN-GB"><br />
Pada zaman kerajaan Bani Abbasiyah tepatnya pada masa pemerintahan Abu Ja’far
Al-Manshur yaitu raja yang ke-2, Abu Hanifah dipanggil kehadapannya untuk
diminta menjadi qodhi (hakim), akan tetapi beliau menolak permintaan raja
tersebut – karena Abu Hanifah hendak menjauhi harta dan kedudukan dari sultan
(raja) – maka dia ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara dan wafat dalam
penjara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span lang="EN-GB">Dan beliau wafat pada bulan
Rajab pada tahun 150 H dengan usia 70 tahun, dan dia dishalatkan banyak orang
bahkan ada yang meriwayatkan dishalatkan sampai 6 kloter.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<em><b><span lang="EN-GB">(diambil dari
majalah Fatawa)</span></b></em></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span lang="EN-GB">Daftar Pustaka:</span></strong><span lang="EN-GB"><br />
<em>1. Tarikhul Baghdad
karya Abu Bakar Ahmad Al-Khatib Al-Baghdadi cetakan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut</em><i><br />
<em>2. Siyarul A’lamin Nubala’ karya Al-Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin
Utsman Adz-Dzahabi cetakan ke - 7 terbitan Dar ar-Risalah Beirut</em><br />
<em>3. Tadzkiratul Hufazh karya Al-Imam Syamsudin Muhammad bin Ahmad bin Utsman
Adz-Dzahabi terbitan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut</em><br />
<em>4. Al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir cetakan Maktabah Darul Baz Beirut</em><br />
<em>5. Kitabul Jarhi wat Ta’dil karya Abu Mumahhan Abdurrahman bin Abi Hatim
bin Muhammad Ar-Razi terbitan Dar al-Kutub Ilmiyah Beirut</em><br />
<em>6. Shifatu Shalatin Nabi karya Syaikh Nashirudin Al-Albani cetakan Maktabah
Al-Ma’arif Riyadh</em></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: navy;">Sumber: http://muslim.or.id/?p=58
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<hr size="2" style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" width="100%" />
</div>
Salim Ibrahimhttp://www.blogger.com/profile/07659003813010541556noreply@blogger.com0