"Ya
Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin
Hisham atau Umar bin Khattab." Salah satu dari
doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih
lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin
Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin
Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar bin Khattab dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya
bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang
menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta
warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani
Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau
merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu
Bakar As Siddiq.
Nasabnya adalah Umar
bin Khattab bin Nufail
bin Abdul Uzza bin Riyah
bin Abdullah bin Qarth
bin Razah bin 'Adiy
bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada
kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama
Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau
"kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang
paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al Faruq.
Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab
dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin,
bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan
jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga
diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari
setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke
Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi.
Waktu itu Nabi membaca surat
al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada
dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan
kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41
(yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata,
"Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar
bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.)
akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan
tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama
nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan
menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu
dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah.
Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?"
Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad."
Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani
Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah
aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu."
Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih
mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah
meninggalkan agama yang kamu yakini."
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang
sedang belajar Al Qur'an, surat
Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin
Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk
rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan
Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan
apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian
telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab,
"wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada
agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin
Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja
saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin
Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan
kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik
perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu
kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas
Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik
perempuannya. Ketika dia membaca surat
Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan
Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin
Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri
kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang
didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya
Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di
daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju
rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat
Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin
Abdul Muthalib bertanya, "Ada
apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul
Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka
kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan
membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin
Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin
Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam
riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat,
dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut
pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud
berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin
Khattab masuk Islam."
Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar
bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil,
bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin.
Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan
kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang
paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar
As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang
dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As
Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau
berhasil menaklukkan Persia,
Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan,
Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun
Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan
Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan
sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu
menjadi bagian Kekaisaran Byzantium.
Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh
pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang
tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan
terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan
Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan
Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum
Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak
pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin
Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan
Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642),
mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya
Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah
terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin
Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia
dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika
Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang
yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari
Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi
timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi
timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan
ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai
9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru,
seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah
sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan
orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan
lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan,
membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan,
menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak
80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta
pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi
congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’.
Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu
riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang
terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit,
padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia
lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah,
puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang
mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung
jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling
terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging
hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab
adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda
pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi
menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu
bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin
Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya
kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah
mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat
agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang
yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali
bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad
bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah
seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi
hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah
akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah
ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar
Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh
seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah
diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan
di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
"Ya
Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin
Hisham atau Umar bin Khattab." Salah satu dari
doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih
lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin
Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin
Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar bin Khattab dilahirkan 12
tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya
bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang
menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta
warna kulitnya coklat kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani
Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau
merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu
Bakar As Siddiq.
Nasabnya adalah Umar
bin Khattab bin Nufail
bin Abdul Uzza bin Riyah
bin Abdullah bin Qarth
bin Razah bin 'Adiy
bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada
kakeknya Ka'ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama
Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau
"kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang
paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al Faruq.
Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab
dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin,
bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan
jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga
diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari
setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke
Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi.
Waktu itu Nabi membaca surat
al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada
dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan
kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41
(yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata,
"Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar
bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.)
akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan
tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama
nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan
menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu
dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah.
Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?"
Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad."
Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani
Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah
aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu."
Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih
mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah
meninggalkan agama yang kamu yakini."
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang
sedang belajar Al Qur'an, surat
Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin
Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk
rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan
Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan
apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian
telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab,
"wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada
agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin
Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja
saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin
Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan
kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik
perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu
kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas
Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik
perempuannya. Ketika dia membaca surat
Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan
Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin
Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri
kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang
didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya
Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di
daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju
rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat
Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin
Abdul Muthalib bertanya, "Ada
apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul
Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka
kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan
membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin
Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin
Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam
riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat,
dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut
pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud
berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin
Khattab masuk Islam."
Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar
bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil,
bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin.
Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan
kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang
paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar
As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang
dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As
Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau
berhasil menaklukkan Persia,
Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan,
Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun
Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan
Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan
sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu
menjadi bagian Kekaisaran Byzantium.
Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh
pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang
tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan
terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan
Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan
Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum
Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak
pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin
Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan
Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642),
mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya
Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah
terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin
Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia
dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika
Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang
yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari
Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi
timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi
timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan
ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai
9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru,
seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah
sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan
orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan
lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan,
membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan,
menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak
80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta
pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi
congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’.
Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu
riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang
terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit,
padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia
lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah,
puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang
mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung
jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling
terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging
hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab
adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda
pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi
menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu
bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin
Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya
kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah
mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat
agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang
yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali
bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad
bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah
seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi
hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah
akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah
ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar
Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh
seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah
diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan
di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar