Home » Archives for Oktober 2012
Rabu, 31 Oktober 2012
Selasa, 23 Oktober 2012
Kisah Wanita Yang Selalu Berbicara Dengan Bahasa Al-Qur’an
Semoga Catatan ini bisa menjadi
bahan Renungan Buat Kita Tentang
Pentingnya menjaga Lidah Kita
karena kelak semua yang keluar dari mulut kita akan
dimintai pertangungjawaban
Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala :
Saya berangkat menunaikan Haji ke
Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam
Rasulullah sallAllahu ‘alayhi
wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat
sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang
sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah
dialog dengannya beberapa saat.
Dalam dialog tersebut wanita tua
itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin
Mubarak, dijawab dengan menggunakan
ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup
memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan
kepadanya.
Abdullah : “Assalamu’alaikum
warahma wabarakaatuh.”
Wanita tua : “Salaamun qoulan min
robbi rohiim.” (QS. Yaasin : 58) (artinya : “Salam
sebagai ucapan dari Tuhan Maha
Kasih”)
Abdullah : “Semoga Allah
merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?”
Wanita tua : “Wa man
yudhlilillahu fa la hadiyalahu.” (QS : Al-A’raf : 186 ) (“Barang siapa
disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya”)
Dengan jawaban ini, maka tahulah
saya, bahwa ia tersesat jalan.
Abdullah : “Kemana anda hendak
pergi?”
Wanita tua : “Subhanalladzi asra
bi ‘abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa.”
(QS. Al-Isra’ : 1) (“Maha suci
Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke
masjid aqsa”)
Dengan jawaban ini saya jadi
mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak
menuju ke masjidil Aqsa.
Abdullah : “Sudah berapa lama
anda berada di sini?”
Wanita tua : “Tsalatsa layaalin
sawiyya” (QS. Maryam : 10) (“Selama tiga malam dalam
keadaan sehat”)
Abdullah : “Apa yang anda makan
selama dalam perjalanan?”
Wanita tua : “Huwa yut’imuni wa
yasqiin.” (QS. As-syu’ara’ : 79) (“Dialah pemberi aku
makan dan minum”)
Abdullah : “Dengan apa anda
melakukan wudhu?”
Wanita tua : “Fa in lam tajidu
maa-an fatayammamu sha’idan thoyyiban” (QS. Al-Maidah :6)
(“Bila tidak ada air bertayamum
dengan tanah yang bersih”)
Abdulah : “Saya mempunyai sedikit
makanan, apakah anda mau menikmatinya?”
Wanita tua : “Tsumma atimmus
shiyaama ilallaiil.” (QS. Al-Baqarah : 187) (“Kemudian
sempurnakanlah puasamu sampai
malam”)
Abdullah : “Sekarang bukan bulan
Ramadhan, mengapa anda berpuasa?”
Wanita tua : “Wa man tathawwa’a
khairon fa innallaaha syaakirun ‘aliim.” (QS. Al-
Baqarah:158) (“Barang siapa
melakukan sunnah lebih baik”)
Abdullah : “Bukankah
diperbolehkan berbuka ketika musafir?”
Wanita tua : “Wa an tashuumuu
khoirun lakum in kuntum ta’lamuun.” (QS. Al-Baqarah :
184) (“Dan jika kamu puasa itu
lebih utama, jika kamu mengetahui”)
Abdullah : “Mengapa anda tidak
menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?”
Wanita tua : “Maa yalfidhu min
qoulin illa ladaihi roqiibun ‘atiid.” (QS. Qaf : 18) (“Tiada satu ucapan yang
diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid”)
Abdullah : “Anda termasuk jenis
manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?”
Wanita tua : “Wa la taqfu ma
laisa bihi ilmun. Inna sam’a wal bashoro wal fuaada, kullu
ulaaika kaana ‘anhu mas’ula.”
(QS. Al-Isra’ : 36) (“Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena
pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan”)
Abdullah : “Saya telah berbuat
salah, maafkan saya.”
Wanita tua : “Laa tastriiba
‘alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum.” (QS.Yusuf : 92) (“Pada hari ini tidak
ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu”)
Abdullah : “Bolehkah saya
mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena
anda akan menjumpai kafilah yang di depan.”
Wanita tua : “Wa maa taf’alu min
khoirin ya’lamhullah.” (QS Al-Baqoroh : 197) (“Barang siapa mengerjakan suatu
kebaikan, Allah mengetahuinya”)
Lalu wanita tua ini berpaling
dari untaku, sambil berkata :
Wanita tua : “Qul lil mu’miniina
yaghdudhu min abshoorihim.” (QS. An-Nur : 30)
(“Katakanlah pada orang-orang
mukminin tundukkan pandangan mereka”)
Maka saya pun memejamkan
pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai
untaku. Tetapi tiba-tiba
terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita
itu berucap lagi.
Wanita tua : “Wa maa ashobakum
min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum.” (QS. Asy-
Syura’ 30) (“Apa saja yang
menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri”)
Abdullah : “Sabarlah sebentar,
saya akan mengikatnya terlebih dahulu.”
Wanita tua : “Fa fahhamnaaha
sulaiman.” (QS. Anbiya’ 79) (“Maka kami telah memberi
pemahaman pada nabi Sulaiman”)
Selesai mengikat unta itu saya
pun mempersilahkan wanita tua itu naik.
Abdullah : “Silahkan naik
sekarang.”
Wanita tua : “Subhaanalladzi
sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa
munqolibuun.” (QS. Az-Zukhruf : 13-14) (“Maha suci Tuhan yang telah
menundukkan semua ini pada kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan
kami”)
Saya pun segera memegang tali
unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.
Wanita tua : “Waqshid fi masyika
waghdud min shoutik” (QS. Lukman : 19) (“Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah
suaramu”)
Lalu jalannya unta itu saya
perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap.
Wanita tua : “Faqraa-u maa
tayassara minal qur’aan” (QS. Al- Muzammil : 20) (“Bacalah
apa-apa yang mudah dari
Al-Qur’an”)
Abdullah : “Sungguh anda telah
diberi kebaikan yang banyak.”
Wanita tua : “Wa maa yadzdzakkaru
illa uulul albaab.” (QS Al-Baqoroh : 269) (“Dan
tidaklah mengingat Allah itu
kecuali orang yang berilmu”)
Dalam perjalanan itu saya
bertanya kepadanya.
Abdullah : “Apakah anda mempunyai
suami?”
Wanita tua : “Laa tas-alu ‘an asy
ya-a in tubda lakum tasu’kum” (QS. Al-Maidah : 101)
(“Jangan kamu menanyakan sesuatu,
jika itu akan menyusahkanmu”)
Ketika berjumpa dengan kafilah di
depan kami, saya bertanya kepadanya.
Abdullah : “Adakah orang anda
berada dalam kafilah itu?”
Wanita tua : “Al-maalu wal
banuuna zinatul hayatid dunya.” (QS. Al-Kahfi : 46) (“Adapun
harta dan anak-anak adalah
perhiasan hidup di dunia”)
Baru saya mengerti bahwa ia juga
mempunyai anak.
Abdullah : “Bagaimana keadaan
mereka dalam perjalanan ini?”
Wanita tua : “Wa alaamatin wabin
najmi hum yahtaduun” (QS. An-Nahl : 16) (“Dengan
tanda bintang-bintang mereka
mengetahui petunjuk”)
Dari jawaban ini dapat saya
fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji
mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian
bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.
Abdullah : “Adakah orang yang
akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?”
Wanita tua : “Wattakhodzallahu
ibrohima khalilan” (QS. An-Nisa’ : 125) (“Kami jadikan
ibrahim itu sebagai yang
dikasihi”) “Wakallamahu musa takliima” (QS. An-Nisa’ : 146)
(“Dan Allah berkata-kata kepada
Musa”) “Ya yahya khudil kitaaba biquwwah” (QS. Maryam 12) (“Wahai Yahya
pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh”)
Lalu saya memanggil nama-nama, ya
Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah
anak-anak muda yang bernama
tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul.
Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita
itu.
Wanita tua : “Fab’atsu ahadaku bi
warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho’aaman fal ya’tikum
bi rizkin minhu.” (QS. Al-Kahfi : 19) (“Maka suruhlah salah seorang dari kamu
pergi ke kota
dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia
membawa makanan itu untukmu”)
Maka salah seorang dari tiga anak
ini pergi untuk membeli makanan, lalu
menghidangkan di hadapanku, lalu
perempuan tua itu berkata :
Wanita tua : “Kuluu wasyrobuu
hanii’an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah” (QS. Al-
Haqqah : 24) (“Makan dan minumlah
kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang
telah lalu”)
Abdullah : “Makanlah kalian
semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya
sebelum kalian mengatakan padaku
siapakah perempuan ini sebenarnya.”
Ketiga anak muda ini secara
serempak berkata :
“Beliau adalah orang tua kami.
Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara
mempergunakan ayat-ayat
Al-Qur’an, hanya karena khawatir salah bicara.”
Maha suci zat yang maha kuasa
terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya
saya pun berucap :
“Fadhluhu yu’tihi man yasyaa’
Wallaahu dzul fadhlil adhiim.” (QS. Al-Hadid : 21)
(“Karunia Allah yang diberikan
kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah
pemberi karunia yang besar”)
[Disarikan oleh: DHB Wicaksono,
dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin
Muhammad Syatha, hal. 161-168]
dari Situs Al-Muhajir
Sumber :
http://virouz007.wordpress.com/
Dan siapakah yang lebih zalim
daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-
ayat dari Tuhannya lalu dia
berpaling daripadanya dan melupakan apa yang
dikerjakan oleh kedua tangannya
Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di
atas hati mereka, (sehingga
mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula)
sumbatan di telinga mereka; dan
kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk,
niscaya mereka tidak akan
mendapat petunjuk selama-lamanya. (QS. 18:57)
Sabtu, 20 Oktober 2012
Selamat Jalan Khonsaa
Semoga Alloh memberikan kekuatan
dan ketabahan menjalani ujian ini, semoga kisah ini bisa menjadi ibrah/hikmah
bagimu dan ibu-ibu lain yang mendapat ujian serupa
“sebuah curahan hati seorang ibu
yang baru saja kehilangan putri pertamanya.
Seorang ibu yang tiada mengenal
lelah untuk mengkampanyekan ASI sebagai makanan
terbaik bagi buah hatinya.. Elona
Melo T.A” Selasa, 17 Juli 2001, jam 10.10wib engkau
hadir di tengah kehidupan kami
nak. Sempurnalah rasanya mama menjadi seorang wanita
dengan kelahiranmu.
Engkau kami beri nama Khonsaa’ Al
Anshoriyah. Khonsaa’ adalah nama seorang
sahabat Rosul wanita yg merelakan
ke3 anaknya mati syahid di peperangan, hingga akhirnya beliau pun ikut syahid. Al Anshoriyah, kami pilihkan
menjadi nama belakangmu dg harapan engkau termasuk ke dalam golongan
orang-orang yg gemar menolong layaknya kaum anshor.
Dari balita, engkau sudah menjadi
tempat mamamu curhat, entah engkau paham atau
tidak setiap ada kegundahan
engkau bantu meringankannya dengan jalan mendengarkan nak. Itulah sebabnya
engkau menjadi salah satu Sahabat Terbaik mama. Kau tenangkan mama, kau hapus
air mata mama setiap mama menangis karena rindu dengan almarhum opamu. Dengan
lembut kau bisikan di telinga mama “jangan sedih ma”.. lalu engkaupun memeluk mama.
Sebagai anak pertama, engkau
menjadi sekolah sekaligus guru bagi mama.
Bagaimana naluri keibuan mama
terasah dengan keberadaanmu. Engkau mengajarkan pada mama bahwa kesabaran tidak
berbatas, walau sebagai manusia sering sabar itu hilang. Engkau ajarkan pada
mama, bahwa kasih sayang, kehangatan dan kejujuran akan berakhir dengan
ketiganya pula. Kau ajarkan bahwa, ibu adalah guru pertama sekaligus terbaik
bagi anak-anaknya. Itu sebabnya papamu meminta mama untuk tetap di rumah
menemani engkau dan adik-adikmu..
Ketika adik-adikmu lahir, di usia
yg masih sangat muda, engkau berubah menjadi
sosok kakak yang begitu dewasa,
banyak mengalah, walau kami orangtuamu tahu hal itu
berat engkau lakukan. Kami sering
memberimu tanggung jawab “titip ade-ademu ya mba” setiap mama dan papamu pergi,
walau di rumah ada yang lain. Kau tunaikan amanah kami dengan memberi laporan
singkat jelas dan padat apa yg terjadi saat mereka ditinggal. Apabila ada
mainan atau bukumu yg dirusak oleh adikmu, yang kau lakukan hanya menangis dan
mengadu pada mama, dengan harapan mama akan memperbaikinya..itu sering kita bersama.
Engkau buat kami bangga dengan
keistiqomahanmu untuk mengenakan jilbab di usia
6 tahun, walau engkau hanya
seorang diri yg melakukannya di kelasmu. Kau butikan
kecerdasanmu dg hasil IQmu yg
sangat jauh di atas rata-rata dan prestasimu sebagai juara
kelas. Ternyata, kebanggaan ini
juga dirasakan oleh eyang mama dan eyang papa, oma dan bude pakde juga om kamu nak. Mama sering tidak
segan-segan berkata bahwa “mama banggamu nak”.
Al Anshoriyah, engkau betul-betul
anak yg gemar menolong. Terbukti dari cerita
guru-gurumu bahwa engkau tidak
segan-segan menolong temanmu yg kesulitan dalam
belajar, walau resikonya ditegur
oleh gurumu. Bahkan suatu waktu, nilaimu dikurangi karena dengan ikhlasnya soal
ujian temanmu kau kerjakan dari awal hingga selesai. Ingat
nak..betapa marahnya mama ketika
tahu kejadian itu, namun di sisi lain mama melihat sikap rela berkorbanmu yg
begitu tinggi.
Saat kita pindah, dari Jakarta ke Bandung,
engkau terlihat sedih karena harus
meninggalkan sahabatmu, namun
sekaligus gembira setelah mendengarkan cerita mama
bahwa kelak kamu akan mendapat
teman-teman baru dengan bahasa yg tidak biasa, Bahasa Sunda. Ingat Khonsaa’
ketika tanpa engkau sadari caramu dan adikmu berbicara mulai
berubah dan menjadi bahan
becandaan sepupumu di jakarta…?
Itu membuktikan betapa
dirimu mudah bergaul nak. Mama
juga bangga padamu ketika seorang wali murid
menceritakan bahwa menurut
anaknya, kamu adalah “the coolest girl in the class” karena
wawasanmu yg luas. Dari masalah
gadget, pelajaran, poppin (satu bentuk tarian), music,
buku-buku..begitu banyak yg kau
ketahui nak. Engkau memang canggih nak..!
Saat teman-teman seusiamu masih
belum kenal dunia komputer dan online, kamu
sudah begitu akrab dengan
keduanya. Niatmu punya Facebook dan akrab dengan dunia
online engkau ceritakan dalam
rangka “jangan mau jadi gaptek”. Engkau buat blog pribadi saat usiamu masih 7
tahun. Padahal, yg engkau lakukan hanya mengamati papamu yg sedang asyik dengan
pekerjaannya.
Sering sekali engkau cerita ke
mama hasil browsingmu ke beberapa web hanya untuk
membedakan “akar tunggal dan akar
serabut”.
Kau buktikan, bahwa dunia online
seharusnya memang digunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat..
Sebagai mama, banyak sekali
kesalahan yg mama perbuat padamu nak, bahkan tidak
terhitung.. Kemarahan yang kadang
melampau batas, ketidaksabaran yang sebenarnya masih sangat bisa ditahan.
Ketika mama menangis menyesal
bila memarahimu dan adikmu, yang kau ucapkan
hanya “nggak apa-apa ma”.
Ingatnak,ketikamamamenyusuiadik-adikmuengkauberadadidekatmamasambilengkau
bertanya“akudulunyusujuganggama”.Seketikaitujugamamatidakmampumenahantangis,
sembariberucap“itusalahsatukebodohanmamanak,maafkanmamakrnmamatdkmenyusuiu”.
Mamaceritakanalasannyabahwalukaygadatdkmampumamatahan.Lagi-lagiengkaumenghibur
mamadgberucap“nggakpapama,yangpentingsudahusaha”.
Salah satu kesalahan mama
terbesar padamu ialah tanggal 13 Desember 2009. Hanya
karena keletihan yang sebenarnya
masih bisa mama tahan, mama tidak menemanimu dan
adikmu yg pagi itu semangat
sekali ingin berenang, dan memang itulah tujuan kita menginap di hotel. Mama
lebih milih berada di kamar hotel dan membiarkanmu beserta papa dan kedua adikmu
ke kolam renang yg ketika itu memang ramai. Mba Rahmi dan Mba Siti, yang selama
ini membantu mama mengurus rumah juga ikut menemani kalian. Padahal engkau pun
belum terlalu mahir berenang nak, mama tahu ketakutanmu pada air yang kau coba
hilangkan sedikit demi sedikit. 30 menit
kemudian papamu kembali ke kamar hotel dan, tidak lama telpon pun berdering
memberitahu bahwa engkau tenggelam…!!!
Bagai tersambar petir, mama dan
papa langsung menjerit dan lari menuju kolam,
namun engkau sudah dibawa ke
rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Sekelebat terlintas rasa marah
dan was-was silih berganti..
“Mana pool guard yang seharusnya
menjaga kolam renang”.. hanya itu kalimat yang
mama ucapkan seraya berlari ke
arah kolam.
Mama seorang guru renang nak,
papamu mahir berenang. Mama bahkan sering
bercerita padamu
kejadian-kejadian saat mama menolong beberapa orang yang hampir
tenggelam…
Tapi..Dimana mama, saat anak mama
tenggelam,
Mana guru renang yang mahir
berenang 4 gaya,
dengan murid tak terhitung jumlahnya..??.
Mana guru renang yg berkali-kali
menolong orang yang bisa saja nyawanya melayang di
kolam renang…??
Mana….??
Allohu akbar..dalam perjalanan
menuju rumah sakit di kepala mama yang ada hanya rasa
sesal.. Inikah teguran atas
kesombonganku ya Alloh?”
Sebegitu sombongkah aku hingga
Engkau mengujiku seberat ini?
Dan…hari itu Alloh menunjukkan
kuasaNya..
Mama menemuimu di ruang UGD
ketika engkau telah terbujur kaku nak. Seketika itu
dunia terasa gelap, aliran darah
seakan terhenti..melihat sesosok tubuh tertutup kain putih…
Ya Alloh..Ya Robbi..Ya Rohman..Ya
Rohim, inilah saatnya Engkau ambil titipanmu yg pernah Kau tanamkan dalam
rahimku.
Dunia seakan berhenti
berputar..rasanya tidak percaya hingga mama lihat tanda lahir
di lengan kirimu, bekas luka
kecil cacar di hidungmu, tahi lalat di telingamu dan sekujur
badanmu yg mama hafal bentuknya
satu persatu karena kamu anak mama..
Mama segera memeluk jasadmu nak,
tanpa berpikir lagi apakah engkau dengar atau
tidak, hanya kata maaf yg mampu
mama ucapkan di telingamu. Dada ini terasa sesak
menahan sebuah beban yg terasa
seperti sebuah gunung yang sangat besar.
Sambil memandikan jenazahmu, mama
bisikkan di telingamu bahwa, mama buktikan
kalau mama kuat menerima
kepergianmu. Demi mengharap ridho Alloh Azza Wajalla, mama tahan air mata dan
rasa marah yang sebenarnya lebih mudah bila diledakkan saat itu juga.
Demi meyakini akan syahidnya
seseorang yang wafat karena tenggelam, mama tahan
emosi mama nak..
Demi meyakini, bahwa engkau akan
menjadi hijab api neraka bagi orang tuamu yang
kotor ini, mama tahan dorongan
ingin menjerit sekeras-kerasnya. Engkau penuhi janjimu nak..
Al Anshoriyah, Engkau gemar
menolong saat masih hidup. Dan, engkau tolong kami
dengan kepergianmu.
Banyak sekali janji mama padamu
nak, hadiah sepeda BMX bila engkau juara kelas
lagi, jalan-jalan ke dufan dan
menaiki semua wahana karena kini engkau sudah tinggi, latihan renang intensif
selama liburan nanti…, bermain hujan bertiga adikmu, menyambangi
sahabat-sahabat dan guru-gurumu di Jakarta..namun,
semua itu tinggal janji…
Engkau tunaikan janjimu…tapi pada
siapa mama tunaikan janji-janji mama nak..?
Cita-cita kami orang tuamu ingin
merawat dan mendidikmu hingga dewasa,
digantikan dengan sebuah
cita-cita mulia yg tak mampu kami ucapkan, mengharapkan kita semua bisa bertemu
maut dengan kesyahidan. Kau tunaikan itu semua nak..
Maafkan mamamu nak, yang tidak
berada di dekatmu saat-saat terakhir hidupmu.
Walau pedih, mama bersyukur
karena telah dipercaya oleh Alloh menerima amanah
seorang gadis kecil yang sangat
special di mata setiap orang yang mengenalnya.
Janji mama terakhir kalinya
padamu anakku, mama akan kuat melepasmu walau
berat. Mama akan merawat kedua
adikmu, mama akan menjadi ibu yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Bantu mama agar kuat nak, walau
air mata penyesalan, kesedihan, kerinduan ingin
memelukmu tak mampu mama bendung.
Rasa sesal tidak menjadi ibu yang sempurna begitu hebatnya mama rasakan hingga
saat ini. Semoga Alloh Sang Ilahi Robbi, memaafkan semua kesalahan mama padamu.
Mama sangat mencintaimu anakku..
Mama sangat
merindukanmu..sahabatku..
Mama bangga padamu..guruku..
Mama akan kuat, demi janji
mama padamu..syahidahku!
“Ketahuilah bahwa pertolongan
menyertai kesabaran, sesungguhnya ada kelapangan
bersama kesusahan dan
sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”
****************************************************
Sumber: http://virouz007.wordpress.com/
Kisah Pohon Apel
Sebagian dari kita mungkin sudah pernah membaca cerita ini
tapi apa salahnya saya
muat kembali di pages ini buat saudara-saudara kita yang
belum pernah membaca cerita ini dan sebagai bahan review buat yang sudah pernah
membaca. Semoga bermanfaat………
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat
besar.Seorang kanak-
kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel
ini setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel
sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu
pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat
permainannya.
Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut. Masa berlalu…
anak lelaki itu sudah
besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan
masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu
hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain
dengan engkau,” jawab remaja itu.
“Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah
remaja itu dengan nada yang sedih.
Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah
apel-apel yang ada padaku.
Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat
membeli permainan yang
kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu
dan pergi dari situ.
Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa
sedih.
Masa berlalu…
Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon
apel itu merasa gembira.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk
mendapatkan uang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk
keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.
“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh
memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon
apel itu memberikan cadangan.
Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan
pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira
tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon
apel itu. Dia sebenarnya
adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon
apel itu. Dia telah matang dan dewasa.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka
bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk
belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai perahu. Bolehkah kau menolongku?” Tanya
lelaki itu.
“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau.
Tetapi kau boleh memotong
batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat
belayar dengan gembira,” kata
pohon apel itu.
Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon
apel itu. Dia kemudian
pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi
selepas itu.
Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin
di mamah usia, datang
menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah
bermain di sekitar pohon apel itu.
“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan
kepada kau. Aku sudah
memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat
rumah, batangku untuk kau buat perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang
hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.
“Aku tidak mahu apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk
memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku
tidak mahu batang pohonmu kerana aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku
merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.
“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu.
Lalu lelaki tua itu duduk
beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat.
Mereka berdua menangis kegembiraan.
Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di
dalam cerita itu adalah
kedua-dua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka
bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan
mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali
meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan.
Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa
saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa
anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu
hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini melayani ibu bapak mereka.
Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita
menghargai mereka semasa
menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun.
***
Allah SWT berfirman :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada
dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah
tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdo’a:
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau
yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau
dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Q.S 46:15]
Belum ada kata terlambat untuk kembali berbakti kepada kedua
orang tua kita biarpun
mereka sudah tidak ada di dunia fana ini….MARI
Sumber:
http://virouz007.wordpress.com/
Foto 4 x 6 di Saku Bajumu Nak…
Seperti hari-hari kemarin,Tetap
saja ada perasaan sedih yang menghantui relung hati
Hamzah. Ayah berumur 29 tahun itu
terlihat sering murung. Sedihnya Hamzah, bukan karena persoalan besar, bukan
juga permasalahan ekonomi keluarga. Namun, kesedihannya karena satu pertanyaan
yang dilontarkan pemateri ketika mengikuti acara Smart Parenting.
”Bagaimana caranya untuk
mengetahui kalo anak berumur 1-5 tahun menyayangi orang
tuannya” ? Ya, pertanyaan itulah
yang manjadi beban pikiran dirinya saat ini. Meskipun juga Hamzah mengakui kalo
dirinya bukanlah ayah yang baik. Marah adalah hal yang wajar terjadi. Namun,
marah ketika terlihat oleh anak berusia 2 tahun adalah perkara yang berbahaya
untuk perkembangan emosionalnya. Dan Hamzah mengakui hal itu. Mulai hari itu ia
bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anaknya.
Mulai saat itu, setiap hari
Hamzah pulang kantor dengan tergesa-gesa. Sebab hanya
satu tujuannya. Bagaimana
mendapatkan jawaban dari Ridwan anaknya ! Bermain dan
bercengkerama dengan anaknya
lebih lama adalah solusi yang tepat untuk mendapatkan
jawaban kata ”Iya”. Hari itu
Hamzah membeli bola berukuran besar. Lebih besar dari ukuran tubuh Ridwan.
Mereka bermain lebih lama. Hamzah rela menjadi penjaga gawang yang berpura-pura
jatuh ketika menangkap bola. Dan itu terjadi berulang-ulang hingga
mengundang tawa Ridwan. Hingga
mereka letih bermain. Hamzah mengajak Ridwan duduk sebentar. Hamzah mengambikan
segelas air minum yang akan diminum berdua. Pikiran Hamzah, Ini saat yang tepat
menanyakannya. ”Nak, Ridwan sayang sama abi ga ?” Kali ini Ridwan menatap wajah
Hamzah. Hamzah menanti…..tiba-tiba Ridwan berkata ”Abi, ayo main bola lagi !….
Hamzah terdiam, mungkin pertanyaan itu ditanyakan ketika suasana tidak tepat pikirnya.
Malam harinya, Hamzah membacakan
buku ”Akhlaq Islami” kepada anaknya. Kali
ini Hamzah membacanya dengan
sabar dan lebih lama dari biasanya. Malam itu 9 buku
dibacanya sampai habis. Hingga
ketika anaknya terlihat mengantuk, Hamzah berinisiatif
untuk menyeka punggung Ridwan.
Ketika usapan demi usapan dilakukannya, terbesit
keingginan untuk menanyakan
kepada anaknya ”Nak, Ridwan sayang ka sama abi?”…
Ridwan terdiam, ternyata Ridwan
keburu tidur sebelum ditanya. Hmm….biarlah, mungkin ia letih bermain tadi
siang. Sambil mengusap punggung, dipandanginya wajah anaknya. Hamzah berkata di
telingga anaknya. ”Nak, maafkan abi jika ternyata abi bukanlah ayah yang baik
untukmu. Hingga engkau sulit mengatakan kata ”Iya”. Tapi biarlah, abi akan
berusaha menjadi ayah yang baik”.
Malam pun berlalu, tanpa jawaban
yang diimpikannya….
Sepulang shalat subuh, dompetnya
berserakan! Ridwan ternyata telah bangun ketika
Hamzah ke masjid. Foto dan tanda
pengenal berceceran kemana-mana. Dengan sabar
Hamzah mengambilnya dan memperbaikinya
kembali. Hamzah berkata ke anaknya”Jangan dibuka dompet abi ya, disini banyak
tanda pengenal yang penting. Nanti kalo hilang bagaimana ? ” Ridwan mengangguk
tanda setuju. ”Oke! Ayo kita toss dulu” kata Hamzah. Dan Ridwan pun mengangkat
dan membuka jarinya untuk toss dan tersenyum.
”Ok ummi, ayo berangkat” kata
Hamzah. Waktu menunjukkan pukul 06.50.
eh,ternyata Ridwan tak mau ganti
baju. Bajunya yang dipake tidur tidak mau digantinya. Baju bermotif mobil traktor dengan saku di depan
itu terlihat kumal. Tapi Ridwan tetap tak mau ganti baju. Bahkan sampai
menangis ketika bajunya mau dilepas. Karena takut terlambat ke kantor, maka
biarlah Ridwan tidak mandi dan tak mau ganti baju.
Sore itu, Hamzah pulang tak lagi
tergesa-gesa. Toh Ridwan tak menunjukkan itikad
mengucapkan kata-kata ”Iya” untuk
dirinya. Maka kali ini Hamzah melakukan aktifitas
seperti biasa. Menjemput Ridwan
di rumah nenek yang ternyata memakai baju yang sama
dengan baju tadi pagi. Kata nenek
”Ridwan ngak mau ganti baju, dia jingkar ( Menangis
hebat ) kalo bajunya mau dilepas”
Malam itu Hamzah tak ingin
bermain bola bersama anaknya. Hamzah menggiring
Ridwan untuk tidur lebih awal.
Maka diiringilah tidur Ridwan dengan tilawah.Setelah
terlelap tidur. Hamzah meminta
istrinya untuk mengganti baju Ridwan yang kumal karena besok pagi giliran
Hamzah yang mencuci baju.
Sepulang shalat subuh, Ridwan
belum bangun. Tumpukan baju satu persatu dicucinya. Hingga tiba pada baju
bermotif traktor Ridwan. Baju yang dipake seharian. Ketika mencuci, Hamzah
menemukan foto 4×6 dirinya di saku baju Ridwan…Dan hal itulah yang membuat
Ridwan tersenyum dan berkata dalam hati ”Tak usahlah engkau berkata ”Iya” Nak.
Abi sudah tahu jawabannya”……
Anak-anak Belajar Dari
Kehidupannya
jika anak dibesarkan dengan
celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan
permusuhan ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan
cemoohan ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan
hinaan ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan toleransi
ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dorongan
ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan pujian ia
belajar menghargai
Jika anak dibesarkan
sebaik-baik perlakuan ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan rasa aman
ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dukungan
ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan kasih
sayang dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupannya (dorothy law
nolie)
“Bukan termasuk umatku orang yang
tidak menghormati yang tua dan tidak
menyayangi yang kecil ,” kata Rasulullah
saw.
Ibnu Abbas r.a. berkata, bahwa
Rasulullah Saw. bersabda: “Ajarlah, permudahlah
dan jangan persulit!
Gembirakanlah dan jangan takut-takuti! Jika salah seorang dari kalian marah
hendaklah berdiam diri!” (H.R. Ahmad dan Bukhari)
Rasulullah Saw bersabda:
’Barangsiapa yang mendapat ujian atau menderita karena
mengurus anak-anaknya, kemudian
ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya
akan menjadi penghalang baginya
dari siksa neraka. (HR Bukhari, Muslim, dan At
Turmudzi).
Sumber: http://virouz007.wordpress.com/
Penantian Puluhan Tahun Seorang Gadis
“Semoga catatan ini bisa memberi
hikmah bagi kita para Akhwat yang sampai
detik ini belum dipertemukan
dengan jodohnya”
Sholat jum’at baru saja usai
ditunaikan. Pak Yunus seperti biasa masih berada dalam
masjid bersama beberapa bapak
yang lain. Tiba-tiba, baru saja selesai berdzikir, Pak Daud menghampiri Pak
Yunus: menepuk pundak Pak Yunus lantas berjabat tangan. Ya, Pak Yunus dan Pak
Daud sudah berteman sejak lama semenjak dipertemukan dalam satu
pengajian.“Gimana kabarnya Pak?”,
sapa Pak Daud
“Alhamdulillah baik.
Bapak sendiri gimana?”,
balas Pak Yunus
“Alhamdulillah.. (terdiam
sebentar). Ngomong-ngomong,, masih sendirian aja nih Pak?”,
Pak Daud melempar pertanyaan
gurauan yang selama ini sering diajukannya.
Pak Yunus hanya tersenyum seperti
biasanya jika ditanya hal itu.
Semenjak istri Pak Yunus meninggal dunia
beberapa tahun lalu, Pak Yunus menjalani hari- harinya tanpa pendamping.
Usianya yang sudah kepala 6 pula yang sepertinya menjadi salah satu keputusan
untuk tak ingin menikah lagi. Ketiga anaknya yang telah berkeluarga membuat Pak
Yunus semakin kesepian. Ya, sebagai seorang laki-laki, terkadang perasaan
membutuhkan seorang pendamping di hari tua, juga dialami oleh Pak Yunus. Banyak
teman di sekitar Pak Yunus yang menyarankan untuk menikah lagi, termasuk Pak
Daud.
***
1 Syawal 1430 H
“Hei,, saudara-saudara,, Tasya
mau nikah 2011 nanti..”, Mira, menantu Pak Daud,
tiba-tiba berteriak di ruang
tengah saat kumpul keluarga besar Pak Daud. Spontan, saudara- saudara yang lain
langsung bertanya ke yang bersangkutan, Tasya, anak bungsu Pak Daud.
“Bener Sya?”
“Bener ka Tasya?”
Tasya hanya menanggapi
pertanyaan-pertanyaan itu dengan senyuman, sambil berkata:
“Itu hanya rencana pribadi. Belum
tahu rencana ALLAH nantinya..”
Di sisi lain, Tante Yeni hanya
terdiam, dan tersenyum yang cukup dipaksakan. Tante
Yeni adalah adik perempuan Pak
Daud yang belum juga bersuami di usianya yang menjelang kepala 5.
Tasya menangkap semburat yang
tidak mengenakkan ketika melihat wajah tante
Yeni.Tasya sadar dan merasakan
apa yang tante Yeni rasakan: keponakannya sudah
merencanakan akan menikah,,
sementara dirinya??. Mungkin hal itulah yang ada di pikiran tante Yeni, pikir
Tasya.
Tante Yeni memang belum menikah
hingga saat ini, yang mungkin seharusnya sudah
saatnya mempunyai anak atau
bahkan menimang cucu. Tapi, ya itulah jodoh. Tante Yeni bisa dibilang belum
menemukan jodohnya hingga saat ini.
Apakah karena masalah kecantikan?
Ooohh,, tentu tidak! Tante Yeni cukup cantik
dengan kulit putihnya. Apakah
karena agamanya? Oooohh,, jangan salah,, tante Yeni adalah wanita yang sangat
menjaga qiyamullail. Apakah karena hartanya? Ooohh,, tentu saja tante Yeni cukup
mandiri untuk menghidupi dirinya walaupun tanpa pekerjaan tetap, yang penting
tetap berpenghasilan. Apakah karena keturunannya? Ooohh,, tante Yeni adalah
keturunan terhormat, dari bapak yang seorang kepala sekolah. Lantas,, apa yang
membuatnya hingga saat ini belum juga menikah??
Ya, itulah misteri jodoh. Kita
tak kan
pernah tahu kapan datangnya, dan kita takkan
pernah tahu dengan siapa kita
berjodoh. Kita hanya bisa menanti, berusaha, berdo’a dan terus memperbaiki
diri.
***
Seperti jum’at biasanya, beberapa
bapak masih berdzikir di dalam masjid usai sholat
jum’at, termasuk Pak Yunus dan
Pak Daud. Pak Yunus menghampiri Pak Daud yang sedang berada di pojok masjid.
“Assalamu’alaikum. Pak..”, sapa
Pak Yunus sambil menjabat tangan Pak Daud.
“Wa’alaikumusalam..”, jawab Pak
Daud hangat.
Pak Yunus menyampaikan maksudnya;
ia ingin menikah lagi dan ingin mencoba
berkenalan dengan adik perempuan
Pak Daud, tante Yeni.
Pak Daud dengan senang hati
menerima tawaran itu dan mengabarkan hal ini kepada
adiknya, tante Yeni. Tante Yeni
pun mengiyakan; hal ini yang tentunya sangat dinantikan
tante Yeni.
Pertemuan pertama pun sudah
diatur oleh Pak Daud. Pak Daud menemani Pak Yunus
untuk berkunjung ke rumah orang
tua Pak Daud, yang tak lain dan tak bukan adalah tempat tinggal tante Yeni.
Mereka berbincang dan berkenalan lebih dalam.
Pertemuan demi pertemuan
dilakukan. Tak ada jalan berdua, selalu ada yang
menemani, layaknya ta’aruf pada
umumnya. Hanya ada 4 kali pertemuan dan kedua belah pihak keluarga juga
menyetujui, termasuk anak-anak Pak Yunus. Akhirnya khitbah pun dilangsungkan.
***
Keluarga besar Pak Daud telah
berkumpul sejak pagi di rumah orang tua Pak Daud.
Hari ini akan ada ada pertemuan
dua keluarga: keluarga Pak Yunus dan keluarga tante Yeni. Di sela-sela
persiapan khitbah, Tasya menemani tante Yeni di kamarnya dan
bermaksud mendapatkan cerita yang
menarik dari proses ini. Proses menuju pernikahan
seorang gadis berumur 40-an
dengan duda berumur 60-an, sungguh kisah yang unik.
“Gimana tante perasaannya?”,
tanya Tasya to the point.
“Yaaaa,, gak nyangka aja. Padahal
kamu yang udah ngerencanain nikah, sedangkan
tante gak punya rencana apa-apa.
Tapi ternyata sekarang tante mau dilamar..”, jawab
tante Yeni sumringah.
“Ya,, gitu deh kalo udah rencana
ALLAH. Aku juga itu baru rencana pribadi. Gak tau
deh ke depannya gimana. Mungkin
bisa dipercepat atau diperlambat sama ALLAH
dari rencanaku.”, Tasya semakin
bijak dalam kata-kata.
“Iya, padahal kan tante udah hampir 50 umurnya. Tapi
ternyata emang baru saat ini
ALLAH memberikan jodoh itu. Nggak
tau kenapa pas sama Pak Yunus, terasa dimudahin banget prosesnya, cuma 4 kali
ketemuan. Pas ketemuan 2 kali, dia sms kalo mantap dengan pilihannya. Pas
ketemu sama anak-anaknya, tante juga gak merasa takut, biasa aja. Ya, tante mah
berdoa aja sama ALLAH, jika memang ini yang terbaik maka dekatkanlah dan mudahkanlah,
dan jika memang bukan terbaik untukku, maka jauhkanlah dengan baik-baik.
Alhamdulillah,, proses itu
dimudahkan dan hati tante pun mantap.”, cerita panjang tante Yeni begitu
membuat Tasya terperangah.
“Semoga lancar ya Tan,, ke
depannya..”, Tasya menguatkan tante Yeni, sambil
bersiap menuju ruang keluarga
karena sudah banyak yang menunggu.
***
Setelah khitbah, hari itu juga
keluarga besar tante Yeni pun berkumpul untuk membicarakan resepsi pernikahan
yang sungguh unik ini. Mulai dari membuat undangan, kepanitiaan sampai
pembagian tugas. Ya, resepsi pernikahan yang akan dilangsungkan tak jauh beda dengan
resepsi pernikahan pasangan muda pada umumnya.
***
Akad nikah yang dilangsungkan
beberapa hari setelah Hari Raya Idul Adha begitu
khidmat. Undangan para anak yatim
piatu turut merasakan kebahagiaan kedua mempelai
pada resepsi pernikahan. Dan
kini, doa tante Yeni terkabul sudah; menutup masa lajangnya.
***
Kisah ini terinspirasi dari kisah
nyata tanteku. Ya, dalam masa penantian menemukan
jodohnya, tak sepatah kata pun
kudengar dari bibirnya menyalahkan takdir, menyalahkan
ALLAH yang seolah tak berpihak
padanya. Dalam masa penantian itu, dia sibukkan dirinya dengan ibadah kepada
ALLAH dan kegiatan sosial di lingkungannya. Hingga akhirnya, selama penantian
bertahun-tahun, puluhan tahun lamanya, teruji sudah kesabarannya, dan ia pun
mendapatkan jodoh yang insya ALLAH terbaik menurut ALLAH. Itulah misteri jodoh.
Kita tak kan pernah tahu kapan jodoh itu datang.
Manusia hanya bisa berencana. Namun,
ALLAH-lah yang berkehendak atas
semuanya. Bisa saja jodoh kita datang menjadi lebih
cepat atau bahkan lebih lambat
dari rencana kita sebelumnya.
Kita pun tak kan pernah tahu dengan siapa kita berjodoh.
Entah itu dengan orang yang
sudah dekat dengan kita maupun
orang jauh sekalipun yang tak pernah saling bertemu. Atau bahkan kita tak dipertemukan
dengan jodoh kita di dunia ini, tapi di syurga-NYA nanti. Allahu Akbar!
Saudaraku, yakinlah bahwa ALLAH
telah menyiapkan skenario terbaik untuk
kita dalam masalah jodoh. Tak
perlu khawatir. Karena ALLAH telah berkata dalam
Q.S An-Nahl:72
“Dan Allah telah menjadikan
jodoh-jodoh kamu sekalian dari jenismu sendiri, lalu
menjadikan anak-anak dan cucu
bagi kamu dari jodoh-jodohmu.”
Saudaraku, jangan pernah
terbersit sedikitpun bahwa ALLAH tak adil karena
sampai saat ini jodoh belum juga
menghampiri. Coba instrospeksi diri. Gunakan masa
penantian jodoh ini dengan terus
berikhtiar, berdoa dan terus sibuk memperbaiki diri.
Bukankah kita menginginkan jodoh
yang baik? Seperti yang dijanjikan-NYA dalam
Q.S An-nuur:26
“Wanita – wanita yang keji adalah
untuk laki – laki yang keji dan laki – laki yang keji adalah untuk wanita yang
keji. Dan wanita – wanita yang baik adalah untuk laki – laki yang baik, dan
laki – laki yang baik adalah untuk wanita – wanita yang baik (pula).”
Teruntuk tanteku:
“Barakallahu Laka
Wa Baraka ‘Alaika Wa
Jama’a Bainakuma Fi Khair”
**********************
Sumber: http://virouz007.wordpress.com/
Kisah Sebuah Pernikahan
“Sedikit Renungan cerita buat
kita yang banyak hikmahnya jika kita mau mengkajinya”
Hari pernikahanku. Hari yang
paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat itu aku
menjadi makhluk yang paling
berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru.
Betapa tidak. Di hari bersejarah
ini tak ada satu pun sanak saudara yang menemaniku ke
tempat mempelai wanita. Apalagi
ibu. Beliau yang paling keras
menentang perkawinanku.Masih
kuingat betul perkataan ibu tempo hari,
“Jadi juga kau nikah sama
buntelan karung hitam’ itu ….?!?” Duh……, hatiku sempat
kebat-kebit mendengar ucapan itu.
Masa calon istriku disebut ‘buntelan karung hitam’.
“Kamu sudah kena pelet barangkali
Yanto. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut
dengan wajah yang sama sekali tak
menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!”
sambung ibu lagi.
“Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu
menghina sekasar itu. Dia kan
ciptaan Allah.
Bagaimana jika pencipta-Nya marah
sama ibu…?” Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi.
Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku.
“Oh…. rupanya kau lebih memillih
perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah
Yanto. Silahkan kau menikah tapi
jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan
jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!”
DEGG !!!!
“Yanto…. jangan bengong terus.
Sebentar lagi penghulu tiba,” teguran Ismail
membuyarkan lamunanku. Segera
kuucapkan istighfar dalam hati.
“Alhamdulillah penghulu sudah
tiba. Bersiaplah …akhi,” sekali lagi Ismail memberi
semangat padaku.
“Aku terima nikahnya, kawinnya
Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas
kawin seperangkat alat sholat
tunai !” Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.
“Ya Allah hari ini telah Engkau
izinkan aku untuk meraih setengah dien.
Mudahkanlah aku untuk meraih
sebagian yang lain.”
Di kamar yang amat sederhana. Di
atas dipan kayu ini aku tertegun lama.Memandangi
istriku yang tengah tertunduk
larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan
membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.
“Assalamu’alaikum …. permintaan
hafalan Qur’annya mau di cek kapan De’…?”
tanyaku sambil memandangi
wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya.
Sebelum menikah, istriku memang
pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan
Qur’an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.
“Nanti saja dalam qiyamullail,”
jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang
berbalut kerudung putih, ia
sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti
ingin menolak. Namun ketika aku
beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk
melakukan itu , ia menyerah.
Kini aku tertegun lama. Benar
kata ibu ..bahwa wajah istriku ‘tidak menarik’.
Sekelebat pikiran itu muncul dan
segera aku mengusirnya.
Matanya berkaca-kaca menatap
lekat pada bola mataku.
“Bang, sudah saya katakan sejak
awal ta’aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Kalau
Abang kecewa, saya siap dan
ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristrikan saya,
mudah-mudahan Allah memberikan
keberkahan yang banyak untuk Abang. Seperti
keberkahan yang Allah limpahkan
kepada Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima
sesuatu yang tidak ia sukai pada
istrinya. Saya ingin mengingatkan Abang akan firman Allah
yang dibacakan ibunya Imam Malik
pada suaminya pada malam pertama pernikahan
mereka,” …
Dan bergaullah dengan mereka
(istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah
menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS An-Nisa:19)
Mendengar tutur istriku,
kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat-
lekat. Aku teringat kisah suami
yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita
itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam
sejarah.
“Ya Rabbi aku menikahinya karena
Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih
sayang milikMu pada hatiku
untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya
dengan segenap hati yang ikhlas.”
Pelan kudekati istriku. Lalu
dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku.
Sementara, istriku menangis
tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.
“Jangan memaksakan diri untuk
ikhlas menerima saya, Bang. Sungguh… saya siap
menerima keputusan apapun yang
terburuk,” ucapnya lagi.
“Tidak…De’. Sungguh sejak awal
niat Abang menikahimu karena Allah. Sudah
teramat bulat niat itu. Hingga
Abang tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang
tadi pagi,” paparku sambil menggenggam erat tangannya.
Malam telah naik ke puncaknya
pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do’a
kubentangkan pada Nya.
“Robbi, tak dapat kupungkiri
bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta
buat laki-laki. Namun telah
kutepis memilih istri karena rupa yang cantik karena aku
ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi
saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa
cinta sejatiku hanya akan
kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku
dengan-Mu dalam Jannah-Mu !”
Aku beringsut menuju pembaringan
yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah
istriku denan segenap hati yang
ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya.
Kenapa tidak? Bukankah ia wanita
sholihah sejati. Ia senantiasa menegakkan malam-
malamnya dengan munajat panjang
pada-Nya.Ia senantiasa menjaga hafalan KitabNya. Dan senantiasa melaksanakan
shoum sunnah Rasul Nya.
“…dan diantara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah. Mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman
amat sangat cintanya pada Allah …” (QS. al-
Baqarah:165)
“Ya Allah sesungguhnya aku ini
lemah , maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka
muliakanlah aku dan aku fakir
maka kayakanlah aku wahai Dzat yang maha Pengasih”
Sumber : cerpenislami
Langganan:
Postingan (Atom)